Oh, iya, Anda boleh juga memasukkan reputasi yang Anda bangun selama ini sebagai aset yang bernilai uang. Wajar, dong, bukankah kunci sukses bisnis makanan adalah reputasi menyangkut rasa yang lezat dan tampilan hidangan yang memikat?
Oke, anggap saja Anda berani menghargai reputasi yang telah Anda bangun selama ini dengan nilai Rp 10 juta pula. Nah, kini, berarti bisnis katering yang selama ini Anda jalankan memiliki modal dasar sebesar Rp 30 juta.
Baca Juga: Kisah Chang Yun Chung, miliarder tertua di dunia berjuang menyelamatkan bisnisnya
Untunglah, Tante Anna bisa memahami dan menerima perhitungan tersebut. Malah, dia sanggup untuk menyetor modal tambahan Rp 20 juta guna ekspansi usaha.
Setelah kesepakatan tercapai, berarti usaha katering baru yang terbentuk dari hasil kongsi ini memiliki kondisi keuangan baru pula. Dari semula hanya bermodal Rp 30 juta, kini modal usaha Anda bertambah menjadi Rp 50 juta.
Begitu pula dengan soal kepemilikan. Dari semula 100% usaha itu miliki Anda, sekarang 40%-nya menjadi milik Tante Anna.
Perubahan komposisi pemilikan itu, seperti telah disinggung tadi, juga berdampak pada pembagian keuntungan. Kalau dulu seluruh keuntungan boleh Anda masukkan dompet seluruhnya, sekarang sebagian di antaranya menjadi hak Tante Anna.
Baca Juga: Warren Buffett: Kesuksesan sejati tidak ada hubungannya dengan uang
Seandainya dalam setahun bisnis katering memberikan laba bersih sebanyak Rp 25 juta, maka Anda berhak menyisihkan Rp 15 juta alias 60%-nya; sedangkan Tante Anna berhak mendapat bagian sebanyak Rp 10 juta atau 10% laba tadi.
Begitu pula andaikata usaha Anda bangkrut. Kerugian yang muncul harus Anda tanggung berdua sesuai porsi kepemilikan masing-masing tersebut.
Bursa saham sedikit lebih rumit