Timbang-timbang dulu hal ini sebelum memutuskan pensiun dini

Sabtu, 21 September 2019 | 09:53 WIB Sumber: Kompas.id
Timbang-timbang dulu hal ini sebelum memutuskan pensiun dini

ILUSTRASI. Pensiun Dini


PENSIUN DINI -  Pensiun dini bisa terjadi karena keinginan sendiri atau kondisi perekonomian. Memiliki investasi cukup, penghasilan pasif cukup, asuransi cukup, ada kegiatan bermanfaat, jadi pertimbangan saat memutuskan pensiun dini.

Pensiun lebih awal bisa jadi merupakan dambaan sebagian orang. Dengan pensiun dini, artinya seseorang bisa menyelesaikan tugas lebih awal, menyisihkan waktu untuk diri sendiri dan keluarga, atau memulai tantangan baru lebih awal.

Baca Juga: Pensiun dari Alibaba Group mulai hari ini, Jack Ma menggelar pesta besar

Banyak alasannya orang memilih pensiun lebih awal. Tidak hanya karyawan, pengusaha pun ada yang berharap dapat menikmati pensiun dini, menyerahkan kendali perusahaan kepada pihak yang dipercaya baik anggota keluarga maupun profesional. Sebaliknya, banyak juga orang yang hendak menyelesaikan masa tugas hingga akhir masa kerja.

Kondisi pensiun dini bagi karyawan pun beragam. Ada karyawan yang memang menargetkan undur diri dari perusahaan sebelum waktunya. Misalnya, jika usia pensiun di perusahaan 56 tahun, pada usia 52 tahun karyawan tersebut sudah mengajukan pensiun.

Biasanya, orang seperti ini sudah mempersiapkan dengan memiliki bisnis, memiliki keahlian, atau memiliki aset dan perlindungan yang memadai. Sehingga, ketika keputusan pensiun dini dilakukan, keadaan keuangan dan gaya hidup mereka tidak terlalu berbeda dengan ketika masih aktif bekerja.

Baca Juga: Resmi sudah, Krakatau Steel PHK ribuan karyawannya

Pensiun dini dapat juga terjadi karena keadaan perekonomian. Baik perekonomian makro seperti krisis global atau kawasan, atau perekonomian mikro yang terjadi di perusahaan. Kondisi seperti ini terkadang membuat karyawan harus berpikir keras untuk mempertimbangan tawaran pensiun dini tersebut.

Dua aspek

Setidaknya ada dua aspek besar yang harus dipertimbangkan secara cermat. Aspek sosial dan finansial. Bekerja merupakan salah satu cara untuk mengaktualisasikan diri. Ada kebanggaan atas profesi, ada eksistensi. Perubahan situasi terjadi, dari semula seorang pekerja keras yang sibuk dari pagi hingga petang, aktif memikirkan ini dan itu, lalu tiba-tiba menjadi orang yang tidak terlalu banyak kegiatan, hanya diam di rumah. Hal ini kadang berdampak buruk bagi kesehatan mental. Orang yang pensiun normal saja kadang terkena situasi post power syndrome.

Baca Juga: Gelandang Belanda Wesley Sneijder pensiun

Dampak buruk dari situasi ini dapat dikurangi dengan menemukan kegiatan, apapun, setelah tidak lagi bekerja. Seperti menjadi relawan, atau ikut kegiatan di sekitar rumah yang dahulu belum sempat dilakukan atau kegiatan lain atau bergabung dengan berbagai macam komunitas. Salah satu cara ekstrim, pergilah dari rumah setiap pagi seperti ketika hendak pergi ke kantor. Buatlah janji dengan teman-teman, sekadar untuk minum kopi bersama. Siang atau sore hari, baru kembali ke rumah.

Masalah besar kedua adalah finansial. Masa pensiun, apalagi pensiun dini, sama panjangnya dengan masa produktif. Ketika seorang karyawan pensiun dini pada usia 52 tahun dan harapan hidupnya 76 tahun, berarti masih ada kehidupan selama 24 tahun lagi yang harus dibiayai. Apakah biaya pribadi ketika pensiun lebih kecil?

Tidak juga. Beberapa biaya seperti biaya transportasi, biaya makan siang memang menurun. Tetapi, biaya kesehatan tentu akan meningkat. Sektor kesehatan merupakan salah satu sektor yang mengalami kenaikan harga paling tinggi setiap tahunnya. Pastikan asuransi kesehatan sudah di tangan, baik dari pemerintah maupun dari perusahaan asuransi. Fasilitas tunjangan kesehatan dari perusahaan untuk para pensiunan, biasanya juga tidak sebesar yang diberikan perusahaan untuk karyawannya.

Baca Juga: Memilih bekal pensiun yang tepat agar tak habis di tengah perjalanan

Itu baru biaya pribadi. Periksa juga apakah masih ada anak-anak di bawah umur yang masih harus ditanggung. Biaya pendidikan merupakan salah satu kebutuhan besar. Seperti juga sektor kesehatan, kenaikan harga pada sektor pendidikan pun besar setiap tahunnya. Jika masih ada anak yang bersekolah, perhitungkan berapa dana yang harus dipersiapkan hingga lulus kuliah.

Kebutuhan anak lainnya adalah kebutuhan pernikahan. Kebanyakan orang tua berharap anaknya menikah suatu saat dan sangat berharap dapat membiayai pernikahan tersebut. Apakah dana untuk biaya pendidikan dan biaya pernikahan sudah mencukupi?

Arus kas

Pertimbangan lainnya adalah utang dan aset. Apakah masih ada utang yang harus dibayarkan secara teratur? Kondisi yang paling ideal, tidak ada lagi utang jangka panjang yang harus dibayar seperti kredit kepemilikan rumah, juga utang jangka pendek berbunga tinggi seperti kredit tanpa agunan. Semua sudah lunas ketika keputusan pensiun dini dilakukan.

Periksa juga aset yang dimiliki, tentukan aset mana yang dapat menghasilkan arus kas baik bulanan maupun tahunan. Misalnya saja rumah yang disewakan, mobil yang disewakan, bunga deposito atau obligasi ritel atau pembagian dividen tahunan dari saham.

Baca Juga: Ingin pesta sunat meriah buat si buyung, jangan utang, ya!

Salah satu masalah besar yang dihadapi para pensiunan, baik pensiun normal maupun pensiun dini adalah arus kas yang tidak memadai. Ketika masih bekerja sebagai karyawan, gaji setiap bulan menjadi arus kas yang diandalkan. Biasanya, gaji pensiun lebih rendah dibandingkan dengan gaji ketika masih aktif menjadi karyawan. Apalagi ketika menjalani pensiun dini, tentu tunjangan pensiun lebih kecil lagi dibandingkan dengan usia pensiun normal.

Dengan demikian, ada selisih antara arus kas yang biasa diterima dengan realisasi arus kas setelah pensiun dini. Sementara gaya hidup dan kebutuhan  tampaknya sulit diturunkan drastis. Seperti, gaji terakhir sebagai karyawan sebesar Rp 10 juta dan mendapatkan Rp 5 juta dari pensiun perusahaan dan pensiun publik seperti Jamsostek, sehingga masih ada diperlukan dana Rp 5 juta lagi untuk menyamakan arus kas seperti ketika masih aktif bekerja. Selisih ini sebaiknya ditutupi dengan arus kas yang didapatkan dari aset. Baik aset portofolio, aset bisnis atau pun aset properti yang dapat menghasilkan arus kas teratur.

Adapun untuk aset portofolio, sebaiknya memilih aset yang berisiko minimal dengan imbal hasil yang memang tidak terlalu besar. Misalnya saja berinvestasi pada obligasi ritel Saving Bond Ritel 008 yang baru ditawarkan pemerintah. SBR 008 memberikan kupon bunga 7,2 persen per tahun dan mengenakan pajak penghasilan sebesar 15 persen.
Kompas/Priyombodo

Berinvestasi pada aset berisiko seperti perdagangan harian saham juga dapat dilakukan. Syaratnya, berinvestasi terlebih dahulu pada diri sendiri dengan mempelajari sungguh-sungguh analisis teknikal dan psikologi dalam berjual beli saham dengan cepat. Gunakan sebagian kecil saja dana untuk dialokasikan pada aset berisiko seperti trading saham ini.

Baca Juga: Menghitung dana pensiun, berapa yang diperlukan?

Jika tidak ada aset yang dapat menghasilkan arus kas, pilihan lain adalah bekerja kembali, melakukan hal lain yang disukai dan mendapatkan uang untuk biaya pensiun. Banyak pekerjaan paruh waktu yang dapat dilakukan. Apalagi, para era digital ini, kehadiran di kantor pun tidak menjadi keharusan.

Beberapa laman telah menyediakan ruang pertemuan di dunia maya, antara penguna jasa dengan orang yang menawarkan jasa. Kembangkan juga hobi potensial dengan memanfaatkan jejaring yang dimiliki. Memiliki investasi cukup, penghasilan pasif cukup, asuransi cukup, ada kegiatan bermanfaat untuk mengisi waktu, pensiun dini yang sejahtera dapat menjadi pilihan. (JOICE TAURIS SANTI )

 

Artikel ini telah terbit di Kompas.id dengan judul: Timbang-timbang Sebelum Pensiun Dini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli

Terbaru