Kedua, Anda harus menyesuaikan karakter diri dengan jenis reksadana yang hendak dibeli.
Budi mengingatkan Anda tidak perlu ikut-ikutan membeli jenis reksadana yang sama dengan si dia. Alasannya, Anda dan si dia mempunyai karakter yang berbeda.
Baca Juga: Bergaji UMR, ini ukuran ideal tabungan dan investasi
Biasanya orang dengan karakter konservatif atau moderat lebih cocok dengan reksadana yang tidak menjanjikan untung besar. Bila Anda tergolong orang tersebut, dapat memilih reksadana pasar uang atau campuran.
"Mereka lebih cenderung memilih nilai dananya (modal) aman daripada untung tinggi," jelas Budi.
Sedangkan, untuk orang yang berkarakter agresif, cocok dengan reksadana saham. Karena, mereka siap menerima perubahan ekonomi dan mempunyai banyak waktu untuk memperbaiki kondisi keuangan.
Ketiga, Anda harus mempelajari produk reksadana sebelum mulai membelinya. Widya menyarankan Anda wajib mereview performance produk reksadana yang ingin dibeli.
Sebaiknya, Anda memilih produk reksadana yang mempunyai kinerja bagus minimal selama tiga tahun ke belakang.
Baca Juga: Mau investasi di platform pinjaman online? Simak dulu empat poin penting ini
Selain itu, Anda juga wajib melihat track record penjual reksadana. Anda pastikan si penjual memang sudah berpengalaman dan tidak pernah terlibat skandal. Anda bisa mendapatkan informasi reputasi si penjual lewat internet.
Keempat, Anda sebaiknya tidak menginvestasikan dana pada satu produk reksadana. Alasannya, agar Anda terhindar dari potensi kerugian bila performance reksadana tersebut sedang tidak bagus.
Anda sebaiknya membagi dana investasi ke dua atau tiga produk reksadana yang berbeda.
Baca Juga: Berlibur tanpa perlu berutang? Ini 5 jurusnya!
Kelima, Anda harus disiplin melakukan review kinerja reksadana yang dimiliki. Minimal, Anda melakukan review satu tahun sekali.
Bila performance reksadana kurang memuaskan, Anda boleh loh menanyakan penyebabnya kepada agen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News