KONTAN.CO.ID - Harga emas tengah melambung tinggi dalam beberapa pekan terakhir. Pada hari ini, Selasa (21/10/2025), harga emas batangan mencapai Rp 2.487.000 per gramnya.
Tren kenaikan harga emas ini menarik perhatian berbagai kalangan, mulai dari investor berpengalaman hingga masyarakat umum yang tengah mencari alternatif investasi jangka panjang.
Emas dinilai lebih stabil dibandingkan aset lain karena nilainya cenderung tidak tergerus inflasi. Bagi sebagian orang, memiliki emas bukan hanya bentuk tabungan, tetapi juga strategi untuk menjaga daya beli di masa depan.
Lalu, apakah terlambat jika seseorang baru beli emas sekarang atau saat harga emas sedang tinggi-tingginya?
Terlambatkah beli emas sekarang?
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Rijadh Djatu Winardi mengatakan, keputusan investasi akan membeli emas sekarang atau tidak itu tergantung pada beberapa hal.
Misalnya profil risiko, tujuan investasi, dan sejumlah informasi yang dimiliki seseorang yang relevan dengan risiko dan imbal hasil sebuah investasi.
"Beli emas sekarang bisa saja, karena ada potensi naik misalnya momentum pengumuman Federal Reserve di Amerika," ujar Rijadh saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/10/2025).
Baca Juga: Harga Emas Terkoreksi Hampir 2% Pasca Cetak Rekor, Saham Tambang RI Bergerak Variatif
"The Fed dijadwalkan menggelar rapat pada 28–29 Oktober dan kabarnya diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat poin ke kisaran 3,75–4 persen," lanjut dia.
Rijadh menjelaskan, pemangkasan ini dilakukan karena adanya tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja dan langkah tersebut diharapkan dapat menurunkan biaya pinjaman serta mendorong aktivitas ekonomi di Amerika.
Sementara, dari sudut pandang investasi, kebijakan suku bunga yang lebih rendah biasanya berdampak positif bagi harga emas.
"Ketika suku bunga turun, imbal hasil aset berbunga seperti obligasi menjadi kurang menarik, sementara biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan bunga menjadi lebih rendah," kata Rijadh.
Selain itu, penurunan suku bunga cenderung melemahkan dollar AS, sehingga mendorong kenaikan harga emas dunia.
Baca Juga: 10 Negara Penghasil Emas Terbesar di Dunia, Indonesia Salah Satunya
Menurutnya, harga emas di Indonesia mengacu pada harga emas dunia. Menjelang pengumuman pemangkasan suku bunga tersebut, harga emas bisa saja meningkat.
Meski begitu, Rijadh menyarankan, membeli emas untuk investasi jangka panjang di momen uptrend sebaiknya dilakukan bertahap.
Misalnya, sebagian dana bisa disiapkan untuk membeli saat harga emas turun atau mengalami koreksi.
"Menurut saya, strategi pembelian ini cocok dilakukan di situasi saat ini bagi mereka yang memiliki horizon portofolio investasi jangka panjang," kata dia.
Beli emas saat harga "dingin"
Dikutip dari Financial Review, Kamis (16/10/2025), penasihat keuangan di Australia, James Gerrard mengatakan, membeli emas sebaiknya dialokasikan sekitar 2-3 persen dari investasi.
“Untuk investor jangka panjang biasa, alokasi 2–3% dari portofolio sudah cukup,” katanya. Ia menyarankan agar pembeli baru menunggu harga mendingin atau turun.
“Emas tidak menghasilkan pendapatan seperti deposito atau obligasi. Jadi bijaklah memilih waktu beli,” lanjut dia.
Di sisi lain, Arian Neiron, CEO VanEck Australia, melihat meningkatnya minat terhadap emas sebagai refleksi dari ketidakpastian global.
“Investor mencari aset yang bisa dipercaya,” ujar Neiron.
Tonton: Emas Tembus US$4.378! HSBC Sebut Bisa Tembus US$ 5.000 Apa Selanjutnya?
Selain emas batangan, banyak investor mulai melirik reksa dana berbasis emas atau ETF. Produk seperti VanEck Gold Bullion ETF dan Perth Mint Gold (PMGOLD) mencatat arus masuk besar sepanjang tahun ini, dengan total aset yang dikelola mencapai lebih dari 6 miliar dollar AS.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com berjudul "Harga Emas Masih Tinggi, Terlambatkah jika Beli Sekarang?"
Selanjutnya: BNI Siap Salurkan BLT Kesra untuk 18,3 Juta Penerima — Cek Kapan Cairnya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News