KONTAN.CO.ID - Ketika pasar saham tiba-tiba anjlok, banyak investor kehilangan kendali dan bertindak impulsif. Kepanikan sering kali mendorong mereka menjual aset dengan harga rendah, padahal justru saat itu peluang besar bisa muncul.
Warren Buffett, investor legendaris sekaligus CEO Berkshire Hathaway, memiliki pandangan yang berlawanan dengan kebanyakan orang.
Alih-alih panik, Buffett melihat krisis sebagai momen emas untuk berinvestasi. Merangkum Investopedia, berikut beberapa prinsip penting yang selalu dipegang Buffett ketika pasar saham bergejolak.
Baca Juga: Stablecoin Tether Sentuh 500 Juta Pengguna, Setara 6,25% Populasi Dunia
Tetap Tenang, Jangan Menjual Karena Panik
Buffett selalu mengingatkan bahwa pasar saham “didesain untuk mentransfer uang dari orang yang aktif kepada orang yang sabar.”
Menjual aset karena panik hanya akan mengunci kerugian dan menutup peluang saat pasar pulih. Ia menilai, ketenangan dan kesabaran adalah kunci agar investor bisa bertahan dan memetik hasil di masa depan.
Serakah Saat Orang Lain Takut, Takut Saat Orang Lain Serakah
Prinsip legendaris Buffett ini menekankan pentingnya berpikir terbalik dari mayoritas. Ketika banyak investor menjual saham karena takut, ia justru membeli karena harga sedang berada di titik rendah.
Salah satu contoh nyata terjadi pada krisis keuangan 2008, ketika Buffett menanamkan sekitar US$5 miliar ke Goldman Sachs. Keputusan berani itu kemudian menghasilkan keuntungan besar setelah pasar kembali pulih.
Fokus pada Nilai Fundamental, Bukan Harga Saham
Menurut Buffett, penurunan harga saham tidak selalu mencerminkan turunnya nilai bisnis. Ia sering bertanya, “Apakah penurunan harga 30 persen akan membuat orang berhenti membeli produk perusahaan ini?”
Jika jawabannya tidak, berarti bisnis tersebut tetap sehat. Buffett menilai, nilai sejati perusahaan tidak berubah hanya karena sentimen jangka pendek di pasar.
Tonton: Harga Emas Antam Terjun Bebas Hari Ini (22 Oktober 2025)
Jangan Coba Menebak Arah Pasar
Buffett menolak pendekatan spekulatif. Ia percaya bahwa tidak ada yang bisa menebak secara akurat kapan pasar akan naik atau turun.
Karena itu, ia memilih strategi jangka panjang dan konsisten berinvestasi pada perusahaan yang memiliki kinerja baik.
Salah satu contohnya, Buffett telah memegang saham Coca-Cola selama lebih dari tiga dekade sebagai bukti keyakinannya pada bisnis yang solid.
Simpan Uang Tunai untuk Peluang
Bagi Buffett, uang tunai bukan aset pasif, melainkan “amunisi finansial.” Ia selalu memastikan Berkshire Hathaway memiliki cadangan kas besar untuk membeli saham bagus saat pasar sedang lesu. Strategi ini memungkinkannya memanfaatkan peluang besar ketika banyak investor lain justru menjauh dari pasar.
Dengan pola pikir seperti Buffett, investor tidak hanya bisa bertahan dalam situasi pasar yang menakutkan, tetapi juga berpotensi meraih keuntungan besar saat orang lain diliputi ketakutan. Mengelola emosi, memahami nilai bisnis, dan berpikir jangka panjang adalah fondasi utama yang membedakan antara spekulan dan investor sejati.
Selanjutnya: Huawei Pura 80 Ultra Pakai Lensa Telefoto Ganda, Bisa Lakukan Zoom 3.7x dan 9.4x
Menarik Dibaca: Huawei Pura 80 Ultra Pakai Lensa Telefoto Ganda, Bisa Lakukan Zoom 3.7x dan 9.4x
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News