INVESTASI REKSADANA - JAKARTA. Dampak pandemi Covid-19 ikut menekan kinerja industri reksadana, baik konvensional maupun syariah. Namun, secara umum performa reksadana syariah masih lebih baik ketimbang konvensional yang secara rerata kinerja indeksnya berada di bawah.
Merujuk data riset Bareksa, hanya indeks reksadana saham syariah periode 5 tahun yang negatif 44,96%. Dana keloaan reksadana ini juga susut mengikuti tren reksadana saham konvensional.
Year to date hingga 19 Oktober 2020, reksadana saham konvensional minus 20,6%, sedangkan reksadana saham syariah turun 20,5%. Walaupun kinerja rata-rata anjlok, tidak semua reksadana saham syariah berkinerja negatif.
"Jangan khawatir, reksadana saham syariah yang mencatat pertumbuhan double digit pun ada," kata Head of Research & Consulting Service Infovesta Utama Edbert Suryajaya.
Salah satunya adalah Sucorinvest Sharia Equity Fund yang berhasil membukukan return 5 tahun sebesar 53,70%. Di luar reksadana saham syariah, indeks kinerja reksadana syariah lainnya masih mencatat kinerja positif.
Indeks reksadana campuran syariah periode 5 tahun, misalnya, tumbuh 2,94%. Sementara reksadana pendapatan tetap syariah dan pasar uang masing-masing tumbuh 24,92% dan 17,03%.
Dari sisi dana kelolaan juga tumbuh pesat. Dana kelolaan reksadana pasar uang syariah naik dari Rp 6 triliun menjadi Rp 8 triliun, dan reksadana pendapatan tetap meningkat dari Rp 24 triliun menjadi Rp 39 triliun.
“Peningkatan ini jauh signifikan dibandingkan reksadana konvensional yang malah turun dana kelolaannya,” kata Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama.
Nah, berikut ini strategi portofolio sejumlah produk reksadana syariah unggulan periode 5 tahun versi Bareksa-Kontan-OVO 4th Fund Awards 2020.
Sucorinvest Sharia Equity Fund (SSEF)
Pada 8 November 2013, produk ini resmi diluncurkan oleh Sucorinvest Asset Management dengan biaya pembelian maksimal 2% dan management fee maksimal 3,5% per tahun. SSEF dikelola dengan menganut filosofi investasi, yaitu mencari dan menciptakan peluang pada setiap siklus pasar dan bisnis.
Keijakan investasinya minimum 80% pada saham-saham yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), di mana minimum 30% dari alokasi itu diinvestasikan ke saham-saham syariah berkapitalisasi menengah dan kecil.
Toufan Yamin, Investment Specialist Sucorinvest Asset Management, bilang, segmen yang dibidik produk ini adalah investor dengan profil risiko yang agresif dan memiliki tujuan investasi jangka panjang, namun ingin investasinya tetap sesuai dalam prinsip syariah.
Berbicara perkembangan dana yang telah dikelola, hingga saat ini sudah sebesar Rp 142 miliar. "Kami menargetkan dapat menutup tahun ini dengan dana kelolaan SSEF mencapai Rp 160 miliar," ujar Toufan.
Untuk return, produk ini mencatatkan imbal hasil hingga 53,7% selama 5 tahun terakhir. Ini lebih bagus ketimbang return sejak pertama kali terbit: 18,26%. Berkat kinerjanya itu, reksadana ini berhasil keluar sebagai jawara reksadana saham syariah periode 5 tahun versi Bareksa.
Dalam rangka menggenjot pengembangan return, SSEF menerapkan strategi investasi di sektor komoditas, barang konsumsi, dan infrastruktur.
Bahana Sukuk Syariah
Produk reksadana besutan Bahana TCW Investment ini berada di peringkat 2 dari 5 besar reksadana pendapatan tetap syariah berkinerja terbaik versi Bareksa.
Dilihat dari kinerjanya memang lumayan gemilang dengan membukukan return hingga 52,54% dalam lima 5 tahun terakhir. Meluncur sejak 16 April 2015, produk reksadana ini mengempit dana kelolaan sebesar Rp 526 miliar.
Bahana Sukuk Syariah mengalokasikan sebagian besar asetnya dalam aset syariah pendapatan tetap, baik sukuk pemerintah maupun sukuk korporasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia atau global.
Aset ini berada dalam kategori peringkat investasi yang memiliki peringkat minimum BBB. Adapun, portofolio minoritas akan dialokasikan dalam instrumen pasar uang syariah.
“Wadah reksadana pendapatan tetap syariah kita mayoritas ke sukuk negara,” ujar Budi Hikmat, Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management.
Alokasi sektor yang dituju sebanyak 97% adalah obligasi sukuk negara dan sisanya likuditas. Seluruh instrumen investasi syariah yang dikoleksi diawasi oleh Dewan Syariah Nasional.
Yakni, produknya berdasarkan prinsip syariah, tidak mengandung unsur maisir (judi), garar (ketidakjelasan), dan usury (riba).
TRIM Syariah Berimbang
Produk besutan Trimegah Asset Management ini pertama kali ditawarkan pada 27 Desember 2006. Dengan komisi pembelian maksimal 2%, TRIM Syariah Berimbang kini sudah mengempit dana kelolaan Rp 31, 7 miliar.
Kebijakan investasinya minimum 5% dan maksimum 75% pada efek bersifat ekuitas, minimum 5% dan maksimum 75% pada efek bersifat utang, serta minimum 5% dan maksimum 75% pada instrumen pasar uang.
Beberapa sukuk korporasi yang dikoleksi, antara lain, Aneka Tambang, Astra International, Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah, Indo Tambangraya Megah, dan lainnya. Sementara sukuk negara ada SBSN RI Seri PBS004.
Dengan strategi investasi tersebut, produk reksadana ini mampu memberi imbal hasil 5 tahun sebesar 16,21%.
Baca Juga: Reksadana pasar uang periode 5 tahun masih bisa cuan di tengah rendahnya suku bunga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News