Pilih mana: Deposito vs Fintech P2P lending?

Senin, 09 September 2019 | 17:40 WIB   Reporter: Dikky Setiawan
Pilih mana: Deposito vs Fintech P2P lending?

ILUSTRASI. Layar informasi suku bunga deposito


Jonathan Bryan, Head of Marketing PT Lunaria Annua Teknologi atau Koinworks, mengatakan, bunga pinjaman yang diberlakukan perusahaannya berkisar 18%–20% per tahun. Dari setiap bunga pinjaman tersebut, pihaknya hanya menarik komisi sebesar 1%. Artinya, dalam setahun, investor bisa dapat imbal hasil 17%–19%. 

Yang menarik, untuk menjadi investor tekfin P2P lending, Anda tidak perlu repot-repot mencari pihak peminjam dana (debitur). Perusahaan tekfin P2P lending menghubungkan Anda dengan debitur secara daring. Investor dapat mengakses para peminjam, sehingga bisa memilih debitur yang masuk kualifikasi.

Namun, Mike mengingatkan,  ada sejumlah risiko investasi yang harus ditanggung investor tekfin P2P lending. Di antaranya, berbeda dengan deposito, uang yang ditanam di tekfin P2P tidak bisa  Anda tarik sewaktu-waktu. Selain itu, ada potensi keterlambatan pembayaran keuntungan imbal hasil, yang bisa mengakibatkan hasil investasi bisa telat diterima.

Risiko lainnya, debitur bisa mengalami gagal bayar. Jika begini, dana investor bisa hilang. Sebab, kata Mike, risiko gagal bayar 100% ditanggung investor. Tekfin P2P lending tidak menanggung risiko gagal bayar peminjam. 

Yang terakhir, potensi adanya mis-management pengelolaan dana investor oleh tekfin. Jika itu terjadi, tekfin tersebut bisa mengalami kesulitan likuiditas, bahkan bisa bangkrut. Ujung-ujungnya, sulit mengembalikan dana invetor.

Toh, Jonathan meyakinkan, apabila terjadi gagal bayar dari debitur, Koinworks menyediakan dana proteksi yang dapat mengganti uang investor. Dengan begitu, imbal hasil yang didapat tetap sesuai.

“Ada mi-tigasi risiko yang kami terapkan. Jika terjadi gagal bayar, ada pengembalian dana investor sampai 100%. Dana proteksi itu kami sisihkan dari peroleh bunga,” katanya.

Berinvestasi melalui tekfin P2P juga mempunyai fleksibilitas dan transparansi yang tinggi. “Kalau investasi di instrumen lain, imbal hasil yang didapatkan bisa tidak sesuai yang dijanjikan. Tapi, kalau di P2P lending, imbal hasil dan risiko bisa diatur sendiri oleh investor,” tandas Jonathan.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan

Terbaru