Menjadi tua bersama dengan persiapan matang

Rabu, 26 Maret 2014 | 11:58 WIB   Reporter: Ruisa Khoiriyah
Menjadi tua bersama dengan persiapan matang

ILUSTRASI. Bendera Saudi berkibar di atas konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki 20 Oktober 2018. REUTERS / Huseyin Aldemir


JAKARTA. Ketika mengikat janji di depan pemuka agama dahulu, pasangan suami istri mungkin tidak sempat membayangkan hingga ke sisi teknis tentang bagaimana masa tua mereka akan berjalan kelak. Yang baru terucap adalah komitmen besar untuk selalu mendukung pasangan apa pun keadaannya di hari-hari depan. Juga, janji menjadi tua bersama-sama.

Seiring berjalannya waktu, kehidupan pernikahan akan banyak disibukkan oleh berbagai tuntutan, termasuk sisi finansial. Kesibukan mencukupi kebutuhan keluarga, menyiapkan pendidikan anak, liburan keluarga, dan sebagainya. Bagaimana dengan persiapan dana pensiun?

“Saya sudah ada program pensiun di kantor dan program jaminan hari tua (JHT) Jamsostek,” ujar Fajar Hendra, karyawan swasta di Jakarta yang tinggal di Depok, Jawa Barat.

Fajar menilai, persiapan itu sudah cukup untuk kebutuhan masa pensiunnya kelak.  Sedang kebutuhan dana pensiun istrinya, dia mengaku belum terpikir. Istri Fajar punya rekening dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) dari kantor tempatnya bekerja dahulu. Namun, rekening itu kini sudah dicairkan untuk keperluan lain. Praktis, saat kini menjadi ibu rumahtangga, istri Fajar belum punya persiapan dana pensiun.

Cerita seperti keluarga Fajar mungkin banyak terjadi pada mayoritas pasangan suami istri di sekitar kita. Persiapan dana pensiun diurus seadanya, bahkan tanpa perhitungan tentang besar kebutuhan untuk masing-masing individu pasangan.

Sejatinya, bagaimanakah persiapan dana pensiun bagi pasangan suami istri? Jika Anda berniat menghabiskan masa tua bersama pasangan, sudah seharusnya Anda juga memikirkan teknis persiapan. Menjadi tua bersama akan terhenti menjadi angan romantis semata jika tidak diikuti persiapan konkret.

Para perencana keuangan berpendapat, pada dasarnya perencanaan dana pensiun untuk pasangan suami istri tidak jauh berbeda dengan lajang atau perorangan, yakni menghitung besar kebutuhan hidup ketika masa pensiun tiba dan mencari cara pemenuhannya ketika masih produktif bekerja.

Target berdua
Ratih Nurmalasari, perencana keuangan ZAP Finance, berujar, rata-rata usia pensiun karyawan adalah 55 tahun. Sedang usia harapan hidup orang Indonesia sekitar 75 tahun hingga 80 tahun. “Artinya, ada waktu 20 tahun hingga 25 tahun yang akan kita habiskan di hari tua, yang itu durasinya kurang lebih sama dengan masa produktif kita,” jelas dia.

Yang berbeda, di usia senja akan sulit bagi Anda tetap produktif seperti masa muda. Karena alasan itulah, jika memang ingin masa pensiun berjalan nyaman, Anda harus sudi bersusah payah menyiapkannya mulai sekarang ketika masih produktif.

Nah, yang jadi soal, masih banyak pekerja yang beranggapan bahwa dana pensiun dari program DPLK kantor bakal cukup memenuhi kebutuhannya kelak. Padahal kenyataannya tidak demikian.

Nah, saat menjadi suami-istri, menurut perencana keuangan Finansia Consulting Eko Endarto, individu menjadi satu kesatuan. “Jadi, perhitungannya berdasarkan pada berapa besar target biaya hidup berdua kelak,” kata dia.

Budi Raharjo, perencana keuangan OneShildt Financial Planning, menambahkan, hitungan kebutuhan dana pensiun bisa memakai pendekatan penghasilan kedua pihak. Jika suami dan istri sama-sama bekerja.

Jika hanya salah satu yang bekerja maka kebutuhan dana pensiunnya harus ditanggung juga oleh pihak yang bekerja. “Ada hak pasangan yang tidak bekerja di sana sehingga dana pensiun menjadi milik bersama,” ujarnya.

Memakai pendekatan besar pendapatan akan menghasilkan kebutuhan dana pensiun yang besar. Agar tidak merasa terbebani dengan target dana nan besar, Anda sah-sah saja memakai pendekatan biaya hidup untuk menghitung dana pensiun.

Lantas, apa saja yang perlu kita timbang dalam penyusunan rencana pensiun untuk pasangan suami istri? Apakah harus disusun terpisah dan berinvestasi terpisah pula? Untuk lebih terperinci tentang persiapan dana pensiun pasangan suami istri, simak paparan berikut:

Cek dompet dulu
Sebelum beranjak menyiapkan kebutuhan dana pensiun, hal wajib yang harus Anda lakukan adalah memeriksa dulu kondisi keuangan Anda dan pasangan saat ini. Sudah sehat,  belum?
Periksa arus kas bulanan. Kalau masih negatif alias defisit, benahi terlebih dulu sebelum memikirkan kebutuhan dana pensiun. Demikian juga kalau rasio utang konsumtif masih di atas ambang batas 30% penghasilan, turunkan terlebih dulu.
Perencanaan keuangan dengan investasi hanya bisa berjalan sehat ketika kondisi kocek kita sudah aman, terutama dari sisi arus kas dan rasio utang.

Sepakati waktu pensiun

Menentukan kapan usia pensiun dan usia harapan hidup akan memudahkan Anda dalam menghitung kebutuhan dana pensiun. Anda juga bisa mengetahui berapa waktu yang tersisa untuk mengumpulkan kebutuhan dana hari tua tersebut.

Misalnya, usia Anda kini 35 tahun dan berencana pensiun pada usai 55 tahun. Usia harapan hidup diasumsikan 75 tahun. Dengan demikian, Anda memiliki waktu 20 tahun untuk mengumpulkan dana pensiun, yang kelak Anda gunakan untuk menghidupi 20 tahun masa tua Anda.

Kalau usia Anda dan pasangan sepantaran, penentuan usia pensiun sebagai asumsi hitungan bakal lebih mudah. Namun, jika selisih usia jauh hingga 10 tahun misalnya, lebih baik memakai skenario hitungan dana pensiun terpisah sedari mula berdasarkan usia masing-masing.

Pasalnya, tenggang waktu yang tersisa untuk menyiapkan dana pensiun sangat menentukan berapa besar yang harus Anda tabung atau investasikan mulai sekarang.Semakin sempit waktu yang tersisa, kemungkinan semakin besar pula kebutuhan dana yang harus Anda kumpulkan mulai kini.

Tentukan standar hidup pensiun
Ingin bergaya hidup seperti apa ketika pensiun kelak? Jika Anda dan pasangan ingin mempertahankan standar hidup saat ini, otomatis target kebutuhan dana pensiun akan lebih besar ketimbang ketika ada penyesuaian.

Sebagai contoh, pengeluaran  Anda per bulan Rp 7 juta. Tanpa penurunan gaya hidup, kebutuhan dana pensiun Anda 20 tahun lagi mencapai Rp 35,84 miliar. Sedang dengan penurunan standar hidup menjadi 80% atau Rp 5,6 juta per bulan, maka kebutuhan dana pensiun Anda menjadi Rp 25,52 miliar.

Ratih menilai, dalam penghitungan dana hari tua, lebih baik memakai asumsi konservatif sebagai langkah antisipasti. “Karena, meski ada biaya yang mungkin berkurang, ada pula yang justru naik dengan persentase lebih besar,” jelas dia.

Contohnya, kini pengeluaran Anda masih dihiasi oleh cicilan kredit mobil, biaya sekolah anak, dan kongko di mal setiap akhir pekan. Nah, saat pensiun kelak, pos-pos biaya itu bisa saja sudah tidak ada.

Namun, ada pos biaya lain yang mungkin tak kalah kuat menyedot kantong seperti biaya pemeliharaan dan check-up kesehatan, biaya berkunjung ke anak cucu, dan semacamnya. Ingat pula, hitungan kebutuhan adalah untuk berdua, yaitu Anda dan pasangan.

Hitung kebutuhan investasi
Setelah menentukan waktu pensiun dan standar gaya hidup, Anda bisa mulai menghitung berapa kebutuhan dana pensiun. Anda bisa memanfaatkan kalkulator dana pensiun di website-website perencana keuangan atau manajer investasi untuk keperluan itu.

Sebagai gambaran, untuk pensiun 20 tahun lagi dengan penyesuaian standar hidup 70%, Anda butuh Rp 25,09 miliar. Dana sebesar itu akan menjadi bekal hidup Anda menjalani masa pensiun selama 20 tahun, sebelum akhirnya menutup mata di usia 75 tahun.

Untuk mencapai target dana itu, Anda harus berinvestasi di produk berimbal hasil minimal 25% per tahun sebesar Rp 3,32 juta per bulan, selama 20 tahun. Angka itu memakai asumsi tingkat inflasi 13% per tahun dan risk free rate atau bunga acuan BI rate 7%.

Pilih strategi akumulasi
Kini saatnya Anda menentukan strategi akumulasi dana pensiun. Dalam hitungan dana hari tua, para perencana keuangan memang menyarankan Anda agar memakai asumsi konservatif.

Namun, rencana pensiun merupakan rencana keuangan jangka panjang, yaitu rata-rata di atas 10 tahun. Untuk mencapainya Anda disarankan menggunakan instrumen investasi agresif. Target penggunaan dana yang masih lama dinilai bisa mengerek tingkat toleransi risiko investasi.

Apa saja pilihan produk investasi dengan return agresif? Anda bisa memilih membiakkan dana di properti. Beberapa jenis properti mampu menghasilkan cuan di atas 30% per tahun.

Namun, jika investasi properti terlalu berat karena menuntut modal tak sedikit, Anda bisa memilih saham atau reksadana saham sebagai alternatif. Dua produk itu membutuhkan modal investasi relatif kecil.

Sebagai langkah minimalisasi risiko, Eko menyarankan untuk menyebar investasi dana pensiun di beberapa produk. “Tapi, menyebarnya jangan lebih dari lima produk,” kata dia.

Jangan malas mengevaluasi kinerja produk yang Anda gunakan untuk mengumpulkan dana pensiun. Setidaknya, setiap tahun sekali. Jika kinerjanya jauh dari asumsi hitungan Anda, carilah alternatif produk lain yang potensi return-nya lebih mendekati.

Budi menambahkan, jika waktu pensiun sudah dekat, yakni 1 tahun hingga 3 tahun mendatang, pembiakan dana lebih baik dialihkan ke deposito dan obligasi. Asumsi return sekitar 5%-8% per tahun.

Siapkan antisipasi
Apabila profil pasangan adalah sama-sama bekerja, akan lebih baik jika perencanaan dan eksekusi rencana pensiun dibuat terpisah. Selain lebih praktis dalam penghitungan dan pelaksanaan, risiko pasangan meninggal dunia atau perceraian bisa lebih ditekan.

Ketika pasangan meninggaldunia atau terpaksa bercerai di tengah jalan, rencana dana pensiun tidak ikut terganggu.

Namun, lain cerita jika hanya salah satu pihak saja yang bekerja. Pastikan kolom ahli waris sudah Anda isi dan tentukan. Adapun dalam kasus perceraian, tanpa adanya perjanjian pra-nikah (pre-nuptial agreement), dana pensiun akan menjadi bagian dari harta gana-gini.

Dengan persiapan yang matang sedari awal, menjalani masa pensiun berdua dengan nyaman bisa lebih mungkin terwujudkan. Selamat berhitung!                                       o

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah
Terbaru