Memburu si eksotis tanpa bikin kantong menangis

Jumat, 10 Januari 2014 | 15:43 WIB   Reporter: Ruisa Khoiriyah
Memburu si eksotis tanpa bikin kantong menangis

ILUSTRASI. Baru Main? Simak Kode Redeem Tower of Fantasy Agustus 2022, Lengkap dengan Cara Klaim


Pesona barang-barang bermerek (branded) berharga mahal kerap sulit diabaikan, terutama oleh penggila belanja. Tanpa perencanaan keuangan yang matang, godaan membeli barang branded bisa membobol keuangan keluarga. Tapi, ada siasat agar barang pujaan tetap bisa dikempit.

JAKARTA. Era social media memungkinkan mata kita menjelajah ruang tanpa batas. Lewat Instagram, sebagai contoh, Anda bisa mengintip penampilan terkini para pesohor yang diunggah di sana. Sebagian pesohor itu kerap jorjoran memamerkan koleksi barang mewah yang melengkapi penampilan mereka kepada para follower-nya.

Tengok saja akun Instagram penyanyi pop Syahrini. Melalui akun bernama @princessyahrini, penyanyi bernama asli Rini Fatimah Jaelani itu tak sungkan memamerkan aneka ragam barang branded yang dia kenakan di foto. Syahrini tidak segan menulis lengkap detail pendukung tampilannya.

Mulai merek tas yang dia tenteng, merek sepatu yang menempel di tumitnya, lalu kalung yang menggantung di leher, tak ketinggalan merek jam tangan dan nama desainer baju yang dia kenakan. Semua merek premium!

Komentar para follower penyanyi kelahiran Sukabumi itu juga beragam. Ada yang nyinyir, ada pula yang tak kuasa mengutarakan kekagumannya pada aneka barang branded si artis. “Keren banget mbak, jadi ngiler lihat tasnya,” tulis akun @risaradiana, pengikut akun Instagram Syahrini.

Pesona barang bermerek alias branded memang kerap sulit diabaikan mata, terlebih bagi mereka yang meminati dunia fashion. Barang branded juga kerap dipilih orang sebagai penanda prestise atau status sosial. Maklumlah, harga barang-barang bermerek itu luar biasa mahal bagi kantong kebanyakan orang.

Coba saja tengok tas merek Hermès seri Crocodile Birkin Bag Shiny Rouge. Dengan kurs US$ 1 setara Rp 12.000, harga tas tersebut menembus
US$ 203.150 atau sekitar Rp 2,43 miliar! Harga merek tas lain, seperti Louis Vuitton, Balenciaga, Prada, juga Chanel, tak kalah cetar. Banderol paling murah pun masih berkisar belasan juta rupiah.

Adapun harga tas bermerek yang kelasnya di bawah itu, seperti Gucci, Kate Spade, Longchamp, Burberry, atau Furla, juga masih mepet Rp 10 juta.
Merek premium berbanderol mahal bukan cuma monopoli tas. Sepatu, jam tangan, baju, kacamata, juga banyak yang ditawarkan dengan harga tinggi. Harga sepatu bertumit tinggi merek Christian Louboutin, sebagai contoh, rata-rata ribuan dollar Amerika Serikat (AS) atau belasan juta rupiah.

Di Indonesia, penggemar barang-barang mewah kian mewabah seiring peningkatan jumlah individu berkantong super tebal (high network individual). Bank Julius Baer, private banking asal Swiss, memperkirakan, tahun 2015 nanti jumlah orang superkaya negeri ini bakal menembus 104.000 orang.

Angka itu meningkat dari tahun 2013 yang baru sekitar 30.000 orang. Peningkatan populasi kelas menengah baru di Indonesia juga akan membuat pamor barang branded makin terkerek (Baca Edisi Khusus Tabloid KONTAN “Memburu Prestise Merek Premium”, Desember 2013).

Sah saja asal mampu

Kepincut pada barang branded merupakan hal yang manusiawi. Keindahan desain, jaminan mutu, sekaligus gengsi yang ditawarkan oleh barang bermerek menjadikan barang-barang itu terlihat eksotis.

Lisa Soemarto, perencana keuangan AFC Financial, menilai, menilik harga barang bermerek yang terbilang mahal, pembelian barang branded tidak bisa impulsif. “Hanya yang keuangannya sangat mapan yang bisa membeli tanpa perencanaan khusus,” ujar dia.

Jika kategori kocek Anda belum termasuk kantong supertebal, membeli barang branded tanpa rencana sama saja membuka risiko jebol kocek tingkat berat. Namun, bukan berarti memiliki barang branded menjadi hal mustahil.

Kalau memang Anda terlanjur jatuh cinta ingin memeluk pulang si barang branded idaman, jangan malas membuat rencana keuangan khusus untuk mewujudkannya. Hal itu pula yang ditempuh oleh Prita Ghozie, perencana keuangan ZAP Finance, yang menggemari tas-tas bermerek premium.

Prita mencantumkan pembelian tas branded sebagai salah satu tujuan finansial tahunannya. “Tahun ini, saya ingin menambah koleksi tas Chanel,” ungkap Prita.

Dengan perencanaan, pemenuhan kebutuhan tersier seperti itu bisa berjalan baik tanpa perlu mengoyak kesehatan kocek. Berikut beberapa tip dan strategi yang dibagi oleh para perencana keuangan agar hasrat memiliki barang eksotis tidak merusak kocek:

Periksa kondisi dulu
Ini adalah langkah yang pertama kali harus Anda ayunkan. Seberapa besar kemampuan Anda menghabiskan dana untuk barang bermerek? Jika ternyata kondisi arus kas Anda masih negatif, Anda tak layak memaksakan diri memburu si eksotis. Tengok pula posisi dana darurat, apakah sudah ideal? Bagaimana dengan rencana keuangan utama seperti dana pensiun dan sekolah anak dan proteksi yang Anda miliki? Adakah tanggungan utang konsumtif? “Kalau masih punya utang konsumtif, seperti kartu kredit, tidak tepat jika memaksakan diri membeli barang branded,” tandas Lisa.

Siapkan rencana
Baiklah, taruh kata setelah melakukan financial check-up, ketahuan kondisi kocek Anda memungkinkan untuk berburu barang eksotis. Maka, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana keuangan. Rencana keuangan harus memiliki tujuan spesifik, target dana yang jelas, dan target waktu penggunaan dana.

Dengan perencanaan yang baik, Anda bisa tetap menjaga agar arus kas tidak terganggu ketika eksekusi pembelian datang. Selain itu, Anda bisa memilih waktu paling tepat bin ekonomis mendapatkan barang bermerek yang jadi idaman.

Sebagai contoh perencanaan, tahun depan Anda mengincar tas bermerek yang sekarang berharga Rp 20 juta. Dengan asumsi inflasi 10%, maka target dana yang harus Anda kumpulkan adalah Rp 22 juta.

Nah, karena target penggunaan dana termasuk jangka pendek, Lisa menyarankan untuk dikumpulkan biasa saja setiap bulan di tabungan. “Sisihkan setiap bulan, tak perlu di instrumen investasi jika jangka pendek,” ujarnya.

Lain soal jika target pemakaian dana di atas tiga tahun. Anda bisa memutar dana di produk reksadana. Misal, barang branded incaran harganya Rp 50 juta saat ini. Dengan menghitung faktor inflasi, empat tahun lagi ketika Anda akan membeli, harganya kemungkinan sudah melejit menjadi Rp 73,2 juta.

Untuk itu, mulai sekarang Anda perlu menyisihkan dana investasi senilai Rp 1,23 juta per bulan selama empat tahun di reksadana pendapatan tetap dengan asumsi imbal hasil rata-rata 10% per tahun.

Pilih kanal tepat
Jalur pembelian barang-barang bermerek premium tak terbatas di butiknya. Dengan perencanaan, Anda punya waktu untuk menentukan kanal pembelian barang branded yang paling menguntungkan bagi kantong. Berikut beberapa jalur pembelian barang branded yang bisa Anda timbang:

Pertama, butik di luar negeri, baik butik resmi maupun reseller. Di Paris, Prancis, Anda bisa datang ke La Vallée Village atau ke Réciproque. Jika di Milan, Italia, Anda bisa mendatangi Seravalle. Sedang di New York, Anda bisa mampir ke Woodbury Outlet Premiums.

Di butik-butik premium itu, Anda berpeluang mendapatkan diskon harga hingga 30%–70%, terutama untuk seri tas off seasons. Namun, mendatangi butik di mancanegara juga butuh modal pelesir tak sedikit. “Jika selisih barangnya hanya US$ 500, lebih baik beli di butik resmi di dalam negeri saja,” kata Lisa.

Tiket pelesir jauh di atas itu. Jadi, pergi ke luar negeri khusus untuk membeli si eksotis menjadi tidak ekonomis. Kedua, butik online. Pemilik merek biasanya juga membuka kanal pembelian online.

Harganya biasanya lebih mahal karena ada ongkos kirim yang dikutip. Di sisi lain, Anda tidak bisa mengecek langsung kondisi barang sebelum membayar dan barangnya sampai. Jadi, ada risiko barang kurang sesuai dengan ekspektasi awal.

Ketiga, butik resmi dan reseller di dalam negeri. Butik resmi tidak meragukan Anda dari sisi keaslian barang. Namun, karena dijual dalam mata uang rupiah, selisih kurs bisa membuat harga jadi melonjak tinggi. Begitu juga beban pajaknya yang tak kecil.

Keempat, memanfaatkan jasa personal shopper yang banyak ditawarkan di forum-forum online seperti femaledaily.com. Anda bisa menimbang jalur pembelian di jalur ini.

Mengutip pengalaman Eva, karyawan swasta penggemar tas branded, selisih harga jual barang melalui personal shopper bisa mencapai Rp 4 juta, dibandingkan dengan harga di konter. Namun, pastikan personal shopper yang Anda pilih tepercaya kredibilitasnya, ya.

Kelima, butik barang second. Di kalangan pecinta barang branded seperti tas, ada banyak pilihan outlet barang bekas dengan kualitas bagus. Seperti Secondhandbag Butik, lalu Bebelian.com, dan sebagainya.

Barang branded bekas kondisinya tak selalu buruk. Jika jeli memilih dan beruntung, Anda berpeluang mendapatkan barang bermerek dengan kondisi bagus dan harga ramah.

Keenam, manfaatkan garage sale. Banyak dari kolektor barang branded yang cukup rajin menggelar obral barang sekadar untuk mengganti koleksi atau karena barangnya sudah bejibun.

Rajin-rajin saja memantau tawaran garage sale yang kerap hilir mudik di social media atau di forum online. Akan lebih baik jika Anda bisa mendatangi langsung lokasi garage sale untuk memastikan kondisi barang sebelum membelinya.

Namun, kalaupun terpaksa lewat jalur maya, pastikan penjualnya tepercaya dan bergaransi. Ingat, semurah-murahnya harga barang, tetap itu duit Anda yang harus optimal pemanfaatannya.

Incar musim obral
Anda tentu masih sangat ingat ingar bingar musim obralan jelang liburan akhir tahun tempo hari? Musim perayaan atau festive seasons lazim menyuguhkan berbagai macam tawaran obral barang besar-besaran. “Kontrol diri dahulu sebelum datang musim obral,” ujar Farah Dini, perencana keuangan Fin-Ally Planning and Consulting.

Di Indonesia, musim obral biasanya berlangsung saat jelang Lebaran. Juga di akhir tahun menyambut Natal dan tahun baru. Ada pula midnite sale di beberapa pusat perbelanjaan yang digelar setiap akhir kuartal.

Sayang, di Indonesia, obral barang kadangkala semu. Harga barang kerap sudah naik dahulu sebelum didiskon. Itu menjadi PR Anda untuk jeli meriset apakah diskon yang ditawarkan benar-benar diskon atau sekadar gimmick penjualan.

Sebaliknya, jika Anda beruntung memiliki cukup dana untuk ke luar negeri, Anda berpeluang menikmati hujan diskon sesungguhnya di musim-musim tertentu.

Di Amerika Serikat, misalnya, musim obral barang ritel sudah dimulai sejak November hingga Januari setiap tahun. Diskon harga yang ditawarkan tak main-main, hingga 80% untuk segala macam jenis barang.

Di Inggris, sale seasons di pengujung tahun juga sangat menggiurkan. Anda bisa berburu barang-barang bagus dengan harga super miring. Maklum, di mancanegara, momentum libur akhir tahun benar-benar dimanfaatkan oleh peritel untuk menggenjot penjualan mereka agar memenuhi target (Baca: Momentum Surgawi bagi Pembelanja).

Jika merasa terlalu jauh untuk menyeberang ke benua lain, Anda masih bisa menimbang untuk mampir ke Singapura atau Thailand untuk memburu barang di musim obral. Atau, lebih jauh sedikit, terbanglah ke Kuwait. Di sana, menjelang pergantian musim selalu berlangsung obral besar-besaran barang bermerek premium.

Segala macam busana dan pernak-pernik terkait musim dingin, termasuk segala sesuatu yang merek premium, akan dijual habis oleh peritel menjelang berakhirnya musim itu. Diskonnya bisa mencapai 80% dari harga normal. Di negeri petrodollar itu, bahkan bukan cuma barang ritel yang diobral. Mobil pun kerap didiskon besar-besaran.

Yang pasti, dengan perencanaan yang tepat, Anda bisa leluasa menyiapkan kocek demi mewujudkan hasrat memiliki barang eksotis nan mewah!       o

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah
Terbaru