INVESTASI REKSADANA - JAKARTA. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu akibat pandemi korona, ditambah lagi dengan kasus yang menimpa Jiwasraya, peluang cuan investasi di reksadana syariah masih layak untuk dicermati.
Salah satu alasannya adalah pangsa pasar reksadana syariah yang tetap meningkat di tengah berbagai kondisi tidak mendukung.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah mencapai Rp 71,65 triliun per September 2020. Jumlah tersebut meningkat 33% dibandingkan dengan bulan Desember 2019 yang sebesar Rp 53,74 triliun.
Kendati dana kelolaan tumbuh, tidak semua indeks reksadana syariah periode tiga tahun membukukan kinerja positif. Merujuk data riset Bareksa, indeks tiga tahun reksadana saham syariah dan reksadana campuran syariah mencatat kinerja minus, masing-masing dengan return -44,96% dan -8,70%.
Kinerja positif
Sisanya indeks kinerja reksadana syariah masih mencatat kinerja positif. Misalnya, reksadana pendapatan tetap syariah membukukan kinerja imbal hasil tiga tahunan paling tinggi sebesar 8,80%. Sementara reksadana pasar uang syariah sebesar 8,35%.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga mengatakan, di tengah volatilitas pasar yang tinggi, kinerja reksadana pendapatan tetap syariah cenderung lebih baik daripada reksadana pendapatan tetap konvensional.
"Saat pasar obligasi terkoreksi, reksadana pendapatan tetap konvensional turun dalam karena memegang SUN. Sementara reksadana pendapatan tetap syariah hanya terkoreksi tipis. Dan ketika pasar kembali membaik, reksadana syariah ini pun bisa lebih cepat pulih," kata Wawan.
Khusus reksadana campuran, kendati kinerja rata-rata anjlok, tidak semua produk mencatat kinerja minus. Salah satunya Mandiri Investasi Syariah Berimbang (MISB) yang membukukan return 3 tahun sebesar 12,08%.
Berikut strategi portofolio produk reksadana syariah jagoan periode 3 tahun versi Bareksa-Kontan-OVO 4th Fund Awards 2020.
SAM Sukuk Syariah Sejahtera
Produk reksadana pendapatan tetap syariah besutan Samuel Asset Management (SAM) ini mulai ditawarkan sejak 10 Februari 2010. Minimal pembelian awal Rp 100.000 dan biaya jasa manajer investasi maksimal 1,8% per tahun.
Produk ini bertujuan memperoleh imbal hasil stabil bagi pemegang unit penyertaan, dengan berinvestasi pada efek sukuk yang diterbitkan negara dan sukuk korporasi.
Sejak diluncurkan SAM Sukuk Syariah Sejahtera secara konsisten memberikan imbal hasil di atas indeks acuan. Dalam tiga tahun terakhir, produk reksadana ini bahkan membukukan imbal hasil sebesar 24,97% per 19 Oktober 2020.
"Produk ini dapat dimanfaatkan oleh investor yang ingin memperoleh imbal hasil stabil," kata Agus Yanuar, Direktur SAM.
Ada pun dana kelolaan SAM Sukuk Syariah Sejahtera saat ini sebesar Rp 117 miliar. Hingga akhir tahun, perusahaan menargetkan dana kelolaan mengalami peningkatan menjadi Rp 200 miliar.
Terkait strategi menggenjot dana kelolaan, SAM akan terus menjalankan strategi dan program marketing yang telah disesuaikan dengan kondisi pandemi.
Antara lain melakukan update informasi dan kondisi perkembangan ekonomi terkini secara berkala kepada investor. "Kombinasi keduanya yang kami andalkan," ujar Agus.
Untuk memaksimalkan pengembangan return, SAM Sukuk Syariah Sejahtera mengalokasikan aset 95,3% pada sukuk dan 4,7% pada pasar uang. Alokasi industri atau sektornya yaitu government bonds 79,3%, telekomunikasi 10,7%, pasar uang 4,7%, pertambangan 4,4%, dan utilitas 0,87%.
Saat ini, SAM lebih banyak menaruh dana di sukuk negara, karena pertimbangan likuiditas dan risiko kredit lebih rendah ketimbang sektor korporasi. Pilihan sukuk korporasi lebih selektif dan mayoritas teralokasi pada sukuk korporasi peringkat minimal setara AA demi pengendalian peningkatan risiko kredit.
Bahana Likuid Syariah
Dengan dana minimal Rp 100.000 Anda sudah bisa mendapatkan produk reksadana pasar uang syariah milik Bahana TCW Investment Management ini. Rilis sejak 2018 silam, produk ini menawarkan biaya penjualan Rp 0 dan fee manajemen 0,5%.
Untuk konsep yang diterapkan dalam menjalankan produk ini, Bahana mengedepankan penempatan 100% pada bank syariah. "Poin yang kami jual adalah produk ini likuid dan kompetitif," ungkap Soni Wibowo, Direktur Bahana TCW Investment Management.
Adapun segmen sasaran produk ini adalah investor pemula yang tidak suka dengan volatilitas dan dapat cair kapan saja. Mereka ini adalah tipe investor yang sangat berhati-hati dan cenderung bermain aman.
Dalam hal kanal pemasaran, Bahana menggunakan semua kanal yang mereka miliki, meski mayoritas masih berasal dari wealth management mereka.
Lalu, bagaimana target AUM hingga akhir tahun dan bagaimana kondisi pencapaian hingga saat ini? Soni bilang produk ini sudah memiliki AUM di atas Rp 100 miliar. Meski begitu, ia mengaku Bahana tidak memiliki target AUM tertentu di tahun ini.
Produk ini juga meraih return yang cukup kompetitif antara 5% hingga 6% per tahun. Adapun imbal hasil dalam tiga tahun terakhir berkisar 13%.
Mandiri Investasi Syariah Berimbang (MISB)
Produk reksadana campuran syariah besutan Mandiri Manajemen Investasi (MMI) ini diluncurkan sejak 2004, dengan nilai pembelian awal Rp 50.000.
Terdapat 3 kanal distribusi untuk mendapatkan produk ini. Yaitu dengan direct sales langsung melakukan transaksi melalui sales Mandiri Investasi, melalui agen penjual reksadana (Aperd) yaitu bank distributor, dan juga melalui aplikasi Moinves.
Alvin Pattisahusiwa, Direktur Utama MMI, bilang, ketiga jalur ini dipilih karena dapat mencapai seluruh segmen investor Mandiri Investasi. Hingga saat ini, AUM MISB telah mencapai Rp 32 miliar.
Ke depannya, pihaknya akan menggenjot AUM dengan mengoptimalkan kanal distribusi yang saat ini telah dimiliki oleh MMI dengan didukung kinerja reksadana yang baik.
Sedangkan untuk return tiap tahunnya, dipengaruhi tingkat yield obligasi atau sukuk serta pergerakan pasar saham. Dalam 3 tahun terakhir, return yang dihasilkan 12,08%.
Adapun strategi investasi yang dilakukan untuk pengembangan return adalah dengan memfokuskan pada karakteristik low duration sukuk ditambah enhancer dari saham-saham syariah.
Sedangkan keranjang investasi yang dipilih adalah penempatan dana pada instrumen sukuk dan saham syariah, serta cash dalam deposito.
Lebih lanjut, untuk memitigasi risiko, pihaknya selalu berinvestasi pada perusahaan dengan kinerja bisnis dan kinerja keuangan positif yang masuk ke dalam sistem yang telah dibentuk.
Baca Juga: Reksadana pasar uang periode 5 tahun masih bisa cuan di tengah rendahnya suku bunga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News