5 level kemahiran trading yang perlu Anda kenali

Sabtu, 02 Desember 2017 | 14:26 WIB   Reporter: Hasbi Maulana
5 level kemahiran trading yang perlu Anda kenali


Unconscious Incompetence

Tidak sadar bahwa tidak mampu. Ini level paling dasar yang pernah dihuni seorang trader, mungkin termasuk Anda saat ini. Bisa jadi Anda menjadi trader karena tergiur berbagai kabar yang menyebutkan bahwa dunia trading bisa mengantar Anda masuk daftar orang terkaya Forbes dalam semalam.

Pada minggu-minggu awal trading, Anda mungkin memperoleh profit menakjubkan 10%! Harga bergerak persis dengan harapan posisi Anda.

Padahal Anda sendiri merasa belum banyak mengetahui dunia trading ini. Diam-diam Anda bergumam, "Wah, ternyata menjadi kaya itu begitu mudah."

Anda mulai merasa yakin jalan trading adalah suratan nasib Anda yang sesungguhnya. Anda merasa bernasib baik karena bertemu dengan dunia trading.

Karena itu pula Anda mulai menghitung-hitung berapa yang akan diperoleh dalam sebulan, setahun, lima tahun, atau sepuluh tahun. Anda pun merasa telah menemukan jalan yang tepat untuk meraih kekayaan. 

Sayangnya, anggapan itu segera luntur secara perlahan. Hari demi hari, minggu demi minggu, keberuntungan awal itu tak kembali terulang. Seolah pergerakan harga terus menerus melawan posisi transaksi Anda. Modal Anda justru semakin tergerus. Anda mencoba bertahan namun modal semakin menipis.

Namun begitu Anda tetap ngeyel bahwa trading merupakan jalan hidup, walaupun rekaman kinerja portofilo berkata sebaliknya. Anda tetap yakin sebagai orang istimewa yang akan mampu mendapatkan kunci kekayaan dari trading meskipun lebih sering rugi ketimbang profit. 

Anda tidak rela mendapati kenyataan bahwa "peta harta karun" bernama trading yang tengah Anda pegang mungkin palsu dan menyesatkan.

Di tahap ini Anda sama sekali tidak mempunyai strategi trading. Emosi Anda lebih dominan. Anda kerap marah karena market "melawan" posisi Anda. Posisi-posisi yang Anda pasang lebih sering disebabkan nafsu balas dendam ketimbang perhitungan matang.

Seiring itu, Anda semakin takut bertransaksi. Saking takutnya, Anda buru-buru ambil untung ketika gain masih terlalu kecil. Namun, sebaliknya, rasa penasaran Anda terus membiarkan posisi yang terlanjur loss semakin menumpuk.

Sebagian besar trader yang berada pada kondisi ini akhirnya menyerah dan marah sembari menyimpulkan trading bukan jalan yang tepat baginya. Sebagian lagi menyadari bahwa dia memang kalah dan memilih menyerah dengan sukarela. 

Cukup banyak yang tetap bertahan di level ini hingga tahunan, namun tak pernah beranjak dari sana. Mereka terus menerus mengulang kesalahan yang pernah terjadi. 

Sebagian trader, porsinya lebih sedikit, akhirnya paham bahwa selama ini mereka memang sama sekali tidak tahu trading. Mereka baru menyadari bahwa selama ini cuma gambling, berjudi. 

Pemahaman yang terakhir ini mengantar mereka tiba pada level berikutnya. 

Editor: Hasbi Maulana

Terbaru