KONTAN.CO.ID - Banyak investor pemula sering terjebak dengan angka harga saham di pasar, padahal menurut Warren Buffett, harga (price) dan nilai (value) adalah dua hal yang berbeda.
Buffett menekankan bahwa memahami perbedaan keduanya adalah kunci dalam mengambil keputusan investasi jangka panjang. Dengan prinsip inilah ia berhasil membangun reputasi sebagai salah satu investor terbesar sepanjang masa.
Dikutip dari Investopedia, Buffett menjelaskan bahwa harga adalah apa yang Anda bayarkan, sementara nilai adalah apa yang sebenarnya Anda dapatkan.
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Gelontorkan Rp 837 Miliar untuk Buyback Saham
Dengan kata lain, harga hanyalah angka di layar perdagangan, sedangkan nilai adalah kekuatan bisnis yang mendasari saham tersebut.
Apa Itu Harga dalam Investasi?
Harga saham adalah angka yang muncul di pasar setiap hari, naik turun mengikuti sentimen, berita, serta aktivitas jual-beli investor.
Angka ini seringkali memengaruhi emosi banyak orang. Investor yang terlalu fokus pada harga cenderung mudah panik saat pasar jatuh atau terlalu euforia saat harga melonjak.
Apa Itu Nilai?
Nilai atau nilai intrinsik merujuk pada kekuatan riil suatu bisnis. Faktor yang membentuk nilai ini antara lain kinerja keuangan, prospek pertumbuhan, kualitas manajemen, hingga keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan.
Buffett percaya bahwa dalam jangka panjang, harga saham akan selalu kembali mencerminkan nilai riil perusahaan tersebut.
Mengapa Banyak Investor Keliru?
Kesalahan umum terjadi ketika investor menyamakan harga dengan nilai. Ada yang membeli saham karena harganya sedang naik, padahal tidak memperhatikan kondisi fundamentalnya.
Sebaliknya, ada pula yang panik menjual saham hanya karena harganya turun, padahal nilai bisnis tetap solid. Inilah jebakan pasar yang sering terjadi akibat emosi, tren sesaat, atau ketakutan ketinggalan momentum (FOMO).
Tonton: Harga Emas Antam Menghijau Hari Ini (4 Oktober 2025)
Prinsip Investasi Buffett
Buffett menerapkan sejumlah prinsip penting agar tidak terjebak hanya pada harga. Pertama, ia selalu mencari margin of safety, yaitu membeli saham dengan harga jauh di bawah nilai wajar agar risiko lebih terkendali.
Kedua, ia memilih perusahaan dengan keunggulan kompetitif jangka panjang, misalnya merek kuat atau loyalitas pelanggan. Ketiga, ia berinvestasi dengan horizon jangka panjang, bukan sekadar mengikuti pergerakan harga harian.
Dua contoh nyata strategi Buffett adalah Coca-Cola dan Apple. Ia membeli saham Coca-Cola sejak akhir 1980-an ketika harganya masih rendah dibanding nilai bisnisnya, dan hingga kini saham itu menjadi salah satu portofolio terbesar Berkshire Hathaway.
Begitu pula dengan Apple, meski termasuk perusahaan teknologi, Buffett menilai fundamentalnya kokoh dengan arus kas kuat dan basis konsumen loyal.
Pelajaran utama dari Buffett adalah jangan terkecoh oleh harga semata. Investor perlu melihat lebih dalam, memahami bisnis yang dijalankan, serta memastikan membeli dengan harga yang masuk akal dibandingkan nilai sesungguhnya.
Dengan disiplin ini, investasi akan lebih aman dan berpotensi memberikan keuntungan berkelanjutan.
Selanjutnya: Promo Point Coffee Menu Baru Dicampur Es Krim, Berlaku Oktober 2025
Menarik Dibaca: Ini 5 Tips Panjang Umur Menurut Sains yang Dapat Anda Terapkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News