Pensiun

Strategi Pensiun Optimal: Hindari Tiga Kesalahan Fatal yang Kerap Dilakukan Investor

Minggu, 16 November 2025 | 14:10 WIB
Strategi Pensiun Optimal: Hindari Tiga Kesalahan Fatal yang Kerap Dilakukan Investor

ILUSTRASI. Ada tiga kesalahan yang kerap dilakukan investor saat menyiapkan dana pensiun. (Photo by CFOTO/Sipa USA)


Reporter: Harris Hadinata  | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Zaman sekarang, sudah semakin banyak orang yang sadar untuk menyiapkan bekal keuangan di masa pensiun kelak. Kebanyakan pekerja saat ini rata-rata sudah mulai melakukan persiapan dana untuk bekal kala pensiun, kendati usia mereka masih cukup muda.

Cuma, ternyata tidak semua orang mempersiapkan dana pensiun dengan cara yang benar. Laporan Asia Care Survey 2025 yang digelar oleh Manulife menyebut, masih banyak orang Indonesia yang terjebak dalam pola pikir keliru saat menyiapkan dana pensiun.

Kesalahan ini hampir terjadi di semua kelompok usia, baik yang masih muda maupun yang mendekati masa pensiun. “Sehingga bekal pensiun mereka jauh dari optimal,” kata Eveline Haumahu, Chief Marketing Officer PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, dalam keterangan resmi, Sabtu (15/11/2025).

Baca Juga: Naik 2,19%, OJK Catat Jumlah Peserta Dana Pensiun 29,1 Juta Orang per Juli 2025

Eveline menyebut, menyiapkan dana pensiun bukan sekadar menabung. Mempersiapkan dana pensiun membutuhkan strategi matang. Nah, banyak orang mengabaikan strategi tiga babak investasi dalam menyiapkan dana pensiun.

Eveline memaparkan, tahap pertama dari investasi untuk persiapan masa pensiun disebut babak akumulasi. Di tahap ini, tujuan investor adalah menumbuhkan modal investasi melalui instrumen yang agresif dan fluktuatif.

Karena itu, di tahapan ini, instrumen investasi yang berkarakter high risk, high return bisa jadi pilihan. “Saham atau reksadana saham, emas, bahkan properti bisa jadi pilihan, asal dipahami benar risikonya,” tutur Eveline.

Baca Juga: Aset Dana Pensiun BCA Tumbuh 2,5% pada Semester I-2025

Sayangnya, Asia Care Survey 2025 menemukan, responden Indonesia di populasi berusia produktif justru menempatkan lebih dari 50% asetnya dalam bentuk tunai. Alhasil, investor nyaris tidak menikmati return sama sekali.

Malah banyak responden usia produktif menempatkan dananya di tabungan. Padahal, instrumen tunai seperti rekening tabungan dirancang untuk kemudahan transaksi, bukan memberikan pertumbuhan.

Karena itu, tabungan hanya menawarkan imbal hasil sangat rendah. Perilaku main aman ini berpotensi menghambat pertumbuhan aset dan menurunkan kesejahteraan di masa pensiun nanti.

Baca Juga: Aset Dana Pensiun Bank Mandiri Capai Rp 11,24 Triliun per Juli 2025

Setelah pensiun tinggal 3-5 tahun lagi, investor akan masuk tahap kedua, yakni babak preservasi. Di tahapan ini, misi utama investor adalah mengurangi risiko, demi menjaga modal yang telah terkumpul.

Karena itu, investor bisa memperbanyak porsi instrumen investasi yang memberi potensi laba lebih terbatas. Di fase ini obligasi dan reksa dana pendapatan tetap bisa jadi alternatif yang baik.

Lalu, ketika usia sampai di ujung masa produktif, dimulailah tahap realisasi. Di tahapan ini, investor akan mulai mengonsumsi bekal pensiun sebagai ganti penghasilan yang tak lagi datang saban bulan.

Baca Juga: Aset Dana Pensiun Bank Mandiri Tumbuh 6,17% per Juli 2025

Karena itu, di tahapan ini, bekal pensiun sebaiknya berbentuk sangat likuid dan mudah diakses, serta disiagakan dalam alternatif paling stabil dan bebas dari fluktuasi. Di fase ini, deposito dan reksadana pasar uang boleh dipertimbangkan sebagai wadah investasi.

Akan tetapi, berdasarkan Asia Care Survey 2025, ternyata 38% responden berusia 55 tahun lebih justru memprioritaskan properti sebagai aset utamanya. Alasannya, harga properti akan terus naik.

Padahal, saat tak lagi produktif, likuiditas seharusnya jadi hal yang utama. Karena itu, idealnya di tahapan ini, investor sudah tidak lagi bergantung pada aset-aset yang butuh waktu bertahun-tahun untuk dijual.

Satu kesalahan fatal lainnya adalah tidak siapnya orang yang pensiun menghadapi kejadian tak terduga. Saat tak punya perlindungan, maka sakit, kehilangan jiwa, kehilangan pekerjaan dan penghasilan, bisa memorak-porandakan rencana menikmati pensiun sejahtera.

Karena itu, penting memiliki asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan dana darurat. Eveline menuturkan, ketiganya adalah tameng yang tak boleh lupa disiapkan.

Selanjutnya: Kapan Waktu untuk Membeli Token Listrik PLN? Intip Informasi Selengkapnya

Menarik Dibaca: Apakah Timun Bisa Menurunkan Kolesterol Tinggi atau Tidak? Ini Jawabannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Video Terkait


Terbaru