Survei Manulife: Masyarakat Indonesia Butuh Rp 16,52 Juta per Bulan di Masa Pensiun

Kamis, 15 Desember 2022 | 18:01 WIB   Reporter: Nur Qolbi
Survei Manulife: Masyarakat Indonesia Butuh Rp 16,52 Juta per Bulan di Masa Pensiun

ILUSTRASI. Jumlah rata-rata kebutuhan pensiun per bulan setara 90% dari pendapatan rata-ratanya saat ini.


DANA PENSIUN - JAKARTA. Survei terbaru Manulife Investment Management (MIM) memperlihatkan, masyarakat Indonesia membutuhkan rata-rata Rp 16,52 juta setiap bulan untuk dapat mempertahankan gaya hidup yang nyaman di masa pensiun. Jumlah tersebut setara 90% dari pendapatan rata-ratanya saat ini.

Akan tetapi, porsi aset yang diinvestasikan orang Indonesia dari pendapatannya saat ini relatif rendah. Padahal, ini akan menjadi sumber pendapatan utama yang mereka butuhkan di masa pensiun. Menurut survei tersebut, 68% penduduk Indonesia memiliki aset investasi di bawah Rp 600 juta.

Head of Retirement Proposition, Strategy and Transformation, Asia Retirement, Manulife Investment Management Elvin Tharm mengatakan, ada kesenjangan besar antara perkiraan pengeluaran di masa pensiun dan jumlah pendapatan pensiun yang mereka yakini dapat dicapai sesuai dengan status keuangan saat ini.

Orang-orang di Indonesia, bahkan di seluruh Asia sedang menghadapi situasi sulit dalam menjembatani kesenjangan ini. "Dengan adanya inflasi, biaya kesehatan, dan kenaikan harga kebutuhan sehari-hari, daya beli uang tabungan dan pendapatan mereka akan terkikis seiring berjalannya waktu.” ucap Elvin dalam acara peluncuran fitur terbaru MIM, yakni Retirement Income Forecaster (Proyeksi Pendapatan Pensiun) pada Kamis (15/12).

Baca Juga: Ingin Tahu Proyeksi Pendapatan Pensiun Bulanan? Cek Fitur Terbaru dari MIM

Orang Indonesia masih memiliki kecenderungan untuk menyimpan uang tunai. Mereka mengalokasikan 37% asetnya dalam bentuk uang tunai dan deposito perbankan.

Sementara itu, mereka hanya mengalokasikan 29% asetnya ke investasi seperti reksa dana, saham, obligasi, ETF, dan real estate. Selain itu, hanya 53% penduduk Indonesia yang terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) atau telah mengambil dana pensiun dari pihak swasta.

“Mereka yang berencana mengandalkan simpanan tabungannya setelah mencapai usia pensiun akan menanggung risiko tidak memiliki sejumlah dana pensiun yang cukup," ungkap Elvin.

Hal ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak bagi masyarakat dalam merencanakan kesejahteraan finansial mereka dengan lebih baik melalui cara yang efektif. Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia harus meningkatkan jumlah persentase dari pendapatannya untuk diinvestasikan.

Baca Juga: MAMI Menyalurkan Dana Purifikasi Reksadana Syariah Sebesar Rp 112 Juta

Pemerintah telah meningkatkan batasan usia pensiun sebanyak satu tahun secara bertahap setiap tiga tahun, hingga menjadi 65 tahun. Hal ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki lebih banyak waktu dalam mendapatkan dan menyimpan uang.

Masyarakat harus meningkatkan alokasi aset mereka ke dalam produk investasi. Skema dana pensiun tambahan juga diperlukan untuk menciptakan arus pendapatan yang berkelanjutan ketika mereka pensiun.

Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan memperkirakan, inflasi akan tetap tinggi dan pasar akan tetap befluktuasi untuk jangka waktu yang relatif cukup lama. Ini bukan kondisi makro yang ideal untuk perencanaan pensiun.

Dalam kondisi seperti ini, investor harus mempertimbangkan
strategi diversifikasi multiaset yang berorientasi pada pendapatan jangka panjang saat membuat perencanaan pensiun. Hal ini memungkinkan investor untuk mencari dan mendapatkan arus pendapatan yang berkelanjutan dari aset dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

Dengan cara ini, investor juga berpotensi mendapatkan keuntungan dari capital gain yang kemungkinan tersebar di berbagai wilayah geografis dan sektor yang dapat menghasilkan imbal hasil riil di atas inflasi. "Masyarakat dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi pada produk yang menginvestasikan kembali keuntungan yang didapatkan dari modalnya," ucap Katarina.

Baca Juga: Dana Asing di SUN Berkurang, Ini Efeknya

Dalam jangka pendek, MIM memperkirakan inflasi pangan dan energi akan tetap tinggi, sedangkan barang dan jasa yang sensitif terhadap suku bunga dapat mengalami disinflasi.

Selain itu, kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi sedang meningkat. Tim MIM memperkirakan akan terjadi resesi di negara maju dan pemulihan ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan di beberapa negara Asia.

Dalam jangka panjang, MIM memperkirakan inflasi akan terus meningkat, meskipun secara moderat. Hal ini didorong oleh faktor global dan dari sisi penawaran. Ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi bank sentral untuk bekerja keras dan dapat mendorong mereka untuk menghadapi inflasi yang lebih tinggi dalam jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati

Terbaru