Pensiun dini, tak cuma soal berani

Selasa, 22 Agustus 2017 | 10:00 WIB   Reporter: Marantina
Pensiun dini, tak cuma soal berani


Pensiun dini juga memungkinkan seseorang memperoleh manfaat Program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Dengan catatan, manfaat Program JP baru bisa Anda rasakan setelah membayar iuran rutin selama 15 tahun bekerja.

Pensiun Bermodal Dana cadangan

Masalahnya, banyak yang tidak paham memanfaatkan dan mengelola dana pensiun yang mereka dapat. Padahal, perencanaan dan persiapan pensiun sangat penting agar tetap sejahtera di masa pensiun.

Untuk itu, utamakan penggunaan dana pensiun untuk melunasi seluruh utang. Menurut hitungan Pandji, saat pensiun, pengeluaran seseorang bisa berkurang 30%– 50%. Salah satunya karena cicilan sudah terbayar.

Di samping itu, biaya transportasi dan sosialisasi juga jauh berkurang. “Setelah membayar utang, hitung, apakah sisa paket pensiun cukup untuk kebutuhan sehari-hari sampai akhir usia,” kata Pandji.

Bila dana pendi yang ditawarkan tak cukup melunasi seluruh utang, sebaiknya Anda menunda pensiun dini. Soalnya, dengan ada beban utang, maka Anda tidak bisa menikmati masa pensiun dengan optimal.

Kalau memang dana pendi dari perusahaan masih kurang, Anda bisa berpikir merintis bisnis sehingga tetap mendapat penghasilan setelah pensiun. Pandji menyebutkan, untuk memodali bisnis, pertama-tama gunakan sekitar 10% dari paket pensiun.

Pasalnya, setelah bertahun-tahun menjadi karyawan, belum tentu seseorang langsung sukses ketika berbisnis. Maka, jangan habiskan paket pensiun sebagai modal bisnis karena terlalu berisiko.

Tidak sedikit yang kesejahteraannya berkurang setelah pensiun dini. Sebab, paket pensiun dari perusahaan ludes dalam “sekejap”. Untuk menghindari hal ini, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan.

Pertama, memupuk dana cadangan. Prinsipnya sama seperti orang yang masih bekerja. Untuk keluarga tanpa tanggungan anak, siapkan dana cadangan enam kali dari kebutuhan bulanan rumahtangga.

Sedang untuk keluarga dengan satu anak, simpan dana darurat sebanyak sembilan kali. Jumlah ini naik jadi 12 kali bagi keluarga dengan dua anak.

Kedua, berinvestasi. Setelah punya dana darurat, barulah Anda bisa berpikir untuk menginvestasikan dana yang ada.

Para perencana keuangan menyarankan peserta pendi menempatkan dana di instrumen investasi yang resikonya kecil, meskipun imbal hasilnya relatif kecil.

Contoh, deposito, reksadana pasar uang, logam mulia.

Menurut Prita, Anda harus memaksimalkan aset investasi untuk menambah sumber penghasilan dan kekayaan sebagai modal pensiun.

Anda bisa menempatkan sebagian dana di aset yang memberikan penghasilan pasif. Sisanya bisa Anda taruh di instrumen investasi yang cukup agresif.

Contoh, sebagian dana pensiun Anda belikan properti yang berpotensi memberi penghasilan sewa, seperti rumah atau apartemen.

Sebagian lagi dikelola di produk keuangan semisal reksadana untuk mengakumulasi potensi keuntungan. “Cermati perkembangan investasi setiap tahun, dan pastikan Anda memiliki dana darurat dalam jumlah ideal,” ujar Prita.

Sudah mantap mau pendi?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru