Pensiun dini, tak cuma soal berani

Selasa, 22 Agustus 2017 | 10:00 WIB   Reporter: Marantina
Pensiun dini, tak cuma soal berani


DANA PENSIUN - Banyak orang menganggap pensiun dini sekadar soal nyali. Padahal, nyali saja tidak cukup untuk menjamin hidup setelahnya.

Tidak pernah terbersit sedikit pun di benak Luna untuk pensiun dini ketika bergabung jadi karyawan di salah satu bank swasta pada 2011 silam. Tapi, perempuan 32 tahun ini tidak bisa lagi memendam mimpi untuk tinggal dan berkelana di negeri orang.

Setelah empat tahun bekerja sebagai bankir, Luna membulatkan tekad untuk berhenti bekerja dan mencari pengalaman hidup di Australia.

Bulan pun jatuh dalam ribaan. Di saat yang sama, bank tempatnya bekerja menawarkan program pensiun dini ke semua karyawan.

“Waktu itu, laba perusahaan sedang turun, jadi perusahaan menawarkan pensiun dini yang berlaku untuk semua karyawan, bahkan bagi karyawan baru,” kisah Luna.

Menurutnya, banyak karyawan yang menerima tawaran tersebut mengingat nilai pesangon yang besar.

Kalau mengajukan pengunduran diri atau resign, besaran pesangon yang Luna terima tak sampai dua kali gaji.

Sementara pesangon dari pensiun dini mencapai 11 kali gaji. “Tentu saja, saya ambil tawaran pensiun dini. Atasan saya waktu itu juga setuju,” kenangnya.

Pensiun dini alis pendi. Istilah ini berlaku bagi orang-orang yang berhenti bekerja sebagai karyawan sebelum usia 55 tahun.

Musababnya beragam, bisa keinginan sendiri atau terpaksa lantaran kebijakan perusahaan seperti yang dialami Luna.

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru