Mari berbisnis saham

Selasa, 08 Oktober 2013 | 19:55 WIB   Reporter: Hasbi Maulana
Mari berbisnis saham

ILUSTRASI.


JAKARTA. Saham merupakan instrumen investasi bertenor panjang. Dengan memegang saham sebuah perusahaan, kita bisa mendapat hasil investasi dari pembagian laba perusahaan berdasarkan jumlah saham yang kita pegang dan berpotensi meraih untung dari penjualan kembali saham yang kita beli. Keuntungan yang terakhir ini sering disebut capital gain.
 
Meskipun demikian, investasi di saham bukan lahan investasi yang bebas risiko. Investor yang ingin bertransaksi saham perlu memahami dan mengetahui dulu tujuan investasinya, termasuk mengukur risiko perusahaan yang sahamnya mereka beli.
 
Para pakar bilang, berinvestasi di saham itu ibarat membuka bisnis baru. Risiko meraup keuntungan sama besar dengan risiko kerugian. Lantaran tingkat risiko itulah, para perencanaan keuangan menyarankan, para investor yang sudah memasuki usia pensiun, di atas 55 tahun, tidak memilih saham sebagai wahana investasi.  Jangan sampai, dana pensiun yang ingin dibiakkan malah menguap di bursa saham.  Toh, ada reksadana campuran yang memberikan imbal hasil cukup lumayan sebagai alternatif pengganti.

Sebelum terjun ke bursa saham, yang penting, tentukan dulu motif Anda membeli saham. Apakah ingin mengincar keuntungan jangka pendek dengan jual beli alias trading saham? Atau, Anda ingin menjadi investor jangka panjang? Investor jangka panjang tak hanya mengincar keuntungan dari kenaikan harga saham. Mereka juga mengincar pembagian dividen atau bagian dari keuntungan perusahaan. Tipe investor seperti ini, biasanya, tak suka jika ia disebut “bermain saham”. Ia lebih suka menyebut dirinya tengah “berbisnis saham”.

Lain investor jangka panjang, lain pula motivasi seorang trader. Dividen hanyalah sekedar pemanis, karena tujuan utamanya adalah capital gain untuk jangka pendek.
 
Namun, dalam konteks perencanaan keuangan keluarga, saham merupakan sarana investasi jangka panjang. Oleh karena itu, proses pemilihan saham seharusnya dilakukan berdasarkan analisis fundamental kinerja perusahaan. Itu berarti, Anda harus memahami cara membaca laporan keuangan dan mengetahui seluk beluk bisnis perusahaan yang hendak Anda beli sahamnya.
 
Ini berbeda dengan trader. Analisis teknikal yang dibuat berdasarkan naik turun harga saham lebih mendominasi keputusan investasi mereka.
 
Anda sebaiknya juga memperhatikan faktor likuiditas. Artinya, tingkat kemudahan saham itu diperjualbelikan. Biasanya, semakin banyak saham beredar, saham tersebut lebih mudah ditransaksikan.

Ada dua pilihan bagi Anda yang baru terjun bermain saham. Seorang investor dapat bertransaksi sendiri dengan layanan online trading atau menggunakan jasa broker sekuritas. Namun, sebelum bertransaksi online, investor harus mengumpulkan informasi yang cukup mengenai dunia saham.
 
Pada tahap awal, tak ada salahnya investor memanfaatkan jasa sekuritas untuk mendapatkan pendampingan dan riset terkait emiten saham unggulan. Ini akan memudahkan investor melakukan pemilihan saham. Selain itu, para analis menyarankan Anda belajar menyusun trading plan. Dengan mengantongi trading plan, investasi dapat lebih terukur, baik risiko maupun potensi keuntungannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Cipta Wahyana
Survei KG Media
Terbaru