Investasi sejak dini adalah harga mati

Jumat, 27 September 2013 | 16:26 WIB   Reporter: Cipta Wahyana
Investasi sejak dini adalah harga mati

ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di kantor cabang Bank Sahabat Sampoerna, Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


JAKARTA. Apakah Anda anak seorang konglomerat? Jika ya, Anda orang yang beruntung.  Sebab, bisa dipastikan, semua kebutuhan hidup Anda saat ini dan di masa yang akan datang akan terpenuhi.  Dalam kondisi seperti ini, sah-sah saja jika Anda sering mengutip semboyan “Muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga”.
 
Masalahnya, orang yang berstatus anak konglomerat hanya segelintir. Mayoritas dari kita adalah orang biasa yang harus sekolah, kuliah, dan kemudian bekerja untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup.  Sampai di sini, masalah belum selesai. Setiap orang harus menghadapi kenyataan bahwa kebutuhan terus bertambah seiring pertambahan usia, sementara penghasilan bersifat terbatas. Untuk memperoleh uang lebih banyak, kita memang bisa bekerja lebih lama. Cuma, waktu yang tersedia untuk bekerja ada batasnya.
 
Seandainya kita bisa membelah diri, barangkali, masalah itu bisa teratasi.  Namun, tak perlu pusing memikirkan cara membelah diri. Sebab, sebenarnya, Anda bisa mempekerjakan uang Anda sendiri agar memperoleh uang lebih banyak. Caranya adalah dengan berinvestasi.
 
Secara sederhana, investasi adalah penempatan dana untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.  Dengan investasi, di saat Anda bekerja, tidur, atau pelesiran; uang yang Anda investasikan itu akan berbiak.
 
Ketidaksesuaian antara kebutuhan dan penghasilan bukan satu-satunya alasan berinvestasi. Alasan lainnya adalah inflasi. Banyak orang bilang, inflasi itu ibarat pencuri.  Tanpa kita sadari, ia sering datang menyelinap dan merampok kita habis-habisan. Inflasi juga tidak pandang bulu. Orang miskin, setengah kaya, maupun kaya raya tak bisa menghindar saat inflasi datang. Nilai hampir semua jenis aset mereka menyusut tanpa ampun.
 
Inflasi juga sering merusak rencana-rencana keluarga. Misalnya, duit yang ditabung di bank tak cukup lagi membiayai sekolah anak karena tiba-tiba pengelola sekolah menaikkan uang pangkal. Contoh lain, harga yang selalu naik saban tahun membuat mobil impian tak kunjung terbeli.
 
Merasa tak berdaya, banyak lantas pasrah ketika inflasi menggilas daya beli mereka. Namun, tak sedikit pula orang yang melawan si pencuri bernama inflasi itu. Caranya: mereka berinvestasi!

Investasi menjadi solusi jitu menjinakkan inflasi karena akan membuat dana kita terus berbiak.  Ada banyak ladang investasi untuk membiakkan duit Anda. Misalnya Anda bisa menginvestasikan duit Anda di saham, obligasi, reksadana, emas, properti, atau bahkan memulai bisnis sendiri.  Nah, dengan strategi yang tepat, keuntungan investasi akan mampu mengalahkan inflasi.
 
Harap dicatat, dalam konteks ini, tabungan atau deposito tidak masuk kategori produk investasi.  Sebab, lazimnya, bunga simpanan yang diberikan oleh bank tak akan mampu menyusul laju inflasi.

Investasi bukan berjudi

Tapi, jangan salah; investasi bukan berjudi.  Berjudi adalah menempatkan uang dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang belum pasti. Memang, ada yang bilang bahwa ketika kita berinvestasi di saham, misalnya, kita tengah berjudi. Anggapan itu benar jika Anda berinvestasi di saham hanya berdasar tebakan semata.
 
Investor yang bijaksana tidak asal melemparkan duitnya sambil merem. Ia melakukan analisis dan hanya akan menempatkan duit jika memang ada potensi keuntungan yang masuk akal. 

Agar berhasil, investasi membutuhkan perencanaan yang matang. Seperti telah disinggung di tulisan lain, di tahap pertama, seorang investor harus menentukan tujuan investasinya dengan spesifik. Kedua, investor juga harus mengukur seberapa besar risiko yang mampu ia pikul.  Maklum, semua produk investasi pasti mengandung risiko.

Langkah terakhir adalah yang paling sulit. Ada banyak pilihan instrumen investasi seperti saham, reksadana, obligasi, emas, dan properti.  Investor harus bisa memilih produk yang tepat agar tujuan investasinya tercapai dalam jangka waktu yang telah ia ditetapkan.  Produk yang dipilih juga mesti sesuai profil risiko masing-masing.
 
Kini, setelah memahami seluk-beluk investasi dan alasan mengapa harus berinvestasi, ada satu konsep mendasar yang harus Anda pahami, yakni konsep bunga berbunga atau compound interest. Secara sederhana, compound interest adalah hasil yang diperoleh investor karena menginvestasikan kembali keuntungan investasi sebelumnya. Ambil contoh, Anda menginvestasikan Rp 100 juta dengan return rata-rata 10% setahun. Di tahun pertama, keuntungan Anda Rp 10 juta.  Jika Anda menginvestasikan kembali cuan ini di instrumen yang sama, di tahun kedua, keuntungan Anda bukan lagi Rp 10 juta, tapi naik menjadi Rp 11 juta. 

Nah, keajaiban konsep ini akan mengubah dana investasi Anda jadi mesin uang yang bekerja sendiri. Tentu, tingkat keuntungan yang Anda peroleh akan lebih besar lagi jika Anda menambah nilai investasi Anda secara rutin. Selain itu, semakin lama periode investasi, semakin besar pula gulungan keuntungan yang akan Anda peroleh di akhir periode.  Karena itulah, sebaiknya, setiap individu mulai berinvestasi sejak dini.  Kunci suksesnya, Anda harus menyisihkan sebagian pendapatan bulanan menjadi dana investasi rutin.

Nah, Anda bisa memulai langkah investasi dini Anda dengan mengunjungi Indonesia Financial Expo & Forum (IFEF) 2013. Ajang pameran produk investasi terbesar ini tengah berlangsung di Gramedia Expo Surabaya mulai hari ini (27/9) hingga 29 September 2013. Selanjutnya, IFEF juga akan digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, pada tanggal 4 Oktober - 6 Oktober 2013.

Sumber ilustrasi: www.shutterstock.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Cipta Wahyana
Terbaru