Jangan kaget saat gaji tak rutin lagi

Selasa, 23 Agustus 2016 | 10:00 WIB   Reporter: Melati Amaya Dori
Jangan kaget saat gaji tak rutin lagi


JAKARTA. Ada banyak alasan seseorang memutuskan berhenti bekerja. Ada yang merasa tidak cocok dengan pekerjaan tersebut, atau tidak cocok dengan atasan dan rekan kerja. Ada juga yang merasa kariernya sudah mandeg. Selain itu, banyak juga orang memilih resign lantaran tidak puas menjadi karyawan dan memilih  untuk menjalankan usaha sendiri atau menjadi pekerja lepas (freelance).

Dengan membangun usaha sendiri atau menjadi pekerja lepas, seseorang bisa jadi memperoleh penghasilan lebih besar ketimbang pendapatannya saat masih jadi karyawan. Cuma, pilihan tersebut juga punya risiko. Salah satunya, orang tersebut jadi kehilangan pendapatan tetap yang dulu ia terima saat masih jadi karyawan.

“Ketidakpastian pendapatan ini bisa menjadi kendala bagi keuangan orang tersebut dan keluarganya,” kata Rakhmi Permatasari, perencana keuangan Safir Senduk & Rekan.
Karena itu, saat seseorang memutuskan berhenti bekerja sebagai karyawan dan memilih membuka usaha sendiri atau menjadi pekerja lepas, orang tersebut harus benar-benar siap melakukan perubahan. Bukan cuma perubahan dari sisi perilaku kerja, tapi juga dari sisi pengelolaan keuangan.

Maklum saja, lantaran pendapatan yang diterima kini jadi tidak pasti, keuangan orang yang menjalani profesi sebagai pekerja lepas atau pebisnis harus lebih kuat ketimbang orang yang bekerja di perusahaan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan keuangan saat Anda memutuskan beralih profesi dari pekerjaan dengan penghasilan tetap ke pekerjaan dengan penghasilan tidak tetap.

Pertama, hitung kembali pengeluaran bulanan Anda. Perencana keuangan Janus ID Farah Dini Novita menyebut, orang yang resign perlu menghitung berbagai biaya primer yang kerap ia keluarkan. Di antaranya adalah biaya pendidikan, biaya keagamaan, transportasi sehari-hari dan biaya akomodasi. Ini termasuk biaya makan minum dan tagihan listrik serta air.

Selain itu, pertimbangkan juga biaya yang akan muncul saat Anda memulai bisnis sendiri. Misal biaya sosialisasi terkait pekerjaan. Bila Anda masih punya cicilan non konsumtif yang harus dibayar rutin, cicilan ini juga harus dimasukkan dalam pos pengeluaran pokok.

Kedua, Anda harus memastikan dana darurat Anda sudah cukup. Karena bakal berhadapan dengan pendapatan yang tidak pasti, idealnya Anda memiliki dana darurat sebesar 12 kali pengeluaran rutin setiap bulannya.

Jika Anda tulang punggung keluarga, tentu Anda juga harus menghitung pengeluaran untuk masing-masing anggota keluarga Anda. Begitu pula jika Anda bukan tulang punggung keluarga, tapi pendapatan Anda saat bekerja berperan untuk menutup pengeluaran.

Ketiga, bila belum memiliki kartu kredit, Anda perlu mengajukan permohonan kartu kredit sebelum resign dari kantor. Kartu kredit ini berfungsi untuk persiapan bila ada pengeluaran penting mendadak saat sudah resign. Misal, ada anggota keluarga yang tiba-tiba sakit.

Keempat, Anda perlu mengurangi utang sebelum kehilangan pendapatan tetap. Farah menyebut, orang yang resign terutama perlu menutup utang yang konsumtif, seperti utang kartu kredit, utang multifinance atau utang koperasi.

Bagaimana kalau masih memiliki utang jangka panjang yang dibayar dengan mencicil seperti utang KPR? “Kalau cicilan utangnya sudah hampir lunas, dia bisa sekalian melunasi utang tersebut,” kata Rakhmi. Anda bisa memanfaatkan dana darurat yang sudah Anda miliki sebelumnya. Tapi, sebelum Anda resign, usahakan nilai dana darurat sudah kembali ke posisi ideal.

Sementara bila cicilan utang masih panjang, Anda perlu memasukkan cicilan utang tersebut ke dalam pengeluaran pokok Anda. Jadi, setelah Anda resign, prioritas pembayaran utang ini menjadi sama dengan prioritas pengeluaran kebutuhan pokok, seperti untuk makan dan minum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Harris Hadinata

Terbaru