EDUKASI FINANSIAL - JAKARTA. Bukan rahasia lagi bahwa para kakek dan nenek jaman now pun pada pegang ponsel dan WA-nan. Jadi, tak mustahil para warga senior juga ikut kecipratan kabar perihal kedahsyatan meroketnya nilai tukar uang kripto ini.
Nah, masalahnya, kalau engkong ingin mengetahui seluk beluk bitcoin, apakah kita sudah punya gambaran bagaimana cara menjelaskannya?
Kalaupun kita berniat menerangkannya, kira-kira, mampukan mereka mencerna salah satu fenomena dunia digital yang paling memukau ini?
Eits, jangan buru-buru menghindar dengan mengalihkan topik pembicaraan, ya, jika pas mudik akhir tahun nanti ketemu pertanyaan seperti itu. Kakek dan nenek juga berhak mengikuti perkembangan peradaban dunia, bukan?
Lagi pula, siapa tahu, setelah sedikit paham soal bitcoin, si kakek malah ngasih uang saku buat iseng-iseng membeli bitcoin.
Yuk, langsung saja kita siapkan "materi presentasi" soal bitcoin buat mereka.
Bitcoin adalah uang biasa, tapi dalam bentuk digital
Jangan coba-coba menjelaskan Bitcoin dengan menggunakan jargon-jargon yang juga belum tentu dipahami generasi X atau generasi Z sekalipun. Lupakan istilah cryptocurrency atau blockchain.
Usahakan menggambarkan bitcoin sebagai uang yang banyak orang akrabi. Kita bisa menjelaskan bahwa Bitcoin adalah uang biasa yang memiliki nilai dan dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa.
Yang membedakan, uang ini tidak berwujud kepingan koin atau lembaran kertas. Bilang saja wujudnya digital.
Kalau kakek dan nenek bingung dengan istilah digital, berikan gambaran bahwa uang digital mirip uang yang tersimpan dalam tabungan di bank. Kita tidak memegangnya, tapi uang itu tercatat rapi sebagai milik kita; bisa kita tarik dan bisa kita kirimkan kepada orang lain.
Bitcoin bisa ditambang, tapi cukup di komputer
Mau tidak mau, kita akan ketemu pertanyaan lanjutan, "Lalu, dari mana kita bisa memperoleh bitcoin?"
Kita bisa menjelaskan beberapa cara memperoleh bitcoin.
Pertama, seperti mendapatkan uang dolar Amerika Serikat atau real Arab Saudi, kita bisa menukarkan rupiah dengan bitcoin di tempat-tempat penukaran uang alias money changer. Namun, jelaskan pula, bahwa di Indonesia tidak ada tempat penukaran bitcoin yang resmi dan legal.
Cara kedua, seperti uang biasa, kita juga bisa mendapatkan bitcoin kalau ada orang bersedia mengirimkannya ke rekening bitcoin kita.
Ketiga, ini bagian tersulit, kita jelaskan kepada engkong bahwa orang bisa "mencetak" bitcoin sendiri. Ini bedanya bitcoin dengan uang rupiah atau mata uang resmi lain yang dicetak oleh bank sentral.
Kali ini kita ibaratkan mencetak bitcoin seperti menambang emas. Selain membeli di toko atau dikasih sebagai hadiah, orang bisa mendapatkan emas dengan menambang atau mendulangnya.
Begitu pula dengan bitcoin. Kita bisa menambangnya, tapi tidak perlu ke gunung atau tepian sungai. Cukup dengan komputer yang canggih.
Bitcoin bisa dipakai berbelanja, tapi tidak sah di Indonesia
Jika kakek atau nenek tahu bahwa kini nilai 1 bitcoin setara dengan sekitar Rp 250 juta, sepertinya mereka akan terkejut. Mungkin, mereka akan membayangkan memiliki 4 unit bitcoin saja sudah senilai Rp 1 miliar.
Lalu, tentu saja, kakek atau nenek akan bertanya, "Bisa dipakai belanja di mana? Emang ada toko mobil yang mau menerima pembayaran bitcoin?"
Di sini kita bisa menjelaskan dengan terus terang bahwa membelanjakan bitcoin memang tidak semudah membelanjakan rupiah. Belum banyak toko atau warung di Indonesia yang menerima pembayaran transaksi dalam bentuk bitcoin.
Apalagi, sampai sekarang Bank Indonesia (BI) tidak mengakui bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Bahkan, ada wacana, tahun depan BI akan melarang penggunaan bitcoin sama sekali.
Namun, jangan lupa jelaskan bahwa di beberapa negara lain, bitcoin sudah bisa dibelanjakan barang apa saja. Dari sekadar beli pakaian, kosmetik, sampai membeli apartemen, dan membayar tiket pesawat.
Bitcoin untuk investasi dan spekulasi
Mungkin akan tiba saatnya pula kakek mencari kebenaran kabar yang dia dengar bahwa sebagian orang yang kemarin-kemarin memiliki bitcoin kini telah kaya mendadak.
Kita benarkan saja kabar itu karena kenyataannya memang begitu. Kita bisa ceritakan bahwa dalam setahun belakangan ini nilai tukar bitcoin melonjak sampai sekitar 5.000%. Jadi, orang yang pegang bitcoin dari awal tahun sampai hari ini, ya, memang bisa dibilang kaya mendadak.
Tak ada salahnya menjelaskan pula bahwa gara-gara melihat lonjakan itu, kini bitcoin menjadi sarana untuk spekulasi dan investasi. Padahal, oleh penemunya dulu, bitcoin dimaksudkan sekadar sebagai mata uang alternatif yang independen dari campur tangan bank sentral dan aturan perbankan.
Nah, tapi, kalau engkong mulai kelihatan bernafsu bertanya-tanya soal bagaimana cara berspekulasi atau berinvestasi bitcoin, mungkin tiba saatnya kita mengalihkan pembicaraan ke soal rencana berdonasi ke panti asuhan atau menanyakan kapan jadwal dia pergi ziarah tiba.
Soal lanjutan kisah bitcoin sebagai ajang spekulasi dan investasi, kapan-kapan kita ceritakan pada babe saja. Itupun kalau dia bertanya karena penasaran.
*Tulisan ini terinspirasi oleh artikel "How to Explain Bitcoin to Your Parents" .
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News