Berbagai Kesalahan Investasi yang Sering Menghambat Pertumbuhan Portofolio Pemula

Selasa, 23 Desember 2025 | 11:21 WIB
Berbagai Kesalahan Investasi yang Sering Menghambat Pertumbuhan Portofolio Pemula

ILUSTRASI. Berbagai Kesalahan Investasi yang Sering Menghambat Pertumbuhan Portofolio Pemula (Shutterstock/Tirachard Kumtanom)


Sumber: Bankrate,Investopedia  | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Memasuki pasar modal atau instrumen investasi lainnya menjadi langkah besar bagi seseorang untuk mengamankan masa depan finansial.

Namun, antusiasme untuk meraih imbal hasil tinggi sering kali tidak dibarengi dengan pemahaman risiko yang memadai.

Bagi investor pemula, kesalahan kecil dalam pengambilan keputusan dapat berdampak signifikan terhadap akumulasi kekayaan jangka panjang.

Baca Juga: Panduan Lengkap Investasi Saham Pemula: Hindari Kerugian!

Dalam dunia investasi, pengalaman memang guru terbaik, namun mempelajari kegagalan umum dapat menyelamatkan modal yang berharga.

Kurangnya edukasi dan faktor psikologis sering menjadi pemicu utama di mana investor terjebak dalam spekulasi dibandingkan melakukan investasi yang terukur.

Kegagalan Menentukan Tujuan dan Diversifikasi

Salah satu kesalahan paling mendasar yang dilakukan pemula adalah berinvestasi tanpa rencana yang jelas.

Berinvestasi tanpa tujuan spesifik seperti dana pensiun, biaya pendidikan, atau uang muka rumah, sering membuat investor mudah goyah saat menghadapi fluktuasi pasar.

Melansir dari Investopedia, investor pemula sering kali tidak memperhatikan pentingnya diversifikasi. Menempatkan seluruh modal pada satu saham atau satu sektor saja meningkatkan risiko sistemik yang tidak perlu.

Diversifikasi berfungsi sebagai jaring pengaman agar ketika satu sektor terkoreksi, sektor lain dalam portofolio dapat menjaga stabilitas nilai aset secara keseluruhan.

Selain diversifikasi, berikut adalah beberapa poin teknis yang sering terabaikan:

  • Mengabaikan Biaya Transaksi: Biaya broker dan pajak yang tinggi pada frekuensi perdagangan yang terlalu sering dapat menggerus keuntungan secara perlahan.
  • Dana Darurat yang Belum Terpenuhi: Berinvestasi menggunakan uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan mendesak merupakan langkah berisiko yang bisa memaksa investor menjual aset saat harga sedang turun.
  • Kurangnya Riset Mandiri: Mengandalkan "bisikan" atau tren tanpa membedah laporan keuangan emiten.

Baca Juga: Strategi Keuangan Freelancer: Atur Anggaran Stabil dan Aman

Aspek Psikologis dan Jebakan Waktu Pasar

Emosi sering kali menjadi musuh terbesar dalam berinvestasi. Ketakutan akan ketinggalan tren (Fear of Missing Out/FOMO) atau ketakutan saat pasar memerah sering mendorong investor untuk membeli di harga pucuk dan menjual di harga rendah.

Dikutip dari Bankrate, kesalahan besar lainnya adalah mencoba melakukan market timing atau menebak waktu terbaik untuk masuk dan keluar pasar.

Bahkan profesional pun sulit melakukannya secara konsisten. Bagi pemula, strategi ini sering berakhir dengan kerugian karena mereka kehilangan hari-hari terbaik pasar yang biasanya terjadi setelah penurunan tajam.

Konsistensi dalam berinvestasi jauh lebih penting daripada mencoba mengalahkan waktu pasar.

Sikap emosional ini juga sering terlihat saat investor membiarkan kerugian membengkak karena berharap harga akan kembali naik, atau sebaliknya, terlalu cepat menjual aset yang prospektif hanya karena keuntungan kecil.

Disiplin pada strategi yang telah ditetapkan sejak awal menjadi kunci untuk menghindari bias psikologis ini.

Daftar Kesalahan yang Harus Dihindari Investor Baru

Untuk memastikan perjalanan investasi tetap berada pada jalur yang benar, investor perlu mengenali pola kesalahan yang berulang.

Berikut adalah daftar perilaku investasi yang sebaiknya dihindari:

  • Berinvestasi dengan Mental Cepat Kaya: Investasi adalah maraton, bukan sprint. Mengincar keuntungan ratusan persen dalam waktu singkat biasanya lebih dekat dengan perjudian daripada investasi.
  • Mengabaikan Toleransi Risiko: Memaksakan diri membeli aset berisiko tinggi saat profil risiko pribadi sebenarnya konservatif akan menyebabkan kecemasan yang memicu keputusan buruk.
  • Tidak Melakukan Penyeimbangan Portofolio (Rebalancing): Portofolio yang dibiarkan tanpa pengawasan bisa menjadi terlalu condong pada satu kelas aset akibat kenaikan harga, sehingga risiko tidak lagi sesuai dengan rencana awal.
  • Menunggu Terlalu Lama untuk Memulai: Efek bunga berbunga (compounding interest) bekerja paling optimal dengan waktu. Menunda investasi dengan alasan menunggu modal besar justru menghilangkan peluang pertumbuhan aset yang eksponensial.

Menurut Bankrate, pemula juga sering melakukan kesalahan dengan membiarkan biaya investasi atau expense ratio pada produk seperti reksa dana menggerus imbal hasil mereka. Memilih produk dengan biaya yang efisien namun tetap memiliki kinerja solid adalah keterampilan yang harus diasah sejak awal.

Tonton: Viral Bantuan Kardus Kosong? Faktanya Mengagetkan

Pentingnya Edukasi Berkelanjutan

Dunia finansial bersifat dinamis, sehingga investor tidak boleh berhenti belajar setelah melakukan pembelian pertama.

Mengutip Investopedia, memahami apa yang dibeli adalah hukum wajib dalam investasi. Jika seorang investor tidak bisa menjelaskan bagaimana suatu instrumen menghasilkan uang, maka instrumen tersebut kemungkinan besar terlalu berisiko untuk dimiliki.

Langkah bijak yang bisa diambil adalah mulai dengan nominal kecil untuk membiasakan diri dengan volatilitas pasar.

Dengan meminimalkan kesalahan-kesalahan di atas, peluang investor untuk mencapai kebebasan finansial di masa depan akan semakin terbuka lebar.

Disiplin, kesabaran, dan riset mendalam tetap menjadi pilar utama dalam membangun kekayaan di pasar modal.

Selanjutnya: Grafik Harga Emas 24 Karat Antam Terbaru ( 23 Desember 2025), Naik atau Turun?

Menarik Dibaca: 6 Jenis Aktivitas Olahraga Selain Pergi Ke Gym, Yuk Cobain

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru