5 Kebiasaan Hemat yang Justru Bikin Keuangan Bocor!

Kamis, 23 Oktober 2025 | 13:39 WIB
5 Kebiasaan Hemat yang Justru Bikin Keuangan Bocor!

ILUSTRASI. 5 Kebiasaan Hemat yang Justru Bikin Keuangan Bocor!


Sumber: New Trader U  | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Hemat memang penting, tapi tidak semua cara berhemat membawa hasil baik. Ada kalanya, kebiasaan yang tampak cerdas justru diam-diam membuat keuangan bocor tanpa disadari.

Bayangkan Anda rela menempuh perjalanan tiga jam ke empat toko hanya untuk menghemat Rp180.000, padahal bensin yang terpakai sudah Rp200.000. Sekilas terasa masuk akal, tapi kalau dihitung lebih cermat, Anda sebenarnya rugi waktu dan uang.

Otak manusia memang sering kesulitan menilai uang dalam konteks yang benar. Kita bisa berdebat panjang hanya untuk potongan Rp10.000, tapi santai saja saat mengambil keputusan besar seperti membeli mobil ratusan juta rupiah.

Baca Juga: Inilah Syarat Pemutihan Tunggakan Iuran Peserta BPJS Kesehatan

Mengutip dari New Trader U, beberapa kebiasaan hemat justru membuat kita kehilangan lebih banyak. Berikut lima di antaranya yang perlu diwaspadai.

Berkeliling ke Banyak Toko demi Diskon Kecil

Siapa yang tidak suka berburu diskon? Membandingkan harga di beberapa toko, mengisi bensin di SPBU yang lebih murah, lalu mampir ke tiga tempat sekaligus terasa seperti langkah cerdas.

Padahal, jika dihitung, waktu dan biaya perjalanan sering kali lebih besar daripada penghematan yang didapat. Misalnya, Anda menghabiskan dua jam dan Rp50.000 untuk bensin hanya demi potongan Rp40.000. Alih-alih untung, Anda justru merugi.

Agar lebih efisien, buat aturan sederhana seperti “jangan habiskan lebih dari 15 menit untuk menghemat Rp100.000”, dan pilih satu toko utama untuk belanja mingguan.

Terlalu Sibuk Mengejar Kupon dan Barang Gratis

Mendapatkan barang gratis memang memuaskan. Namun, jika Anda membeli barang hanya karena diskonnya besar, itu tetap termasuk pemborosan.

Banyak orang terjebak dalam euforia kupon, bahkan menimbun barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Akhirnya, bukan hanya uang yang terbuang, tapi juga waktu dan ruang di rumah.

Sebagian orang bisa menghabiskan hingga 20 jam per minggu hanya untuk mencari dan menggunakan kupon. Padahal, waktu sebanyak itu bisa dipakai untuk kegiatan yang lebih produktif.

Baca Juga: Harga Emas Naik Ugal-ugalan, Tapi Ekonom Beri Peringatan Keras

Menunda Perawatan demi “Menghemat” Sekarang

Saat kondisi keuangan sedang ketat, menunda servis kendaraan, mengganti oli, atau memperbaiki atap rumah sering dianggap sebagai cara menghemat. Padahal, ini justru seperti menabung masalah untuk masa depan.

Biaya perbaikan yang tertunda bisa melonjak hingga beberapa kali lipat dibanding jika dilakukan sejak awal.

Contohnya, kerusakan kecil di atap yang dibiarkan bisa berubah menjadi kebocoran besar dan merusak plafon rumah.

Ahli keuangan menyarankan agar 2–6 persen dari pendapatan dialokasikan khusus untuk perawatan rutin. Anggap saja ini sebagai bentuk asuransi agar keuangan tidak terguncang oleh biaya besar mendadak.

Terlalu Percaya Diri Mengerjakan Segalanya Sendiri

Video tutorial di internet sering membuat perbaikan rumah atau kendaraan terlihat mudah. Karena ingin menghemat, banyak orang mencoba memperbaiki sendiri keran bocor, alat listrik, atau bahkan mobilnya.

Masalahnya, tanpa keahlian yang cukup, hasilnya bisa berantakan dan justru menambah biaya perbaikan. Mengganti oli sendiri mungkin bisa menghemat puluhan ribu, tapi juga memakan waktu, mengotori pakaian, dan bisa berisiko jika salah langkah.

Sebaiknya, lakukan DIY hanya jika Anda tahu caranya dan risikonya kecil. Untuk pekerjaan yang rumit, memanggil profesional justru lebih efisien dan aman.

Menahan Semua Kesenangan Kecil

Ada yang percaya bahwa cara terbaik untuk sukses finansial adalah dengan menekan semua pengeluaran kecil seperti tidak ngopi, tidak jajan, tidak hiburan.

Sekilas terdengar disiplin, tapi dalam jangka panjang bisa jadi bumerang.

Tonton: Presiden Brasil Tiba di Istana, Disambut Hangat Pelukan Prabowo

Menahan diri terlalu keras bisa membuat hidup terasa menjemukan. Banyak orang akhirnya melampiaskannya dengan belanja besar-besaran yang justru menghapus semua hasil penghematan.

Para pakar keuangan menyarankan keseimbangan: hemat dalam hal besar, fleksibel dalam hal kecil. Fokuslah pada keputusan besar seperti tempat tinggal, transportasi, dan investasi, agar Anda tetap bisa menikmati hal-hal kecil tanpa rasa bersalah.

Menjadi hemat bukan berarti harus memangkas segalanya. Inti dari pengelolaan keuangan yang sehat adalah bijak memilih mana yang benar-benar bernilai dan mana yang tidak.

Daripada sibuk mengejar diskon kecil, lebih baik fokus pada hal besar yang benar-benar berdampak bagi keuangan Anda. Dengan cara itu, setiap rupiah yang disimpan atau dibelanjakan akan membawa manfaat nyata.

Selanjutnya: 10 HP Terburuk Sepanjang Masa yang Pernah Dirilis: BlackBerry Storm sampai iPhone 6

Menarik Dibaca: Promo Hypermart Dua Mingguan 23 Oktober-5 November 2025, Telur Omega Diskon 10%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru