Menurut UBS, melambatnya inflasi berarti The Fed dapat menurunkan separuh suku bunga acuannya menjadi 2,75% dari kisaran saat ini sebesar 5,25% menjadi 5,5%.
Thielen memperkirakan inflasi, yang diukur dengan indeks harga konsumen (CPI), akan turun di bawah target The Fed sebesar 2% pada tahun 2024.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur juga mengungkapkan hal senada.
Melansir Kontan, Fyqieh mengatakan, meskipun ada hambatan makro, harga Bitcoin diprediksi akan terus melonjak lebih tinggi. Terlebih data inflasi dan penjualan ritel AS yang dirilis minggu ini sangat mendukung narasi bahwa siklus pengetatan The Fed telah berakhir dan siklus penurunan suku bunga akan segera terjadi.
Fyqieh menjelaskan, mendinginnya inflasi dapat mendukung Bitcoin dalam jangka pendek karena beberapa pelaku pasar mungkin bersedia mengambil lebih banyak risiko. Ketika inflasi turun, mata uang radisional cenderung lebih stabil nilainya, yang dapat mengurangi daya tarik investasi dalam aset-aset seperti obligasi dan tabungan.
Baca Juga: 3 Aset yang Direkomendasikan Robert Kiyosaki Saat Perang Meletus
“Dalam situasi ini, beberapa investor mungkin mencari alternatif yang lebih potensial untuk pertumbuhan modal, dan Bitcoin dapat menjadi salah satu pilihan mereka," kata Fyqieh dalam siaran pers, Kamis (16/11).
Fyqieh menambahkan, adanya ketidakpastian ekonomi yang sering terkait dengan inflasi tinggi kemungkinan mendorong beberapa orang untuk melihat Bitcoin sebagai perlindungan terhadap potensi depresiasi mata uang tradisional.
Selain itu, lanjutnya, harapan akan persetujuan ETF Bitcoin spot di AS masih tetap tinggi. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menjaga semangat investor untuk terus mengakumulasi aset ini meskipun terjadi penurunan harga jangka pendek pada Bitcoin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News