Studi di luar negeri, menambah uang dan pertemanan

Jumat, 04 Desember 2015 | 16:41 WIB   Reporter: Sri Sayekti
Studi di luar negeri, menambah uang dan pertemanan


Selain menenteng ijazah tanda kelulusan, banyak alumni universitas atau sekolah di manca negara yang juga menyimpan pengalaman bekerja.  

Bekerja? Bukankah mereka masih belum lulus sekolah dan merupakan orang asing di negara bersangkutan? Benar. Ada banyak sekolah di luar negeri yang mengizinkan siswa atau mahasiswanya untuk bekerja paruh waktu.

Beberapa negara Eropa seperti Inggris, Swedia, Denmark dan Australia memberi batasan jam kerja bagi pelajar dan mahasiswa. Misalnya saja hanya 20 jam per minggu. Itu sebabnya, mereka hanya bisa bekerja paruh waktu.

Namun, ada negara yang punya pengecualian, seperti Belanda. Mereka hanya mengizinkan mahasiswa atau pelajar bekerja sambilan selama 10 jam saja seminggu. “Alasannya agar tetap bisa fokus pada studi mereka,” kata Yunius Cesar, Business Development Manager EduPlan Indonesia.

Apa saja pekerjaan yang bisa dilakukan pelajar atau mahasiswa? Di Eropa, mahasiswa Indonesia lazimnya melakukan input data, bekerja sebagai pelayan atau membantu koki di restoran, dan petugas pengisi stok.   “Biasanya gajinya sekitar € 8 per jam hingga € 10 per jam,” kata Yunius.

Sejauh ini, menurut Yunius, motivasi mahasiswa bekerja sambilan adalah mencari uang tambahan untuk jalan-jalan ketika liburan. Selain itu, mereka juga mendapatkan pengalaman dan keuntungan mengembangkan jaringan (networking) dengan bekerja paruh waktu.

Meski begitu, ada pula pelajar atau mahasiswa yang enggan bekerja sambilan karena merasa uang sakunya cukup.  “Hal ini tergantung juga pola asuh, karena ada yang merasa uang dari orangtua sudah lebih dari cukup,” imbuh Yunius.


Butuh uang lebih
Situasi berbeda dialami oleh Anton Indrianto, alumnus S2 Master International Cummunity Development Victoria University di Melbourne, Australia.Setahun setelah studi, istri Anton yang mendapat beasiswa S3 menyusul beserta kedua anaknya. “Sewa rumah di Australia sangat mahal, AUD 1100/bulan, jadi saya harus kerja,” jelasnya.

Awalnya, Anton bekerja di pasar sebagai petugas buka dan tutup toko dengan gaji antara AUD 8 - AUD 10 per jam. Pekerjaan ini hanya dilakoni Anton selama semester satu. “Jadwal serba tanggung, harus wira-wira dua kali dari kampus ke pasar,” kata dia. Selanjutnya dia melamar menjadi  kitchen hand di University Club, yang berlokasi di kampusnya sendiri, dengan upah yang lebih tinggi.           

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru