Studi luar negeri: Harus cermat memilih jurusan

Rabu, 28 Oktober 2015 | 10:10 WIB   Reporter: Sri Sayekti
Studi luar negeri: Harus cermat memilih jurusan


Kondisi masa kini yang makin kompetitif membuat orangtua kerap khawatir terhadap masa depan anaknya. Maklum saja, generasi anak muda sekarang umumnya terbiasa dengan segala yang sudah tersedia tinggal menikmati, yang belakangan justru bisa menjadi bumerang bagi mereka. Akibatnya,  daya juang rendah, tidak punya rasa ingin tahu, gampang meremehkan, cuek terhadap keadaan sekitar.

Kondisi ini banyak dialami oleh anak yang bersekolah di sekolah bertaraf internasional atau nasional plus. “Anak sekarang lebih galak dari orang tuanya,” ujar Susanna S. Hartawan Managing Director Adam Khoo Learning Education.

Pengamatan serupa juga dirasakan oleh Ina Liem, CEO Jurusanku.com. Gencarnya universitas yang berpromosi di sekolah, menurut Ina, justru membuat anak merasa punya banyak informasi dan seringkali datang ke pameran pendidikan tanpa riset lebih dahulu. “Sering juga termakan iklan, universitas yang bagus itu adalah yang banyak pasang iklan,” ujar Ina.


Melatih keahlian
Menanggapi hal itu, Adam Khoo Learning Techonologies Group (AKLTG) menggelar konferensi pendidikan akbar akhir bulan ini di Jakarta. Mereka mengundang beberapa pakar pendidikan dan praktisi seperti Anies Baswedan, Rene Suhardono, Adam Khoo, Steven Suryana dan lainnya.

Pakar pendidikan Barbara Oakley, profesor dari Oakland University, Amerika Serikat yang dikenal dengan buku Learning How to Learn juga akan berbagi ilmu dalam forum ini.  

Orangtua yang hadir dalam konferensi ini diharapkan dapat menemukan solusi dalam menyiapkan bekal agar anaknya sukses di masa depan. “Kami targetkan ada 1000 orang peserta,” ujar Susan.

Fokus pembahasannya adalah memberi bekal keahlian pada pendidikan anak di abad 21. Hal ini meliputi penerapan 4C yaitu creativity, collaboration, critical thinking and communication. “Ini akan menjadi solusi bagi orangtua membekali keahlian bagi anak, maklum anak sekarang lebih suka main game daripada belajar,” ujar Susan.

Sejauh ini, menurut Susan ada empat hal yang perlu diperhatikan terkait pendidikan anak. Pertama, anak tidak termotivasi belajar, karena terganggu oleh game. Kedua, akibat sering main game maka anak cenderung jadi individualis dan tidak bisa bersosialisasi dengan teman serta orangtua. Ketiga, kurang disiplin. Keempat, tantangan kurang, karena apa-apa sudah disediakan oleh orangtuanya.

Upaya orangtua dalam menyiapkan anaknya agar sukses di masa depan tak hanya dari sisi bekal akademis. Menurut Ina, beberapa orangtua yang menyekolahkan anak di Amerika dan Kanada justru mendaftarkan anak mereka untuk ikut sekolah militer di pagi hari. Beberapa universitas di sana memang bekerjasama dengan instansi militer untuk menggembleng mental dan kedisiplinan mahasiswa yang berminat. “Kebanyakan yang mengikuti sekolah militer ini lebih sukses kuliah dan kariernya,” jelas Ina.

Orangtua memilih solusi ini agar anaknya bisa mandiri, percaya diri dan bermental kuat. “Maklum ada yang disuruh memilih jurusan sendiri malah menangis,” imbuh Ina.


Jangan salah jurusan
Memasuki pendidikan dan karier pada era yang cepat berubah ini, anak Anda harus tepat dalam memilih jurusan saat kuliah nanti.

Menurut Ina tak jarang orangtua maupun anak berpikir terbalik dalam menentukan pilihan program studi. ”Sering yang dilihat universitasnya dahulu, padahal jurusan yang diinginkan tidak tersedia di universitas itu,” jelas Ina.

Ada pula yang menjawab, “Mau jurusan bisnis,” atau “Ingin ambil jurusan teknik,” ketika ditanya. Padahal studi tentang bisnis ada beragam, begitu pula ilmu-ilmu teknik yang banyak jenisnya. Mereka  cenderung menggampangkan pemilihan jurusan secara spesifik ini.

Bahkan ada yang sudah menjalani kuliah di Amerika dan Kanada, tetapi masih tetap bingung memilih jurusan. “Karena di sana dua tahun pertama itu isinya general education, jadi mereka masih berpikir milih jurusan apa yang dilakukan nanti tahun ketiga,” jelas Ina.

Cara memilih jurusan yang tepat bisa dengan riset tentang jurusan dan universitas yang memiliki  jurusan tersebut. Setelah riset dilanjutkan dengan menggali informasi langsung melalui berbagai pameran pendidikan yang sering diadakan oleh konsultan pendidikan.

Terkait dengan prospek karier, menurut Ina bisa, dilihat dari jaringan Linkedin sehingga  bisa diketahui jenjang karier dari lulusan jurusan tersebut.

Saat ini, Ina menyediakan berbagai informasi terkait memilih jurusan secara gratis melalui situs jurusanku.com. Sedang yang dikenai biaya jika menggunakan jasa paket memilih jurusan yang besarnya adalah Rp 2,5 juta. Ada dua tahap yang harus diikuti. Pertama, tes  mengenal diri atau biasa disebut test career direct. Setelah hasil tes keluar, maka akan diberi rekomendasi jurusan.  

Kedua, konsultasi tatap muka satu kali dan dilanjutkan dengan konsultasi melalui email, chatting hingga berhasil membuat keputusan memilih jurusan. Siswa juga diberi informasi berdasarkan hasil riset mengenai jurusan yang diinginkan.

Sebelum memberikan layanan jasa ini, Ina melakukan sertifikasi yakni Certified Career Direct secara online.

Menurut Ina jika anak tampak  tidak berminat kuliah di luar negeri atau hanya mengejar ijazah, lebih baik tidak kuliah dulu. “Membuang uang,” imbuhnya. Ada pula orangtua yang malah lebih dulu tergiur tawaran investasi properti. “Sudah beli apartemen, karena dekat universitas favorit, ternyata jurusan yang diminati tidak ada di universitas itu,” ujar Ina.

Faktor penting lain tahu pasti perbedaan satu jurusan dengan lainnya agar tepat karier yang hendak dirintis kelak. Misalnya “Tahu beda antara food science dan food technologies, “imbuh Ina.

Ada pula yang berminat seni, tetapi nantinya mereka bukan hendak menjadi pekerja seni, tetapi terjun dalam bisnis pertunjukan. Jadi, sebaiknya memang tak salah pilih.                

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru