Studi luar negeri: Bukti keuangan harus meyakinkan

Rabu, 04 November 2015 | 10:00 WIB   Reporter: Sri Sayekti
Studi luar negeri: Bukti keuangan harus meyakinkan


Mengurus visa pelajar untuk studi di luar negeri,  tidak segampang meminta visa turis.  Maklumlah, umumnya masa studi makan waktu lama, jelas lebih lama ketimbang jalan-jalan menikmati pemandangan di sebuah negara. Maka, lazimnya pihak kedutaan ingin memastikan bahwa Anda mengunjungi negara mereka memang untuk belajar. Selain itu, Anda juga harus punya jaminan dana yang cukup hingga selesai studi.

Setelah Anda atau anak Anda dinyatakan diterima di sekolah atau universitas di luar negeri, maka langkah berikutnya adalah membuat visa pelajar.

Para konsultan pendidikan menyarankan setidaknya enam bulan sebelum masa kuliah dimulai Anda harus sudah mengurus visa pelajar. Soalnya, mulai dari pengajuan hingga visa keluar, umumnya memerlukan proses 21 hari kerja.

Kenapa harus jauh-jauh hari mengurus visa pelajar? Sebab, Anda juga perlu menjalani tes kesehatan di rumah sakit  yang sudah ditentukan oleh kedutaan. Hasil tes kesehatan ini bakal berpengaruh terhadap lolos tidaknya visa Anda.

Ayu Hapsari, Business Development Manager Edlink+ConneX mengatakan, setiap aplikasi visa akan ditangani satu per satu sehingga tidak serta merta visa pelajar dari asal sekolah yang sama dan hendak kuliah di perguruan tinggi yang sama bakal sama-sama disetujui.

Dokumen-dokumen yang harus disiapkan untuk pengajuan visa pelajar mencakup paspor terkini asli, akta lahir asli, Kartu Keluarga asli, ijazah sekolah asli, transkrip nilai sekolah asli, dan foto diri terkini.

Dokumen seperti akta lahir, kartu keluarga, ijazah dan transkrip nilai harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh penerjemah. Selain itu, perlu disertakan detil booking pesawat. Namun sangat disarankan agar tidak membayar tiket sebelum visa keluar.  

Saat mengajukan visa pelajar disarankan masa berlaku paspor masih panjang. ‘‘Kalau masa berlaku tinggal enam bulan, sebaiknya diperpanjang dahulu,’’ jelas Ayu. Pastikan pula nama yang tertera di paspor sama dengan yang tertera di KTP.  


Bukti keuangan
Faktor penting yang lain dalam pengajuan visa pelajar adalah adanya bukti keuangan berupa rekening koran asli atau buku tabungan asli dengan saldo mengendap setidaknya 28 hari sebelum pengajuan aplikasi visa. Besaran saldo dihitung berdasarkan uang sekolah 1 tahun ditambah biaya hidup 1 tahun dan biaya tiket pesawat pulang pergi. Semuanya itu lantas dikonversikan dengan ke rupiah dengan kurs terkini. ‘‘Saat ini besaran saldo yang dibutuhkan sekitar Rp 500 juta,’’ jelas Ayu.

Sebagai gambaran visa pelajar ke Australia mensyaratkan saldo mengendap sebesar AUD 18.610 dan ditambah biaya tiket PP yakni AUD 2000, lalu dikoversi dengan kurs terkini ke rupiah. Sedang saldo mengendap untuk visa pelajar ke New Zealand saat ini NZD 15.000.

Khusus visa pelajar ke Inggris dibedakan antara kota yang dekat dan yang jauh dari London. Sekarang, misalnya, biaya studi di dekat London adalah GBP 1.020 per bulan dan GBP 820 per bulan di luar London. Namun, mulai 12 November mendatang bakal naik menjadi GBP 1.265 per bulan untuk studi di dekat London dan GBP 1.015 per bulan di luar London.

Pengalaman Tessa Ayuningtyas yang pernah studi S1 di Den Haag, Belanda dan S2 di Helsinki, Finlandia, saat harus mengurus perpanjangan visa pelajar di kedua negara ia memakai akun bank atas namanya sendiri. ‘‘Karena sudah di sana, trik kami ya pinjam-meminjam dana dengan teman-teman dari Indonesia,’’ kata Tessa.

Saat di Finlandia saldo mengendap yang disyaratkan adalah EUR 6000. ‘‘Kalau sekarang saldo mengendap sekitar EUR 9000,” imbuh Tessa.  

Selain berupa rekening koran, diperlukan pula surat referensi bank asli. Meski saldo mengendap disyaratkan hanya 28 hari, tetapi biasanya pihak kedutaan akan meminta adanya saldo mengendap tersebut selama tiga hingga enam bulan terakhir. Selain itu, jika histori transaksi keluar dan masuknya dalam jumlah besar, biasanya mereka curiga bahwa uang atau saldo yang ada di rekening Anda adalah uang titipan.

Sedangkan jika Anda mendapat beasiswa untuk studi ke luar negeri, maka bukti keuangan bisa digantikan dengan surat pernyataan dari lembaga beasiswa yang akan menjamin seluruh biaya kuliah dan biaya hidup selama studi.

Biaya proses aplikasi pelajar Australia saat ini Rp 5.760.000. Sedang biaya aplikasi visa pelajar New Zealand Rp 2.850.000. Sedangkan visa pelajar  Inggris dikenai biaya USD 506 dan biaya International Health Surcharge GBP 150 per tahun. Visa pelajar ini bisa Anda urus sendiri atau bisa pula menggunakan jasa konsultan pendidikan.


Tes kesehatan
Selain kelengkapan dokumen dan bukti keuangan, faktor penting dalam pengajuan visa pelajar adalah tes kesehatan.

Tes kesehatan ini mencakup tes kesehatan secara fisik, dan khusus visa pelajar Australia ditambah dengan tes urine. ‘‘Khusus wanita tes urine tidak bisa dilakukan saat sedang haid,’’ imbuh Ayu.

Visa pelajar ke Inggris ditambah dengan tes biometrik yakni tes mata dan sidik jari. Nah, pelaksanaan tes kesehatan ini hanya bisa dilakukan di rumah sakit tertentu yang sudah ditunjuk oleh pihak kedutaan. Seperti visa pelajar Australia tes kesehatan dilakukan di RS Premier Bintaro dan RS Premier Jatinegara.

Menurut Imam Santoso, Director Alfalink Semarang bagi siswa asal Semarang tes kesehatan bisa dilakukan di RS Elizabeth Semarang. Sedang bagi siswa asal Surabaya bisa melakukan tes kesehatan di RS Premier Surabaya.


Kendala dari daerah
Meskipun animo studi ke luar negeri bagi siswa di daerah cukup tinggi, namun menurut Imam beberapa kendala yang dihadapi oleh siswa dari daerah. ‘‘Tingkat keberanian murid untuk keluar dari zona nyaman dekat dengan orang tua tidak sebesar murid di Jakarta,’’ jelas Imam.

Jarak geografis bagi siswa daerah perjalanan satu jam sudah bisa ke antar kota. Sedang bagi siswa Jakarta hal biasa menempuh kemacetan jalanan.

Selama hampir 20 tahun menangani siswa yang hendak studi ke luar negeri, Muliono Latief, Office Manager IDP Surabaya mengatakan bahwa persiapan administrasi seperti aplikasi akademis dinilai gampang. Namun, untuk menyekolahkan anak ke luar negeri lebih banyak pertimbangan. “Jadi tren sekarang untuk daerah, lebih tinggi yang melanjutkan ke S2 atau S3 ketimbang S1,’’ jelas Muliono.                                    

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru