Simak tips cara mengelola keuangan di tengah resesi ekonomi

Senin, 09 November 2020 | 20:56 WIB   Reporter: Hikma Dirgantara
Simak tips cara mengelola keuangan di tengah resesi ekonomi

ILUSTRASI. Reksadana.


MENATA KEUANGAN - JAKARTA. Di tengah ketidakpastian yang meninggi seiring adanya pandemi virus corona, ekonomi Indonesia pada akhirnya terjebak dalam jurang resesi.

Hal ini diakibatkan pada kuartal III-2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia minus 3,49%, padahal pada kuartal II-2020, sudah tercatat minus 5,32%.

Di tengah situasi resesi dan pemulihan ekonomi yang masih berjalan, pengelolaan keuangan tentu menjadi kunci untuk melewati momen saat ini. Masyarakat sudah sepatutnya meninjau kembali anggaran dan melakukan penyesuaian.

Financial Trainer QM Financial Emiralda Noviarti menyebut setidaknya terdapat lima hal yang harus diperhatikan.

“Ada lima hal yang harus dilakukan, yakni, periksa pintu penghasilan, atur ulang budget bulanan, amankan dana darurat, pastikan proteksi, dan periksa investasi. Masing-masing hal tersebut harus dipahami oleh masyarakat agar dapat bertahan sebelum bisa menolong orang lain,” kata Emiralda dalam sesi webinar daring, Senin (9/11).

Baca Juga: Mahasiswa, yuk kembangkan soft skill dengan cara ini meski pandemi masih berlangsung

Lebih lanjut, Emiralda menjelaskan, proteksi pintu penghasilan utama dapat dilakukan dengan menganalisa kondisi tempat bekerja dan mencari cara menjadi solusi agar bisnis dapat tetap berjalan. Jika dirasa perlu, temukan peluang pintu penghasilan lain.

Kedua, mengatur ulang bujet bulanan yang dilakukan dengan membagi pengeluaran dalam lima pos utama yaitu cicilan, rutin, menabung/investasi, sosial (zakat dan bantuan lainnya), dan lifestyle.

Emiralda punya porsi susunan bujet masing-masing pos yang bisa dijadikan referensi. Menurutnya, untuk cicilan utang, sebaiknya maksimal 30% dari pendapatan.

Lalu untuk pengeluaran rutin sehari-hari, bisa berkisar 40-60%. Sementara untuk investasi sebaiknya minimal 10%. Pada pos sosial, setidaknya minimal 2,5%, sedangkan pos pribadi/lifestyle tidak boleh lebih dari 20%.

Pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tersier dinilai Emiralda merupakan hal yang sah-sah saja. Selain sebagai bentuk apresiasi diri, juga bisa membantu roda ekonomi terus berputar. Asalkan tidak melebihi dari porsi yang sudah disiapkan.

“Ketiga, memiliki dana darurat yang mencukupi. Penting disadari bahwa di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian ini, dana darurat sangat penting. Bila memungkinkan, bisa mencari penghasilan tambahan, apalagi saat ini lebih banyak aktivitas di rumah, sehingga lebih banyak waktu luang,” tambah Emiralda.

Lalu, langkah keempat adalah memastikan memiliki proteksi dengan asuransi utama yaitu asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Terakhir, melakukan review terhadap rencana dan performa investasi sesuai dengan tujuan finansial.

Baca Juga: Mahasiswa, yuk kembangkan soft skill dengan cara ini meski pandemi masih berlangsung

“Pahami instrumen investasi dan faktor risikonya agar bisa membantu tercapainya tujuan finansial dalam rentang waktu yang sudah kita tentukan sebelumnya,” pungkas Emiralda.

Jika empat pos tersebut sudah terpenuhi dan masih memiliki dana untuk diinvestasikan, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menerangkan saat ini bisa jadi momen yang tepat. Pasalnya, dengan terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat, ini akan membuka peluang tumbuhnya dunia investasi.

“Biden memang dipersepsikan akan lebih menguntungkan bagi negara berkembang sehingga sebagaimana yg terlihat dari tiga hari terakhir, IHSG mengalami penguatan sejak keunggulan suara dia semakin terlihat. Belum lagi harga obligasi juga naik cukup signifikan,” terang Rudiyanto.

Editor: Noverius Laoli

Terbaru