JAKARTA. Sepekan lagi, pemerintah akan merilis sukuk negara ritel alias sukri seri SR-009. Investor yang terbiasa membiakkan dana di instrumen sukri ini tentu sudah mulai bersiap. Salah satunya adalah Budi Hikmat.
Sejak empat tahun lalu, Budi Hikmat mulai membiakkan uangnya di instrumen sukuk negara ritel alias sukri. Ketika itu, Chief Economist and Director for Investor Relations PT Bahana TCW Investment Management ini membeli sukri seri SR-005.
Setelah itu, saban tahun Budi selalu mengalokasikan dana investasi untuk membeli sukri. Bahkan, nilai pembelian sukri semakin besar dari tahun ke tahun. Kalau dihitung, porsi investasi Budi di sukri nyaris 10% dari total portofolionya.
Bukan tanpa alasan Budi terus memperbesar investasi sukri. Dosen di di Prasetiya Mulya Business School ini mengatakan, dalam dunia perencanaan kemakmuran, instrumen investasi seperti sukri bersifat imun lantaran tidak terpapar volatilitas harga di pasar.
Oleh karena itu, investasi sukri cocok menjadi pilihan saat Budi memiliki kewajiban pendanaan dalam beberapa tahun ke depan. Misalnya, untuk mempersiapkan biaya kuliah sang buah hati ke Jerman.
Dengan begitu, kata Budi, saat ingin mengamankan nilai pokok investasi, sukri jadi pilihan tepat. Apalagi, imbalan alias kupon sukri lebih tinggi dibanding laju inflasi. Makanya, ia selalu mendekap sukri hingga jatuh tempo. Maklum, dana yang ditempatkan di sukri sudah jelas penggunaannya.
Nah, yang menarik, dengan berinvestasi di sukri, Budi bisa menerima pembayaran imbalan secara reguler setiap bulan. Terlebih, Budi bilang, distribusi sukri lebih bagus dibandingkan dengan deposito karena imbal hasilnya lebih tinggi.
Memang, porsi investasi sukri Budi masih terbilang kecil dibanding portofolio lainnya. Toh, Budi menuturkan, dirinya akan membeli sukri lagi jika pemerintah menerbitkan. Maklum, memasuki usia menjelang pensiun, ia memilih mengurangi porsi investasi saham dan properti. “Saya mulai masuk ke instrumen investasi yang lebih ke arah proteksi,” ujarnya.
Berbagai keuntungan
Nah, Anda barangkali juga berminat membiakkan dana di instrumen sukri. Kabar baiknya, pemerintah akan menggelar penawaran sukri seri terbaru, SR-009, pada pekan depan mulai 27 Februari 2017–20 Maret 2017 (lihat tabel).
Jadwal Penerbitan Sukri SR-009 | |
Penetapan Imbalan | 24 Februari 2017 |
Masa Penawaran | 27 Februari-20 Maret 2016 |
Penjatahan | 20 Maret 2017 |
Setelmen | 22 Maret 2017 |
Pengembalian Dana yang Tidak Mendapat Penjatahan | 23 Maret 2017 (maksimal tiga hari kerja) |
Pencatatan di Bursa | 23 Maret 2017 |
Konfirmasi Kepemilikan | 3 April 2017 |
Pokok Ketentuan Sukri SR-009 | |
Akad | Ijarah Asset to be Leased Bistijariah |
Tenor | Tiga tahun |
Perdagangan di Pasar Sekunder | Bisa diperdagangkan dengan masa kepemilikan (holding period) 1 bulan |
Minimum Pemesanan | Rp 5 juta dan kelipatannya |
Maksimum Pemesanan | Rp 5 miliar |
Imbalan | Tetap (fixed) dibayarkan setiap bulan |
Sumber: DJPPR |
Meski sudah terbit hingga delapan kali, mungkin ada sebagian dari Anda yang masih awam terhadap instrumen investasi sukri. Sukuk ritel merupakan surat berharga syariah negara (SBSN) yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset.
Nah, embel-embel ritel menandakan bahwa sukuk ritel hanya dijajakan ke individu warga negara Indonesia. Artinya, investor institusi maupun investor asing tidak boleh beli sukri di pasar perdana.
Lalu, apa keuntungan berinvestasi di sukri? Menurut Suminto, Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, setidaknya ada enam keuntungan berinvestasi pada sukuk negara ritel.
Pertama, aman karena pemerintah menjamin penuh alias 100% pembayaran imbalan dan nilai nominal sukri.
Kedua, mudah dan terjangkau. Untuk membeli sukri, Anda cukup membawa kartu tanda penduduk (KTP) dan mendatangi agen penjual yang telah ditunjuk pemerintah. Untuk penerbitan sukri SR-009, pemerintah menunjuk 22 agen penjual (lihat tabel). Investasinya terjangkau, sebab hanya dengan modal Rp 5 juta Anda sudah bisa mendekap sukri. Untuk pembelian maksimal sebesar Rp 5 miliar. Maklum, pembatasan pembelian maksimal ini karena sukri ditujukan bagi investor ritel.
Agen Penjual Sukuk Ritel SR-009 |
Bank Mandiri |
Bank Tabungan Negara (BTN) |
Bank Permata |
Bank Negara Indonesia (BNI) |
Bank OCBC NISP |
Bank Central Asia (BCA) |
Bank Rakyat Indonesia (BRI) |
Bank Syariah Mandiri (BSM) |
The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd (HSBC) |
Bank Danamon Indonesia |
Bank ANZ Indonesia |
Bank Muamalat Indonesia |
Standard Chartered Bank |
Bank CIMB Niaga |
Bank Maybank Indonesia |
Bank Commonwealth |
Trimegah Sekuritas Indonesia |
Bank BRISyariah |
Citibank N.A. |
Bank DBS Indonesia |
Bank Mega |
Bank Pan Indonesia (Panin) |
Sumber: DJPPR |
Ketiga, sesuai prinsip syariah. Sukri telah memperoleh fatwa sekaligus pernyataan kesesuaian syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI).
Keempat, dengan berinvestasi di sukri, Anda secara langsung ikut berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di tanah air. Pasalnya, pemerintah akan memakai dana hasil penerbitan sukri untuk membiayai anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Kelima, kenyamanan investasi. Jika perlu dana sebelum jatuh tempo, Anda bisa menjual sukri di pasar sekunder setelah melewati masa holding period. Sehingga, Anda akan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga alias capital gain.
Keuntungan berupa capital gain ini bisa Anda dapatkan saat harga sukri berada di atas nilai par alias di atas 100. Namun, Anda harus siap menanggung capital loss jika menjualnya saat harga sukri turun di bawah 100 (lihat tabel).
Ilustrasi Hasil Investasi Sukri | |
Investor membeli Sukri di pasar perdana sebesar Rp 100 juta dengan imbalan 7,5% per tahun | |
Investor A memegang hingga jatuh tempo | |
Imbalan | 7,5%xRp 100 jutax1/12 |
Rp 625.000 per bulan hingga jatuh tempo | |
Pokok saat jatuh tempo | Rp 100 juta |
Investor B menjual di pasar sekunder dengan harga 105 | |
Imbalan | 7,5%xRp 100 jutax1/12 |
Rp 625.000 setiap bulan hingga saat dijual | |
Capital Gain | Rp 100 juta x (105-100)% |
Rp 5.000.000 | |
Pokok yang diterima saat dijual | Rp 105 juta |
Investor C menjual di pasar sekunder dengan harga 95 | |
Imbalan | 7,5%xRp 100 jutax1/12 |
Rp 625.000 setiap bulan hingga saat dijual | |
Capital Loss | Rp 10 juta x (95-100)% |
(Rp 5 juta) | |
Pokok yang diterima saat dijual | Rp 95 juta |
Sumber: Riset KONTAN |
Informasi saja, Senin (20/2), harga sukri seri SR-008 di pasar sekunder berada di posisi 102,56. Harga sukri yang terbit Maret 2016 itu sempat menyentuh level tertingginya, yaitu sebesar 104,5 pada Agustus 2016 lalu.
Keenam, imbalan sukri kompetitif bahkan lebih tinggi dibanding bunga deposito. Selain itu, pajak imbalan sukri hanya 15%. Sementara pajak bunga deposito mencapai 20%. Sayang, Suminto enggan menyebut proyeksi imbalan sukri SR-009. Dia bilang, imbalan sukri SR-009 akan ditetapkan sebelum pembukaan masa penawaran.
Minimal 7%
Investor sukri seperti Budi berharap, pemerintah bisa memberikan imbalan berkisar 7% hingga 7,5% per tahun. Soalnya, rata-rata laju inflasi dalam 10 tahun terakhir sebesar 5,6%. Karena itu, investor sukri harus memperoleh margin sekitar 15,%–2% di atas laju inflasi.
Elina Wirjayakusuma, Senior Vice President Wealth Management Bank Mandiri, mengatakan, Bank Mandiri memiliki nasabah yang setia menjadi investor sukri. Pada penerbitan kali ini, pemerintah diharapkan memberi imbalan setidaknya sebesar 7%.
Analis menilai, imbalan sukri terbaru harus berada di atas 7%. Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, menyatakan, imbalan sukri baru setidaknya 30 basis poin di atas yield obligasi negara ritel (ORI) seri ORI-013. Selain sesuai prinsip syariah sehingga pasarnya lebih tersegmentasi, SR-009 memiliki tenor satu tahun lebih lama ketimbang ORI-013.
Senin (20/2), imbal hasil alias yield ORI-013 sebesar 6,93%. Jadi, Anil bilang, sukri SR-009 baru menarik jika memberikan imbalan setidaknya 7,2%–7,3%. Jika di bawah itu, Anil menyarankan, investor sebaiknya membeli ORI atau sukri seri lama di pasar sekunder.
Target Beben Feri Wibowo malah lebih tinggi. Senior Research Analyst Pasar Dana ini menilai, sukri SR-009 paling tidak memberikan imbalan minimal sebesar 7,5%. Bila di bawah itu, investor sebaiknya membidik obligasi korporasi dengan peringkat bagus yang menawarkan kupon lebih tinggi.
Nah, jika imbalan sukri menarik, di atas 7%, Anil menuturkan, investor lebih baik mendekapnya hingga jatuh tempo. Kalau pun ingin menjual untuk memperoleh capital gain, Anil memberi saran, untuk menjualnya setelah satu tahun. Sebab, yield obligasi tahun depan diperkirakan turun lagi. Sehingga, investor bisa memperoleh harga yang lebih tinggi.
Bagaimana, Anda tertarik membeli sukri? Enggak ada salahnya Anda segera menghubungi agen penjual saat masa penawaran mulai dibuka sebelum kehabisan jatah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News