EMITEN - JAKARTA. Musim pembagian dividen dari tahun buku 2020 telah tiba. Berdasarkan data RTI, ada empat emiten yang cum date dividennya akan jatuh pada Jumat, 28 Mei 2021.
Keempat emiten tersebut adalah PT Victoria Care Indonesia Tbk (VICI) dengan dividen Rp 5 per saham, PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY) Rp 10 per saham, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) Rp 2,5 per saham, dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) US$ 0,09 per saham.
Berdasarkan harga saham per perdagangan Kamis (27/5), yield dividen VICI adalah sebesar 1,4%, NELY 4,31%, CLEO 0,55%, dan BYAN 8,42% (asumsi kurs Rp 14.300 per dollar AS).
Emiten lain yang akan membagikan dividen adalah PT Envasel Putra Megatrading Tbk (EPMT) Rp 200 per saham, PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) Rp 19 per saham, PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) Rp 17,42 per saham, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) Rp 115 per saham, dan PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO) Rp 5 per saham.
Baca Juga: Kinerja diprediksi membaik, simak rekomendasi saham Kalbe Farma (KLBF)
Ada juga, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) dengan dividen Rp 18 per saham, PT Asurnasi Jiwa Sinasmas MSIG Tbk (LIFE) Rp 243 per saham, PT HM Sampoerna Tbk Rp 72,8 per saham (HMSP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp 28 per saham, dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) Rp 13,8 per saham.
Per perdagangan Kamis (27/5), yield dividen EPMT adalah sebesar 8,2%, MFIN 1,59%, SAMF 0,92%, MBAP 3,8%, TOTO 2,38%, BFIN 2,45%, LIFE 4,76%, HMSP 5,64%, KLBF 1,97%, dan ERAA 2,3%.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, secara umum, saham dengan yield dividen di atas bunga deposito tergolong menarik untuk dijadikan lahan investasi. Dengan catatan, emiten tersebut dapat menghasilkan laba dan potensi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Sementara di tengah tren penurunan harga saham seperti saat ini, dividen yang menarik adalah yang memiliki yield di atas 6%. "Akan tetapi, investor harus tahu risikonya. Ketika yield dividen tinggi, setelah cum date atau pada saat ex date, maka sahamnya juga berpotensi turun sebesar yield yang dihasilkan," jelas Sukarno saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (27/5).
Baca Juga: Phapros (PEHA) targetkan pendapatan tumbuh dua digit di tahun ini
Menurut dia, berdasarkan besaran yield dividen, BYAN dan EPMT bisa menjadi pilihan bagi para pemburu dividen, terlebih keduanya juga menarik secara fundemental. Sayangnya, pergerakan harian kedua saham ini tergolong kurang ramai dan kurang likuid.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga mengingatkan, investor perlu memperhatikan likuiditas suatu saham sebelum membelinya demi memburu dividen. "Pasalnya, apabila susah untuk dijual karena tidak likuid, maka tidak ada gunanya mengejar dividennya," kata William.
Lebih lanjut, ia menilai, persentase yield dividen yang besar sebenarnya tidak menjadi acuan untuk mengoleksi suatu saham. Yang menjadi acuan adalah seberapa sering emiten membagikan dividen dengan yield sebesar itu.
Baca Juga: Laba Erajaya Swasembada (ERAA) melonjak 170% di kuartal I 2021, ini pemicunya
Pasalnya, William khawatir investor terkena " dividend trap" apabila emiten hanya sesekali memberikan yield dividen yang besar. Dengan berbagai pertimbangan di atas, William menyarankan investor untuk mencermati kesempatan mengoleksi HMSP, KLBF, CLEO, dan TOTO.
Kedua analis ini juga menilai, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk memburu dividen dari para emiten. Mengingat, pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa pembebasan PPh dividen dengan ketentuan dividen tersebut harus diinvestasikan kembali ke instrumen tertentu dalam jangka tertentu dengan sejumlah persyaratan administrasi.
Selanjutnya: Optimistis kerek penjualan, ini rencana bisnis Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News