Prioritas dalam rencana keuangan

Rabu, 23 November 2011 | 11:00 WIB   Reporter: Prita H. Ghozie, Perencana Keuangan ZAP Finance
Prioritas dalam rencana keuangan

ILUSTRASI. JAKARTA,30/12-TEROMPET TAHUN BARU. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Bagi Anda yang pernah melalui kondisi krisis keuangan pada tahun 1998 dan tahun 2008 lalu seperti saya, pasti tidak akan memungkiri bahwa merencanakan keuangan tersebut semakin penting. Namun mempunyai rencana keuangan saja tidak cukup. Yang lebih penting, Anda harus tepat dalam menyusun prioritas rencana keuangan.

Meski Anda telah menyusun rencana sangat identik yang disesuaikan dengan investasi, sebetulnya ada skala prioritas yang berlaku untuk semua orang dalam membuat perencanaan keuangan. Apakah itu?

Pekan lalu, kantor saya mengadakan pelatihan membuat rencana keuangan untuk para pemula. Pada hari kedua, para peserta berkesempatan melakukan konsultasi one on one dengan para financial planner, dan melakukan financial check up sebagai tahap awal. Sehingga, sepulang dari pelatihan, setiap peserta pasti memiliki rencana keuangan yang disusun sendiri dengan bantuan para financial planner.

Di antara belasan peserta pelatihan tersebut terselip beberapa orang yang ternyata mampu menyisihkan 10% lebih dari gaji bulanannya. Jadi, seharusnya ada sisa arus kas hingga jutaan rupiah yang bisa disisihkan setiap tahun. Misalnya Rp 50 juta.

Ternyata, saya tidak bisa menemukan saldo tabungan yang seharusnya bernilai minimal Rp 50 juta. Nah, kemana larinya uang tersebut?

Saat membuat perencanaan keuangan, kita harus memulai dari prioritas yang paling tinggi. Apakah untuk investasi? Tentu saja bukan!

Pertama, kita harus mengecek dan melunasi utang konsumtif. Ayo periksa daftar utang kita, masih adakah saldo utang kartu kredit dan saldo utang kredit tanpa agunan? Jika ada, maka lunasi dulu utang ini dengan duit tabungan yang Anda miliki.

Jika Anda gemar membayar tagihan kartu kredit dengan angka yang tetap, misalnya Rp 5 juta per bulan, hilangkanlah kebiasaan itu. Kita harus selalu membayar lunas pemakaian kartu kredit, berapapun jumlah tagihannya.

Kedua, arus kas harus positif. Ini berlaku untuk arus kas bulanan dan arus kas tahunan. Pos pengeluaran rumahtangga, tagihan listrik, belanja bulanan, serta belanja pribadi, harus bisa dibayar dari gaji bulanan. Sedangkan biaya liburan, Pajak Bumi dan Bangunan, biaya kurban, dan pengeluaran lain harus bisa dibayar dari dana bonus dan tunjangan hari raya (THR).

Kalau Anda bukan karyawan tetap, saat mendapat uang, biasakan langsung membagi jumlahnya untuk 12 bulan. Nah, bagaimana caranya supaya arus kas positif? Gampang, jangan besar pasak daripada tiang!

Ketiga, mempunyai dana darurat. Setelah arus kas kita positif, maka prioritas ketiga adalah memiliki dana darurat. Ketika menghadapi kondisi atau kebutuhan tak terduga, yang berperan banyak adalah dana darurat. Pasalnya, fungsi asuransi hanya untuk menggantikan duit setelah klaim kejadian diterima.

Nah, produk untuk menyimpan dana darurat tentu saja harus merupakan instrumen keuangan yang sangat likuid dan berisiko rendah. Suka atau tidak, tabungan merupakan tempat terbaik untuk menyimpan dana darurat tersebut. Jika target ideal sudah tercapai, Anda bisa menyimpan kelebihan duit di reksadana pasar uang, obligasi ritel Indonesia (ORI), atau bahkan emas.

Membeli produk asuransi

Keempat, menentukan tujuan keuangan. Esensi utama dari sebuah rencana keuangan adalah memiliki tujuan keuangan. Mimpi-mimpi bukanlah tujuan keuangan. Investasi juga bukan tujuan keuangan, karena investasi adalah salah satu strategi mencapai tujuan keuangan.

Sebuah tujuan harus mempunyai target biaya, jangka waktu, dan strategi untuk mencapainya. Kalau tidak, itu namanya hanyalah karya sastra.

Kelima, menerapkan strategi sesuai dengan tujuan keuangan. Nah, bagian ini adalah sebuah tantangan tersendiri bagi banyak orang yang mencoba membuat rencana keuangan sendiri. Namun hal tersebut bukan mustahil dilakukan, melainkan harus dipilih secara cermat sesuai dengan profil risiko Anda, sumber dana, jangka waktu dan target return yang diinginkan.

Sebelum menentukan produknya, Anda wajib mengisi kuesioner profil risiko. Tujuannya untuk mengetahui apakah Anda seorang yang konservatif (tipe penabung sejati), moderat (setengah menabung, setengah investasi), atau seorang yang agresif (tipe pencari return setinggi-tingginya).

Keenam, membeli produk asuransi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Fenomena menarik dari hasil survei yang dilakukan kantor kami adalah banyak masyarakat sudah mulai berasuransi. Tapi di antara mereka sangat sedikit yang paham betul asuransi apa yang dibelinya. Kebutuhan asuransi juga harus menjadi prioritas karena kita mungkin tidak memiliki kemampuan untuk membayar premi secara ideal. Urutan wajib asuransi adalah asuransi jiwa (buat yang mempunyai tanggungan), asuransi kesehatan dan asuransi kerugian.

Saya kembali mengingatkan, asuransi itu bukan investasi. Anda harus memenuhi kebutuhan perlindungan penghasilan dengan asuransi, dan mencukupi kebutuhan untuk mencapai target saldo dengan investasi. Pastikan juga, investasi yang kita dimiliki sepenuhnya di bawah kendali Anda. Jadi, tidak diprioritaskan untuk membayar premi asuransi secara otomatis.

Berdasarkan pemaparan tersebut, saya meyakini bahwa setiap orang pasti dapat memiliki perencanaan keuangan. Dengan menggunakan skala prioritas yang tepat, kehidupan yang lebih indah dan sejahtera seperti yang diinginkan bakal lebih cepat terwujud.

Namun rencana saja tidak cukup. Kita harus melakukan aksi nyata. People first, money later. Sayangi diri Anda dan keluarga dengan memberikan yang terbaik untuk kehidupan. Live a Beautiful Life!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini
Terbaru