JAKARTA. Sebagai produk proteksi, asuransi tak bisa dimasukkan dalam jajaran keranjang investasi. Namun, pada kenyataannya, tak sedikit, lo, yang masih mengaosiasikan asuransi sebagai bentuk investasi. Alhasil, ketika diminta menyetor duit premi dan duit premi lantas hangus karena tak ada klaim, sang pemilik polis asuransi merasa rugi.
Jangan-jangan, Anda termasuk yang masih berpikiran seperti ini?
Seperti menjawab realita di masyarakat tersebut, perusahaan asuransi pun putar otak. Hasilnya, dalam beberapa tahun terakhir makin banyak dijumpai produk asuransi yang memberi iming-iming pengembalian premi yang sudah dibayarkan pemegang polis.
Satu produk yang baru meluncur di pasaran adalah Maestro Hospital Plan. Ini adalah asuransi kesehatan yang dibesut PT AXA Financial Indonesia. Premi yang mesti dibayar dari Rp 95.000 hingga sekitar Rp 740.000 per bulan.
Beberapa manfaat yang ditawarkan adalah penggantian biaya rawat inap hingga Rp 1 juta per hari, biaya harian kamar unit perawatan intensif sampai Rp 2 juta per hari dan biaya bedah sampai Rp 10 juta per pembedahan. Ada pula penggantian biaya pemulihan atas perawatan di rumahsakit sampai Rp 2 juta dan santunan duka sampai Rp 10 juta untuk risiko meninggal dunia.
AXA mensyaratkan pemegang polis membayar premi selama tujuh tahun untuk mendapat manfaat pertanggungan selama 10 tahun. Pada akhir tahun ke-10 ini, AXA akan membayarkan 70% dari total premi yang dibayar meski selama masa pertanggungan ada pengajuan klaim. “Tidak ada syarat apa pun yang harus dipenuhi nasabah untuk mendapatkan pengembalian premi tersebut,” kata Elsye Chatarina, Direktur Penjualan AXA Financial.
Direktur Senior Partner OneShildt Financial Planning Budi Raharjo berpendapat, nilai positif asuransi yang mengembalikan premi adalah bisa merangsang keluarga untuk membeli produk proteksi. Di sisi lain, dengan pengembalian premi berarti nasabah menghemat sejumlah uang yang seharusnya dibayarkan untuk premi. “Nilai lebih ini menjadikan asuransi dengan pengembalian premi menjadi lebih menarik daripada yang tidak,” kata Budi.
Dengan patokan manfaat yang sama, asuransi yang memberikan pengembalian premi umumnya memungut premi yang lebih besar ketimbang yang tidak mengembalikan premi. Sebab, menurut Budi, premi risiko asuransi tersebut sudah masuk ke dalam risk pool. Premi ini tidak mungkin dikeluarkan kembali kecuali di asuransi syariah. Ini pun dibagikan sesuai porsi antara pemegang polis dan perusahaan asuransi.
Manfaat adalah pertimbangan utama
Tawaran manfaat plus pengembalian dari asuransi jenis ini sekilas tampak menggiurkan. Namun, perencana keuangan mencoba memberi gambaran lebih luas agar Anda juga paham dengan kekurangan dari produk ini. Tujuannya agar Anda bisa memaksimalkan “manfaat” produk ini.
Perencana keuangan dari Fin-Ally Financial Consulting Kurnia Sukmanagara mengatakan, manfaat yang ditawarkan mesti menjadi pertimbangan utama keluarga. Tak terkecuali dalam membeli asuransi yang mengembalikan premi.
Kurnia menjelaskan, program dasar dari asuransi kesehatan yaitu In-Patient atau manfaat rawat inap. Manfaat ini meliputi jasa dokter umum, dokter spesialis, obat, fisioterapi, dan diagnostik. Termasuk pula, pembedahan, dari bedah kecil sampai yang kompleks, pemulihan setelah rawat inap, ambulans, santunan rawat jalan karena kecelakaan, dan santunan kematian. “Saya melihat produk yang mengembalikan premi tidak memiliki manfaat dasar yang umumnya dimiliki asuransi kesehatan,” kata Kurnia.
Apa yang disampaikan Kurnia tersebut mengacu pada besar premi yang sama. KONTAN lalu mencoba membandingkan Maestro Hospital Plan dengan asuransi lain yang tidak memberikan premi, yakni Allisya Care dari PT Asuransi Allianz Life Indonesia. Dengan premi kurang lebih sama, yakni Maestro Plan Saphire Rp 4.815.400 per tahun dan Allisya Plan H Rp 4.797.000 per tahun, manfaat yang ditawarkan keduanya cukup berbeda. Ini dilihat dari variasi manfaat yang ditawarkan dan batasan maksimal penggantian biaya yang ditanggung.
Ambil contoh, penggantian biaya kamar Maestro Plan Saphire adalah Rp 1 juta per hari untuk maksimal 90 hari per tahun. Sementara, Allisya Plan H juga menanggung penggantian biaya kamar Rp 1 juta per hari, tapi untuk maksimal 180 hari per tahun. Perbedaan lain, seperti biaya kunjungan dokter dan perawatan dokter spesialis hanya ada di Allisya Plan H, sedangkan Maestro Plan Saphire tak memberi manfaat ini.
Memang, sih, apa yang diperbandingkan KONTAN tersebut tidak bisa mewakili asuransi yang mengembalikan premi dengan asuransi kesehatan murni yang jumlahnya ratusan di pasaran. Namun, setidaknya ini bisa menjadi motivasi bagi Anda untuk lebih jeli membandingkan jeroan dari asuransi yang akan Anda beli.
Siapa yang butuh?
Selain manfaat yang ditawarkan, Budi menambahkan hal lain yang harus dipertimbangkan keluarga adalah reputasi perusahaan asuransi. Ini untuk melihat profesionalitas dan kompetensi perusahaan dalam menanggapi klaim para pemegang polis.
Tak lupa, tengok pula isi kantong keluarga. Kata Budi, murah belum tentu berarti yang terbaik, tapi terlalu mahal juga bisa jadi tidak efisien. “Jadi, seimbangkan kebutuhan antara kebutuhan perlindungan asuransi, pelayanan, klaim, dan beban premi untuk mencari produk yang paling sesuai dengan keluarga,” beber Budi.
Kalau semua variabel pertimbangan tadi sudah Anda dan keluarga lalui, saatnya menentukan pilihan. Mau asuransi dengan pengembalian premi atau asuransi kesehatan yang murni saja.
Pendapat Budi, yang paling cocok mengambil asuransi yang mengembalikan premi adalah pemegang polis yang masih awam dengan asuransi dan baru mulai berasuransi. Sementara, Kurnia menyebut profil yang cocok dangan asuransi seperti Maestro milik AXA adalah mereka yang mau membayar premi asuransi dengan jangka waktu lebih sedikit dibanding jangka waktu menikmati manfaat asuransi.
Setelah mendapat gambaran, mana yang Anda pilih?
Sumber: Rubrik Kocek Mingguan Kontan Edisi 13-19 Agustus 2012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News