PORTOFOLIO - JAKARTA. Pasar saham Indonesia mulai tampak bangkit sepanjang Juli lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 2,72% secara month on month (MoM), dan naik 0,23% secara year to date (YtD) alias sejak awal tahun.
CEO Pinnacle Investment Indonesia (PT Pinnacle Persada Investama), Guntur Putra, mengatakan bahwa sepanjang Juli, investasi di saham dan reksadana saham menunjukkan hasil terbaik, terutama di pasar Indonesia. Reksadana saham naik 2,47% dibandingkan bulan sebelumnya.
Guntur menjelaskan bahwa kenaikan kinerja reksadana saham selama Juli 2024 dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari pasar global maupun domestik, serta sentimen investor. Selain itu, peningkatan investasi di saham didorong oleh data inflasi AS pada Juni yang lebih baik dari perkiraan.
Guntur memperkirakan bahwa ke depan, kinerja saham dan reksadana saham akan tetap positif. Ini seiring dengan ekspektasi yang semakin kuat bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada September 2024.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Anjlok Jumat (2/8), Setelah Data Pekerjaan AS yang Lemah
“Penurunan suku bunga biasanya mendukung sektor-sektor yang sensitif terhadap biaya pinjaman, seperti properti dan saham yang berorientasi pada pertumbuhan,” kata Guntur kepada Kontan.co.id, Kamis (1/8).
Dia juga menyarankan investor untuk mempertimbangkan reksadana pendapatan tetap dan saham sebagai instrumen menarik saat ini, karena ada kemungkinan besar The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya, yang mungkin diikuti oleh Bank Indonesia (BI).
Namun, Guntur mengingatkan agar investor tetap menyesuaikan investasi mereka dengan profil risiko, tujuan investasi, dan jangka waktu investasi masing-masing.
“Penting untuk mempertimbangkan diversifikasi portofolio dan mengalokasikan dana ke berbagai jenis aset untuk mengurangi risiko secara keseluruhan,” tambahnya.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham 4 Emiten MIND ID: PTBA, ANTM, TINS dan INCO
Berikut rekomendasi alokasi portofolio investasi dari Guntur berdasarkan tipe investor:
Investor dengan profil risiko konservatif
- 50% obligasi, termasuk obligasi pemerintah dan korporasi
- 30% reksadana pasar uang
- 20% saham blue chip atau reksadana saham blue chip
Investor dengan profil risiko moderat
- 40% obligasi, termasuk obligasi pemerintah dan korporasi
- 30% saham blue chip atau reksadana saham blue chip
- 20% reksadana pasar uang
- 10% emas
Investor dengan profil risiko agresif
- 50% saham blue chip atau reksadana saham blue chip
- 30% obligasi
- 15% reksadana pasar uang
- 5% emas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News