JAKARTA. Biaya pendidikan anak merupakan salah satu kewajiban yang perlu dipenuhi setiap orang tua sejak dini. Selain menabung uang, emas bisa mendukung anak dalam mengejar cita-citanya.
Menyiapkan biaya sekolah anak dengan menyimpan emas, bisa dilakukan melalui beberapa cara. Langkah cepat atau santai, tergantung kemampuan Anda. Selain dua cara yang sebelumnya sudah diuraikan di tulisan seri pertama, menyimpan emas juga bisa dilakukan melalui cara ketiga, yaitu berkebun emas.
Kebun emas
Cara paling cepat untuk menumpuk emas saat ini adalah dengan cara berkebun emas. Tapi ingat, cara yang satu ini memiliki tingkat risiko yang paling tinggi.
Sekadar informasi, kebun emas ini merupakan teknik mengumpulkan emas dengan cara gadai-menggadai. Yaitu, membeli satu emas batangan, lalu menggadaikannya. Duit hasil gadai kembali dibelikan emas, dengan berat yang sama dengan emas pertama.
Investor harus menambah dana agar bisa membeli emas dengan berat yang sama. Cara ini dilakukan hingga emas yang keempat. Tapi emas yang kelima jangan digadai lagi, melainkan disimpan untuk memanen tiga emas sebelumnya.
Sebagai gambaran, Perum Pegadaian menetapkan batas pinjaman 90% dari harga taksiran. Sedangkan BNI Syariah 85% untuk emas batangan dan maksimal 75% bagi perhiasan.
Ilustrasinya begini. Untuk mengumpulkan dana pendidikan masuk SMP memerlukan emas sebanyak 40 gram. Dengan asumsi harga emas 10 gram sebesar Rp 5 juta, lalu menggadaikan emas pertama ini sehingga dapat dana Rp 4,5 juta. Sehingga Anda perlu menambah dana Rp 500.500 untuk membeli emas kedua. Anda harus menyiapkan dana tambahan Rp 2 juta agar bisa membeli emas keempat.
Dengan asumsi biaya administrasi tiap transaksi gadai sebesar Rp 50.000, maka perlu dana tambahan Rp 150.000. Sehingga total biaya awal sebesar Rp 7,16 juta. Nah, kalau harga naik hingga 5% dalam empat bulan, maka nilai emas Anda akan berkembang menjadi Rp 26,28 juta.
Anda dapat melunasi pinjaman gadai dengan cara menjual emas kelima untuk menebus emas keempat, lalu menjualnya untuk menebus emas ketiga. Begitu seterusnya, hingga bisa menebus emas pertama. Dalam empat bulan, Anda bisa mendapat emas 10 gram plus sisa dana sekitar Rp 2,4 juta.
Kalau tak ingin menjual, Anda dapat menebus 40 gram emas itu sesuai pinjaman gadai yang sekitar Rp 18 juta. Asumsinya, pinjaman gadai sebesar 90% dari harga emas. Lalu di tambah biaya penyimpanan selama empat bulan yakni Rp 640.000. Kalau dana belum cukup, Anda dapat menebus satu atau dua batang dahulu. Sisanya bisa diperpanjang lagi dengan menambah ongkos sewa tempat.
Risiko berkebun emas ini sangat tinggi lantaran ada biaya pasti berupa biaya penitipan di bank. Jika kenaikan harga emas tidak bisa menandingi laju biaya penyimpanan, maka Anda akan rugi. Karena itu jangka waktu bisa diperpanjang hingga satu tahun, kalau harga emas seperti sekarang hampir pasti untung," kata Achmad Gozali, perencana keuangan dari Safir Senduk Rekan and Financial Services Consultant.
Kalau harga emas turun, risiko yang harus ditanggung adalah Anda harus menambah nilai jaminannya (top up). Karena risiko tinggi dan perlu keberanian berspekulasi, Perencana Keuangan Shildt Financial Planning Joannes Widjajanto mengganggap kebun emas hanya cocok untuk investor yang benar-benar paham. "Risiko berkurang dengan pengetahuan yang cukup," katanya.
Nah, silakan mulai menabung emas buat masa depan pendidikan anak tercinta.
Mengelak dari risiko fluktuasi harga
Menanam duit untuk biaya pendidikan anak pada instrumen investasi emas dapat membebaskan orangtua dari ancaman hantu inflasi.
Tapi ingat, bukan berarti menyimpan si kuning ini bebas risiko lo. Maklum, harga emas yang meloncat naik dalam satu tahun terakhir cukup mengkhawatirkan, dan bubble itu berpotensi pecah. Jika sampai harga emas jatuh, maka impian Anda menyekolahkan anak ke sekolah idaman bisa jadi buyar.
Gozali bilang, risiko terbesar investasi emas adalah gejolak harga. Sekadar mengingatkan, fenomena lonjakan harga emas secara drastis ini pernah terjadi pada tahun 1979.
Menurut catatan kantor berita Bloomberg, harga emas merangkak naik dari sebesar US$ 226 per ons troi pada April 1979. Tak genap satu tahun, harga logam telah meroket hingga mencapai rekor tertinggi US$ 850 pada 21 Januari 1980. Tapi setelah itu, harga emas jatuh hingga 68% ke level US$ 295 per ons troi pada Juni 1982. "Namun, selama 10 tahun terakhir rata-rata tetap naik seiring laju inflasi," kata Gozali.
Karena emas rawan terkoreksi, lebih bijak jika penempatan dana pendidikan bukan untuk jangka pendek melainkan jangka menengah dan panjang. "Minimal tiga tahun, agar investasi aman sesuai dengan tujuan," imbuh Gozali.
Kalau harga turun, risiko yang harus diterima adalah Anda harus menambah dana agar target dana pendidikan yang dibutuhkan tercapai. Risiko menjadi lebih besar apabila investasi emas dengan cara berkebun emas.
Meski begitu, Gozali tetap optimistis, kalaupun terjadi koreksi harga emas, tujuan investasi emas agar harta tidak tergerus inflasi tetap bisa tercapai. Selain itu, jangan menempatkan telur di satu keranjang. Siapkan investasi lain untuk pendamping emas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News