JAKARTA. Selain analisis fundamental, para investor saham juga mengenal analisis teknikal. Sejumlah analis menilai, menggunakan analisis teknikal pun tak cukup hanya dengan membaca literaturnya. Praktik secara langsung justru dapat mengasah kemampuan para teknisian.
Sebelum mempraktikkan langsung analisis teknikal ini, sebaiknya Anda memperhatikan beberapa hal penting yang disarankan oleh mereka yangs udah berpengalaman.
Tepat mengambil keputusan
Bertoni Rio, analis Anugerah Securindo Indah mengatakan, kesalahan yang biasa dilakukan teknisian adalah terlalu cepat membeli atau menjual portofolio saham. Ketidaksabaran ini dipengaruhi oleh kekhawatiran merugi. "Akhirnya justru gagal menggunakan analisis teknikal secara maksimal," imbuhnya.
Selain terlalu cepat mengambil keputusan, kesalahan lain yang terjadi adalah teknisian terlalu lama menahan posisi padahal indikator sudah menunjukkan sinyal, baik beli atau jual. Terlalu lama menahan posisi dapat menimbulkan bias terhadap analisisnya. "Jangan mengikuti kata hati atau feeling," tukas analis Bumiputera Capital , L. Chrisbiantoro.
Kombinasikan dengan fundamental
Head of Analyst Askap Futures Suluh A. Wicaksono menilai, teknisian kerap mengabaikan faktor fundamental. Hal ini terjadi karena teknisian menganggap memelototi grafik harga saham saja sudah cukup untuk mengambil keputusan.
Dia memberi contoh saat analisis teknikal menunjukkan harga sudah murah dan wajib dibeli. Namun karena ada krisis Eropa, analisis teknikal bisa menjadi salah. "Sebaik-baiknya teknikal mendukung untuk membeli, jika fundamental menunjukkan negatif maka pergerakan harga akan melawan teknikal. Ini disebut technical failured," kata dia.
Bertoni menambahkan, sebaiknya teknisian juga melirik pergerakan harga komoditas, bursa Asia dan bursa Eropa. Pasalnya pergerakan harga ketiga pasar tersebut berpengaruh kuat terhadap bursa domestik.
Lantaran fungsi yang saling mendukung itulah, Suluh dan Bertoni menganggap kombinasi penggunaan analisis teknikal yang didukung fundamental bisa memaksimalkan tingkat akurasi. Suluh memberikan perbandingan antara analisis teknikal dan fundamental sebesar 40:60. Sementara Bertoni memberi porsi lebih besar pada analisis teknikal 60% - 70% dan 30% - 40% buat fundamental.
Tapi Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menyarankan, para pemula sebaiknya menggunakan formula 70:30 untuk analisis teknikal berbanding analisis fundamental. "Memahami analisis fundamental bagi pemula lebih sulit ketimbang teknikal," katanya.
Namun persentase tersebut tidak bisa dijadikan patokan baku. Suluh dan Bertoni bilang hal itu tergantung tipe dari masing-masing investor.
Jangan mendewakan indikator
Head of Technical Analyst Batavia Prosperindo Billy Budiman, juga Zulfirman melihat teknisian kerap terjebak pada kesalahan karena menganggap sempurna sebuah indikator sehingga yakin tak mungkin salah. Padahal, mereka kerap kurang cermat memilih periode analisis. Kepanjangan atau kependekan memilih periode pergerakan harga suatu saham akan melahirkan analisis keliru.
Jika sudah menganalisis secara seksama, sebaiknya teknisian jangan gampang panik jika harganya meleset. Lihat kembali apakah posisi analisis tersebut masih dapat meraih level ambil untung atau memang waktunya menutup posisi.
Intinya, investor harus sabar. "Jangan pernah berhenti belajar karena ini bukan tentang seberapa banyak indikator yang diketahui, melainkan seberapa paham Anda menguasai indikator yang digunakan," tandas Zulfirman.
Untuk meminimalisasi kerugian, dia mengatakan, teknisian harus disiplin menentukan stop loss. Kapan waktu untuk membeli, ambil untung atau ke luar dari pasar ini hanya dapat diketahui seiring dengan pengalaman investor.
Untuk trader maupun investor
Selama ini ada yang kalangan menganggap analisis teknikal hanya bisa digunakan oleh investor yang bertipe trader dan tak cocok buat investor berjangka menengah-panjang. Menurut Suluh, para investor sekarang semakin hati-hati dalam mengambil keputusan. Karena itu, mereka tidak bakal meninggalkan analisis teknikal.
Zulfirman menambahkan ada banyak hal yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Mulai dari kondisi perusahaan, iklim kompetisi, kondisi makro ekonomi domestik dan luar negeri.
Sayangnya hanya sedikit orang yang bisa menyerap semua informasi tersebut secara lengkap. "Makanya analisis teknikal digunakan karena penggunanya percaya pergerakan harga telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Bahkan isu dan rumor sekalipun," beber Zulfirman.
Menurut dia, perbedaan utama antara trader dan investor adalah pada jangka waktu berinvestasi. Trader biasanya berinvestasi dalam waktu kurang dari satu hari. Bahkan, bukan tak mungkin hanya dalam hitungan menit. Sementara investor memiliki horizon investasi yang lebih panjang.
Dua tipe investor ini dapat menggunakan analisis teknikal tapi dengan fokus grafik harga yang berbeda. Jika trader biasanya lebih fokus pada grafik harga dengan periode waktu 5 menit, 15 menit, dan 1 jam, maka investor lebih memperhatikan grafik harian, mingguan, dan bulanan.
Kini banyak orang merasa analisis teknikal wajib dipakai dalam berinvestasi saham. Bahkan, senjata ini tak hanya untuk menganalisis saham, tetapi juga harga komoditas, indeks saham, dan mata uang. "Artinya tools ini sudah dan akan terus dipakai untuk analisis berbagai instrumen investasi," kata Chrisbiantoro.
Bagaimana dengan Anda? Memang sulit memutuskan kalau belum pernah mencoba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News