Melirik si Likuid agar Efektif Membantu Kocek

Senin, 03 Februari 2014 | 18:10 WIB   Reporter: Ruisa Khoiriyah, Agung Jatmiko, Noor Muhammad Falih
Melirik si Likuid agar Efektif Membantu Kocek

(Dok: PT. Surya Utama Fibertek).


Memilih produk investasi yang tepat menjadi salah satu kunci keberhasilan mencapai tujuan keuangan. Reksadana pasar uang banyak direkomendasikan sebagai instrumen investasi jangka pendek. Simak strategi pemanfaatan reksadana pasar uang agar optimal mendukung pencapaian tujuan keuangan Anda.

JAKARTA. Kebanyakan pembaca Tabloid KONTAN mungkin paham bahwa jika Anda bukan bagian individu berkocek tebal (high networth individual), maka untuk mewujudkan tujuan keuangan, Anda harus mau susah payah menyusun perencanaan. Anda perlu melakukan hal itu agar bisa tetap mewujudkan tujuan-tujuan keuangan tanpa mengorbankan kesehatan kantong.

Dalam perecanaan keuangan, ada langkah-langkah yang harus Anda tempuh. Selain menentukan tujuan keuangan dan target waktu penggunaan dana, pemilihan instrumen investasi untuk mendukung pencapaian tujuan juga harus tepat. Instrumen investasi ibarat kendaraan yang akan mengantar Anda mewujudkan sebuah tujuan keuangan. Salah langkah memilih kendaraan, tujuan keuangan Anda bisa-bisa tidak tercapai.

Sejauh ini, khusus untuk tujuan keuangan jangka pendek, mayoritas perencana keuangan masih merekomendasikan reksadana pasar uang sebagai kendaraan investasi. Namun, di tengah kenaikan bunga acuan BI rate yang sedikit banyak memengaruhi bunga simpanan di bank, rekomendasi tersebut menuai pertanyaan ulang. Apakah reksadana pasar uang masih menarik menjadi pilihan sebagai instrumen investasi jangka pendek yang ideal?

Maklum, dengan tren kenaikan BI rate, nasabah bank bisa menempatkan dana di deposito dengan bunga relatif tinggi. Di beberapa bank, bunga deposito sudah merangkak di kisaran 6%. Apalagi tingkat risiko relatif kecil, mengingat deposito adalah produk bank tanpa fluktuasi laiknya produk investasi.

Bandingkan, imbal hasil reksadana pasar uang di pasar saat ini cuma berkisar 5% dengan risiko lebih besar ketimbang deposito. Menurut data Infovesta per 29 Januari, return tertinggi reksadana pasar uang setahun terakhir adalah 5,98%, dicatatkan oleh produk reksadana pasar uang BNI Asset Management Dana Likuid.

Return bisa lebih besar
Edbert Suryajaya, analis Infovesta Utama, menilai, situasi BI rate tinggi sejatinya berpeluang mendongkrak potensi return reksadana pasar uang. Pasalnya, salah satu aset dasar (underlying asset) reksadana pasar uang adalah deposito yang kini bunganya merangkak naik. “Return reksadana pasar uang tahun ini kami perkirakan di kisaran 6%–8%,” kata Edbert.

Lisa Soemarto, perencana keuangan dari AFC Financial, menilai, dalam situasi bunga deposito sudah banyak naik, reksadana pasar uang kurang layak menjadi pilihan investasi dengan jangka waktu kurang dari setahun. “Deposito lebih memberi kepastian untuk jangka pendek,” kata dia.

Reksadana pasar uang, menurut Lisa, lebih tepat untuk tujuan keuangan setidaknya dua tahun. Namun, Edbert berpendapat, reksadana pasar uang lebih tepat untuk tujuan keuangan kurang dari setahun. Pasalnya, jika kita tempatkan dana di sana lebih lama dari itu, imbal hasilnya kurang optimal. Lebih baik dana ditaruh di produk dengan tawaran return lebih baik dalam jangka menengah, seperti reksadana pendapatan tetap.

Budi Raharjo, perencana keuangan One Shildt Financial, menambahkan, bagi investor berkocek pas-pasan yang relatif sulit mengumpulkan duit sekian juta sekaligus untuk didepositokan, reksadana pasar uang lebih tepat. Membeli unit penyertaan (subscription) reksadana pasar uang bisa bermodalkan Rp 100.000. Sedang dana minimal penempatan di deposito bank sekitar Rp 5 juta. Belum lagi beban pajak bunga deposito hingga 20%.

Bagaimana pun, setiap pilihan memiliki risikonya masing-masing. Jika Anda menilai reksadana pasar uang lebih tepat mendukung tujuan keuangan, berikut strategi pemilihan dan pemanfaatannya agar optimal:

Sesuaikan tujuan keuangan
Sifat utama dari reksadana pasar uang adalah likuid alias mudah dicairkan. Tingkat risiko reksadana pasar uang juga relatif kecil dibandingkan dengan jenis reksadana lain. Maka itu, produk ini cocok untuk target penggunaan dana jangka pendek. Misalnya, dana liburan setahun mendatang atau uang masuk sekolah anak dua tahun lagi.

Cek dana kelolaan
Dalam memilih produk reksadana pasar uang, pastikan Anda sudah menelaah rekam jejak manajer investasi dan nilai dana kelolaan produk tersebut. Semakin banyak dana kelolaan kemungkinan memengaruhi kecepatan pengembalian dana ketika Anda menempuh redemption. Ingat, nilai lebih reksadana pasar uang adalah pada likuiditas. “Maka itu, perhatikan juga bank kustodiannya,” imbuh Edbert.

Teliti aset dasar
Aset dasar reksadana pasar uang adalah instrumen pasar uang, seperti tabungan, deposito, sertifikat Bank Indonesia (SBI), serta surat utang bertenor kurang dari setahun. Jika kini BI rate tinggi, lebih tepat jika Anda memilih reksadana pasar uang dengan mayoritas aset dasar berupa deposito, ketimbang surat utang jangka pendek. Selain berpeluang mendapatkan return yang tinggi, juga relatif stabil. Berbeda dengan reksadana pasar uang dengan aset dasar yang lebih banyak diputar dalam bentuk surat utang, fluktuasi return akan lebih tinggi seiring naik turun harga dan yield obligasi.

Perhatikan biaya
Di pasar memang jarang kita temukan reksadana pasar uang dengan tambahan biaya, seperti biaya pembelian atau penjualan. Kendati begitu, sebelum membeli teliti dulu biaya-biaya yang menyertai produk. Semakin minim biaya tentu semakin bagus untuk kantong Anda.       o

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah
Terbaru