Masih lebih baik kontan daripada cicilan

Rabu, 06 November 2013 | 09:00 WIB   Reporter: Ruisa Khoiriyah, Diemas Kresna Duta
Masih lebih baik kontan daripada cicilan

ILUSTRASI. Crowdfunding


Magnet emas sebagai salah satu aset berharga andalan masih kuat hingga kini. Tak sedikit orang yang rela mencicil pembelian untuk memiliki emas. Membeli emas dengan cara utang sekilas tampak ringan. Namun, cermati hitungannya agar bisa memilih strategi paling tepat dalam membeli emas.

JAKARTA. Siapa, sih, yang tidak kepincut memiliki emas lantakan dalam jumlah besar? Emas di mata banyak orang masih menjadi aset berharga yang bisa mengerek nilai kekayaan. Sifat emas yang cukup likuid juga menjadikan logam mulia utama itu banyak dipilih orang sebagai simpanan dana darurat (emergency fund).

Pamor emas memang sulit padam, meski puncak kejayaan harga emas sudah berakhir sejak dua tahun terakhir. Tahun ini, harga emas bahkan sempat terpuruk ke US$ 1.200 per ons troi, setelah sempat memecah harga tertinggi di US$ 1.923 per ons troi pada 2011. Satu ons troi setara dengan 31,1 gram.

Namun, keterpurukan itu tidak mengurangi minat masyarakat berinvestasi emas. Berbarengan dengan itu, berbagai tawaran skema pembelian emas pun bermunculan di tengah kita, termasuk dalam bentuk cicilan emas. Banyak lembaga menawarkan pembelian emas dengan cara berutang alias mencicil. Sebut saja, PT. Pegadaian, perbankan syariah, toko-toko emas, dan PT Millennium Golden Link. “Konsepnya adalah menabung, tapi hasil tabungan nanti berupa emas sehingga lebih menguntungkan,” ujar Indri, bagian pemasaran Millennium Golden Link.

Tidak jauh berbeda dengan konsep cicilan yang ditawarkan oleh Pegadaian maupun perbankan, Millennium menawarkan beberapa alternatif skema cicilan berdasarkan jangka waktu dan besar emas yang hendak dibeli. Cicilan bisa
mulai enam bulan hingga 24 bulan. Adapun, besar emas yang dikreditkan beragam, mulai dari satuan terkecil 5 gram hingga 1.000 gram alias 1 kilogram (kg).

Perbedaannya dengan skema cicilan emas di Pegadaian maupun perbankan, pembeli tidak diwajibkan memberikan down payment atau uang muka cicilan. Hanya saja, Millennium membebani biaya administrasi di awal kontrak sebesar Rp 100.000 untuk cicilan emas hingga 100 gram dan Rp 500.000 untuk cicilan emas berukuran di atas itu.

Lantas, berapa besar cicilan tiap bulan? “Cicilannya flat atau sama setiap bulan dengan patokan harga Millennium,” jelas Indri. Jika cicilan terhenti di tengah jalan, Millenium hanya akan mengembalikan uang Anda sebanyak total cicilan yang telah disetor dikurangi satu bulan besar cicilan.

Lalu, apa jaminan yang diberikan Millennium kepada nasabahnya selama masa cicilan? Indri, staf pemasaran Millennium, menambahkan, nasabah mendapatkan surat kontrak cicilan emas resmi sebagai jaminan. Selain itu, setiap transfer cicilan, nasabah mendapatkan kuitansi pembayaran.

“Perusahaan kami adalah bagian dari Millennium Danatama Group. Kami tidak akan mengorbankan kredibilitas yang sudah terbangun selama ini hanya untuk mengejar keuntungan sesaat,” tandas Indri.

Bunga bersaing

Mari kita tengok skemanya. Sebagai contoh, untuk kontrak cicilan emas 50 gram selama 12 bulan mulai Selasa (29/10), nasabah harus mencicil senilai Rp 2.206.000 per bulan. Alhasil, total duit yang harus dikeluarkan pembeli untuk menebus emas 50 gram dengan skema cicilan Millenium itu mencapai Rp 26.572.000, sudah termasuk biaya administrasi.

Harga itu lebih mahal 9% atau 0,75% per bulan. Selisihnya mencapai Rp 2.172.000 dibanding harga emas Divisi Logam Mulia Aneka Tambang untuk ukuran sama, yang seharga Rp 24.400.000 jika Anda membeli tunai. “Tapi harga kami lebih murah daripada cicilan di Pegadaian,” kata Indri.

Berdasarkan simulasi cicilan emas di Pegadaian, untuk cicilan serupa, nasabah menyediakan uang muka 30% senilai Rp 8.198.400, belum termasuk biaya administrasi. Cicilan per bulan mencapai Rp 1.594.133. Sehingga, total biaya pembelian emas mencapai Rp 27.327.996, atau lebih tinggi 12% dengan harga tunai. Dus, per bulan biaya bunganya sekitar 1%.

Bagaimana dengan skema cicilan emas di bank? Kita ambil contoh di BRI Syariah Cabang Palmerah Barat. Penelusuran KONTAN, tenor cicilan minimal 24 bulan dengan besar DP 20% dari harga emas yang ditentukan oleh bank. Jika membeli emas 50 gram dengan tenor cicilan 24 bulan, maka yang harus dibayar nasabah terdiri atas

DP sebesar Rp 4,88 juta dan biaya administrasi Rp 250.000. Cicilan per bulan Rp 965.000. Sehingga, total biaya pembelian emas dengan cicilan selama dua tahun mencapai Rp 28.290.000 atau lebih tinggi 16% dibanding harga tunai. Jika dibagi 24 bulan, maka biayanya sebesar 0,66% per bulan.

Utang adalah beban

Lantas, menarikkah membeli emas dengan skema cicilan seperti itu? Lebih untung mana jika kita bandingkan dengan menabung uang sendiri untuk membeli emas?

Emas sejatinya adalah aset yang berfungsi sebagai alat lindung nilai (hedging) ketika kondisi perekonomian memburuk dan menjatuhkan nilai investasi portofolio (paper investment), termasuk nilai uang kertas. Maka itu, kepemilikan emas dianjurkan perencana keuangan sebagai hedging dan diversifikasi risiko.

Namun, bagaimana jika untuk memilikinya kita memilih jalan berutang alias mencicil? “Pada prinsipnya, yang sehat adalah jika memiliki atau membeli aset sebagai investasi, dengan cara non-utang atau tunai,” tegas Mohammad B. Teguh, perencana keuangan QM Financial.

Skema cicilan memang memberikan keleluasaan bagi pembeli untuk melunasi barang. Namun, keleluasaan itu tidak gratis. Penjual membebankan harga berupa bunga, margin atau selisih kepada pembeli. Alhasil, pembeli harus membayar harga total lebih mahal ketimbang jika membeli tunai.

Harga atau bunga emas yang memakai skema cicilan juga terbilang cukup mahal. “Saya pernah riset, bunganya tidak jauh beda dengan kredit tanpa agunan (KTA), berkisar 1,25%-1,5% per bulan, bahkan bisa lebih di atas itu,” ujar dia.

Untuk KTA, debitur sudah bisa langsung menarik uang begitu akad kredit diteken. Sedang cicilan emas, emas fisik baru bisa kita pegang ketika cicilan telah kita lunasi.

Menimbang segi biaya, Teguh lebih merekomendasikan Anda untuk menabung sendiri dulu dana pembelian emas ketimbang membelinya melalui skema cicilan. “Menabung memang butuh kedisiplinan. Tapi, apa iya untuk mendisiplinkan diri sendiri, Anda rela membayar orang melalui skema cicilan dengan risiko terkena penalti dan semacamnya?” tandasnya.

Apalagi, tren emas saat ini cenderung turun. Dus, Anda bisa menanggung rugi dua kali, yaitu penurunan harga emas dan biaya bunga yang harus Anda bayar.

Rakhmi Permatasari, perencana keuangan Safir Senduk dan Rekan, menambahkan, skema cicilan lebih cocok untuk mereka yang tidak nyaman dengan fluktuasi harga emas namun rela membayar lebih mahal. Di sisi lain, tidak semua orang memiliki dana tunai dalam jumlah besar ataupun mampu disiplin mengumpulkan duit pembelian emas.

Menabung uang sendiri untuk dana pembelian emas bisa Anda lakukan setiap bulan. Caranya, bisa dari sisa arus kas bulanan atau mengalokasikan anggaran khusus setiap bulan untuk dana pembelian emas. Ditaruh di mana uangnya? Endapkan saja di rekening tabungan seperti biasa. Tapi, pastikan rekening tersebut tidak Anda kutak katik semaunya agar dananya aman.

Cara lain, Anda bisa memanfaatkan duit bonus atau gaji ke-13 untuk membeli emas. Jangan lupa untuk selalu menyesuaikan dengan tujuan keuangan dan kebutuhan. “Saat ini banyak orang terjebak anggapan bahwa mengoleksi emas selalu bisa melipatgandakan koceknya dalam jangka pendek. Padahal, faktanya emas pun berisiko turun harga,” imbuh Diana Sandjaja, perencana keuangan MRE Consulting.

Ratih Nurmalasari, perencana keuangan ZAP Finance, mencatat, harga emas selama tahun 1993-2013, rata-rata naik 8,55% per tahun. Sedang selama rentang 2003-2013, rata-rata imbal hasil emas per tahun 17,29%. “Harga emas naik cukup signifikan mulai tahun 2000,” kata dia.

Melihat historis tersebut, emas tidak jauh berbeda dengan rata-rata imbal hasil reksadana campuran. Maka itu, emas bisa Anda gunakan untuk mencapai tujuan keuangan jangka menengah. “Untuk tujuan keuangan di atas lima tahun hingga 10 tahun, emas bisa mendukung pencapaiannya,” ujar Teguh.

Emas juga bisa Anda tempatkan sebagai bagian dari dana darurat. Ketika Anda butuh dana tunai segera, emas bisa Anda gadaikan. “Kalau untuk tujuan keuangan di atas 10 tahun, reksadana saham atau saham memberikan hasil lebih baik,” imbuh Rakhmi.

Namun, jika memang ingin Anda membeli emas dengan cicilan, coba simak beberapa tips berikut:

Latar belakang penjual
Tawaran skema cicilan emas datang dari banyak kalangan. Jika Anda memang hendak mencicil emas, pastikan Anda telah menyelidiki latar belakang penjualnya. “Legalitas penjual emas seperti apa? Melakukan background checking itu harus,” kata Rakhmi.
Berkaca dari kasus-kasus skema investasi emas bodong yang banyak meledak beberapa waktu lalu, kredibilitas penjual akan sangat menentukan nasib duit Anda. “Jangan begitu saja percaya dengan embel-embel syariah atau karena melihat nama besar yang dicatut si penjual,” tandas Rakhmi.

Ingat, emas itu barang berharga mahal. Skema cicilan tidak memberi peluang bagi Anda memegang emas fisik selama cicilan belum lunas. Pikirkan skenario terburuk: si penjual kabur atau bangkrut, bagaimana pertanggungjawaban mereka dan nasib emas Anda? Itu harus Anda pikirkan.

Maka itu, perlu Anda pastikan siapa otoritas pengawas si penjual. “Kalau bank, ya, Bank Indonesia, sedang yang lain siapa pengawasnya?” jelasnya.

Skema pembelian
Semakin sederhana skema pembelian, semakin kecil kemungkinan bodongnya. Mungkin itu salah satu rumus yang perlu Anda ingat. Anda tentu masih ingat kasus Golden Traders Indonesia tempo hari?

Harga emas GTI dibanderol jauh di atas pasar. Namun, banyak yang terjebak kerugian karena silau dengan iming-iming cashback bulanan yang sejatinya semu. Apalagi ketika tren harga emas berbalik turun, semakin merugilah para investor GTI tersebut.

Skema pembelian dengan cicilan juga perlu Anda cermati dengan teliti. “Apakah memang cicilan murni atau beli gadai? Anda harus paham akad atau kontrak skemanya seperti apa,” tegas Rakhmi.

Risiko apa saja yang Anda hadapi dengan mengambil skema cicilan emas, juga harus jelas. Misal, risiko penalti ketika Anda telat mencicil, atau saat terpaksa berhenti mencicil akibat ketiadaan dana. Berapa dendanya? Bagaimana jika di tengah kontrak Anda ingin melunasi cicilan lebih cepat, apakah akan dikenakan penalti?

Harga kompetitif
Pilihan skema cicilan emas begitu beragam di pasar. Jika memang tertarik, jangan malas meluangkan waktu untuk meriset dan membandingkan mana skema yang paling menguntungkan Anda.

Tapi, bandingkan bunga cicilan yang harus Anda bayar, berapa biaya administrasi yang dibebankan penjual, lalu bagaimana fasilitas penjualan kembali di tempat penjual. Tawaran harga buyback yang menarik bisa menjadi nilai lebih.
Selamat berburu emas!     o

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah
Terbaru