Konsumtif asal menabung

Selasa, 25 Oktober 2011 | 11:00 WIB   Reporter: Prita H. Ghozie, Perencana Keuangan ZAP Finance
Konsumtif asal menabung

ILUSTRASI. Ada beasiswa S2 ke Jepang dari Ajinomoto Indonesia, simak persyaratannya.


Berapa orang di antara Anda yang pernah atau masih memiliki utang yang sifatnya konsumtif? Betul, saya berbicara tentang cicilan telepon genggam, cicilan barang-barang elektronik, bahkan cicilan liburan.

Jika melihat nilai cicilan setiap bulan, mungkin terasa ringan. Namun, saat Anda sudah terbiasa mencicil dan mulai menghitung total cicilan yang harus dibayarkan setiap bulan, di situlah jantung mulai berdetak lebih cepat. Anda patut hati-hati, karena banyak ekonom yang memprediksi gelembung kredit konsumtif dapat memicu krisis finansial berikutnya. Apa sebabnya dan bagaimana mengatasinya?

Ayah saya, seorang ahli keuangan, kerap mengatakan: ”Not having savings is a major reason people get into debt.” Betul juga! Kalau uangnya sudah ada, buat apa kita repot-repot mencicil bukan? Kalau begitu, solusi supaya tidak berutang konsumtif adalah mempunyai tabungan. Namun, mengapa hal ini sulit dilakukan?

Menabung merupakan kegiatan menyisihkan sebagian dari pendapatan kita hari ini untuk dipergunakan di masa yang akan datang. Kemampuan menabung merupakan satu dari 10 keahlian tentang uang yang harus dimiliki semua orang.

Kita sering berpikir tabungan adalah sesuatu yang tidak boleh disentuh sama sekali. Sebetulnya, proses menabung alias menyisihkan uang ini ada banyak jenisnya, yang disesuaikan dengan tujuan finansial kita.

Pertama, tabungan periodik. Uang yang ditabung ditujukan untuk pembelian tahunan seperti membeli gadget, tas bermerek, liburan keluarga, atau rencana lainnya.

Kedua, tabungan dana darurat. Uang ini ditujukan sebagai ban penyelamat saat Anda tidak memiliki penghasilan. Ketiga, tabungan investasi. Nah, yang terakhir ini adalah investasi yang ditujukan untuk membiayai beragam kebutuhan di atas lima tahun lagi.

Tabungan periodik adalah jenis tabungan yang wajib Anda miliki jika ingin terlepas dari jeratan utang konsumtif. Bahkan, meski Anda mempunyai banyak aset investasi ataupun memiliki bisnis sendiri, saya pastikan posisi aset Anda bakal terancam jika tidak mempunyai tabungan periodik.

Untuk itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah, tentukan terlebih dahulu barang yang mau dibeli atau tujuan Anda menabung. Misalnya, mau liburan ke Bali pada bulan Juni 2012 dengan bujet sebesar Rp 10 juta. Nah, dari sekarang hingga masa itu tiba, Anda masih mempunyai waktu sembilan bulan untuk menyisihkan sebagian dari gaji bulanan untuk mencapai tujuan tersebut.

Anda dapat membuka satu rekening khusus, sebutlah “Happy Bali Account” dan masukkan uang minimal Rp 1 juta per bulan. Nanti, saat waktu liburan tiba, Anda tinggal mengambil uang itu dan dipindahkan ke tabungan operasional. Jadi Anda tidak perlu lagi mencicil atau berutang.

Penting untuk diingat, tabungan periodik memang ditujukan untuk diambil saat jangka waktunya berakhir dan Anda tidak perlu merasa bersalah saat mencairkan uangnya. Alih-alih Anda membayar bunga cicilan setelah melakukan pembelian, Anda malah mendapatkan bagi hasil di awalnya.

Jenis produk keuangan untuk tabungan periodik harus cukup likuid dan mudah diambil saat jatuh tempo tujuan finansial. Apabila tujuan finansialnya hanya beberapa bulan, paling cocok adalah membuka tabungan berjangka.

Jika jangkanya antara 1 tahun hingga 3 tahun, Anda bisa menggunakan tabungan berjangka atau reksadana pasar uang. Untuk jangka waktu antara tiga tahun hingga lima tahun, boleh memakai reksadana pendapatan tetap dan logam mulia.

Khusus untuk orang yang penghasilannya naik-turun, misalnya sebagai freelancer, pebisnis, dokter, atau pekerjaan yang tidak bergaji tetap setiap bulan, tetap bisa mempunyai tabungan periodik. Tabungan ini juga bisa dibangun dengan langsung menyisihkan uang dalam jumlah lump sum ke produk keuangannya. Jadi, Anda tidak menyetorkan duit ke tabungan per bulan.

Nah, untuk dana lump sum, sangat cocok menggunakan instrumen keuangan seperti deposito, obligasi ritel Indonesia (ORI) atau logam mulia saat uangnya tersedia. Tapi ingat, Anda harus memastikan jatuh tempo dari produk keuangan yang dipilih itu memang cocok dengan target waktu pembelian atau tujuannya.

Memang, perlu menumbuhkan budaya menabung untuk memulai segalanya. Untung saja sejak kecil saya seperti mendapat doktrin dari orangtua bahwa berutang itu memiliki konsekuensi terpenjara secara emosional.

Manajemen utang yang berantakan, lambat laun pasti akan mengganggu kehidupan pribadi Anda. Memiliki kehidupan yang bebas utang merupakan mimpi setiap orang. Yet, there’s no magic in financial planning.

Yuk, bangun dari mimpi dan mulai mengubah cara kita mengelola uang! Live a beautiful life!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini

Terbaru