JAKARTA. Minat masyarakat Indonesia terhadap investasi terlihat semakin tinggi seiring pertumbuhan kelas menengah baru di negeri ini. Situasi ini ditangkap sebagai peluang bagi industri jasa keuangan. Perusahaan manajer investasi, yang semula lebih banyak berkecimpung menjajakan produk investasi, kini mulai merambah pasar layanan sistem investasi.
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, salah satunya. Manajer investasi asal Kanada itu meluncurkan produk Manulife Investment Plan (MiPlan). "Ini adalah program investasi berkala melalui reksadana Manulife sesuai tujuan investasi," ujar Putut E. Andanawarih, Director of Business Development Manulife Aset Manajemen Indonesia.
Investor MiPlan bisa membuka rekening investasi sekaligus untuk beberapa tujuan keuangan, seperti dana pendidikan, dana pensiun, pernikahan, modal usaha, juga properti. Nah, untuk mencapai tujuan investasi, investor MiPlan diarahkan untuk menjalankan dua tahap rencana investasi sebelum menggunakan dana investasi sesuai tujuan.
Tahap pertama, akumulasi aset melalui investasi di produk berimbal hasil dan berisiko tinggi seperti reksadana campuran. Lalu, tahap berikutnya adalah tahap preservasi. Pada tahap ini, dana investasi yang telah terakumulasi dialihkan ke instrumen berisiko lebih rendah agar nilainya stabil, seperti reksadana pendapatan tetap.
Mengutip contoh di brosur MiPlan, untuk dana pendidikan anak lima tahun lagi, bulan pertama hingga bulan ke-11 dana investor diinvestasikan ke reksadana campuran. Mulai bulan ke-11 hingga ke-61, dana investasi ditempatkan di produk reksadana pendapatan tetap. Anda bisa berinvestasi mulai dari Rp 100.000 per bulan dengan sistem autodebit. "Calon investor hanya perlu menentukan tujuan dan jangka waktu investasi, serta cicilan investasi bulanan. Tidak ada biaya konsultasi," jelas Putut.
Sejatinya, beberapa bank yang menyediakan beragam produk reksadana, biasanya juga mempunyai fitur berinvestasi autodebit bulanan. Pilihan produknya juga jauh lebih beragam. Lantas, menarikkah memanfaatkan produk layanan rencana investasi seperti itu? Lebih efektif mana dengan menyewa jasa perencana keuangan ataupun menyusun rencana keuangan sendiri?
Nanti dulu. Sebelum bicara invetasi, Anda harus memeriksa kondisi keuangan dahulu. Pertama-tama, Anda kudu melihat kondisi kocek Anda. Jika kantong masih kerap bolong di tengah bulan, tentu bukan langkah sehat memaksakan diri berinvestasi kendati hanya dalam nominal yang kecil. "Produk dan tools yang ada di pasar lebih menekankan pada investasi, padahal untuk sampai ke sana ada tahapannya," ujar Diana Sandjaja, perencana keuangan MRE Financial.
Sebelum berinvestasi, Anda harus memastikan kondisi arus kas positif, ada dana darurat dan proteksi. Sebelum tahapan-tahapan itu terpenuhi, berinvestasi bukanlah langkah bijak untuk Anda ambil. Dengan kata lain, bereskan dahulu kesehatan kantong, setelah itu baru susun rencana investasi Anda.
Hal lain, berinvestasi membutuhkan kejelian tersendiri agar kita terhindar dari kerugian besar. Memang tawaran sistem investasi dari manajer investasi maupun agen penjual menawarkan manfaat tersendiri. Sistem itu bisa menjadi solusi praktis buat Anda yang tak mau repot membuat hitung-hitungan rencana investasi sendiri. Sistem investasi dan autodebet juga memaksa kita untuk disiplin menyisihkan dana untuk berinvestasi.
Tanggung jawab Anda sepenuhnya
Namun, ingat, duit Anda adalah tanggung jawab Anda sepenuhnya. Dus, dalam memilih produk atau layanan sistem investasi, pastikan Anda tak lupa menimbang kredibilitas dan independensi sebuah jasa. "Konsultan berlatar belakang perusahaan investasi sangat rentan dengan konflik kepentingan," kata Budi Raharjo, perencana keuangan One Consulting.
Untuk MiPlan sebagai contoh, karena dibesut perusahaan aset manajemen, wajar jika produk yang ditawarkan pun sebatas produk MI itu sendiri. Sedang jika Anda memanfaatkan jasa perencana keuangan independen, rekomendasi produknya akan lebih beragam.
Begitu pula bila menyusun perencanaan sendiri, Anda juga bisa leluasa memilih produk yang mendukung berdasarkan keunggulan kinerja. Informasi tentang kinerja produk investasi saat ini sangat mudah diakses di media massa.
Dalam perencanaan keuangan yang baik, pada akhirnya, seorang investor akan dituntut untuk mampu belajar sendiri mengenali karakter dan produk investasi yang ada. Ujungnya, ia tidak melulu bergantung pada jasa konsultan profesional maupun aplikasi-aplikasi. "Jika Anda sudah cukup mempelajari perencanaan keuangan lewat kursus atau artikel, tentu saja akan lebih ekonomis jika Anda mampu menyusun rencana keuangan sendiri," imbuh Diana.
Cuma, jika merencanakan sendiri, Anda harus harus mau repot. Selain repot belajar, Anda juga kudu disiplin dalam melaksanakannya. Siap?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News