PENSIUN DINI - Salah satu strategi perusahaan paling kepepet saat perlu melakukan efisiensi adalah menawarkan program pensiun dini bagi karyawan dengan kriteria tertentu.
Tentu perusahaan sudah cermat menghitung pola dan sistem pensiun dini agar menarik di mata karyawan. Harapannya karyawan senior yang cenderung bergaji lebih tinggi tertarik pensiun lebih dini sehingga secara jangka panjang perusahaan bisa menghemat biaya gaji karyawan.
Namun, dari sisi karyawan, apakah tawaran pensiun dini yang mungkin menawarkan pesangon menggiurkan patut dipertimbangkan atau diikuti?
Sebelum mengambil keputusan penting ini, jika kebetulan Anda termasuk karyawan yang mendapat tawaran pensiun dini, sebaiknya telaah dan perhitungkan cermat saran-saran dari perencana keuangan berikut.
Menurut Prita Hapsari Ghozie, perencana keuangan dari ZAP Finance, ada tiga hal yang harus Anda hitung.
Pertama, Anda harus menghitung pemenuhan hak pesangon yang seharusnya diterima. Kedua, Anda juga kudu menghitung saldo Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dan tata cara pengalihannya ke program anuitas. Ketiga, jangan lupa pula Anda menghitung saldo program BPJS Ketenagakerjaan.
Selain itu, seorang karyawan yang ditawari pensiun dini perlu mempertimbangkan prospek setelah pensiun. Apakah akan bekerja lagi di perusahaan lain, apakah Anda akan memulai usaha, atau total istirahat dari produktivitas?
Ketiga pilihan tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi finansial ke depan dan risiko yang melekat dengan masing-masing pilihan tersebut.
Eko Endarto, perencana keuangan dari Financia Consulting, berpendapat, seorang karyawan yang hendak mengambil pensiun dini perlu persiapan fisik dan mental. Pensiun adalah sebuah kepastian, yang membedakan pensiun dini dan pensiun reguler hanya cara dan waktunya.
“Itu terpenting, mereka harus menyiapkan mental dan fisiknya bukan sebagai pegawai, tetapi sebagai freelancer,” imbuh Eko.
Syarat mutlak: cukup untuk melunasi utang besar
Program pensiun dini biasanya ditawarkan perusahaan dengan kriteria dan persyaratan tertentu, terutama masa kerja. Maklum program pensiun dini dimaksudkan untuk mempercepat karyawan pensiun sebelum usia pensiun normal tiba.
Artinya usia peserta program pensiun dini akan menerpa karyawan yang berusia 40 tahun hingga 50 tahun. Dengan kata lain, pada usia seperti ini tentu Anda harus memiliki relasi kuat jika hendak mencari pekerjaan di perusahaan lain.
Nah, sebelum berhitung lebih jauh, ada satu pedoman yang bisa Anda pegang.
Jika Anda telah menghitung bahwa uang pensiun dan uang pesangon ternyata tidak cukup untuk melunasi utang besar dan belum cukup untuk membiayai hidup hingga 5 tahun ke depan tanpa bekerja aktif, sebaiknya jangan mengikuti program pensiun dini.
Utang besar dalam hal ini misalnya kredit pemilikan rumah/apartemen, kredit pembelian mobil, dan semacamnya.
Jika perusahaan tempat Anda bekerja mengikutsertakan Anda dalam program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), Anda harus paham dan mengerti teknis tata cara pencairan DPLK. Ada pula perusahaan yang memberikan subsidi bagi karyawan dalam membayar iuran DPLK.
Nah, biasanya, besaran pesangon iuran DPLK yang disubsidi oleh perusahaan ini menjadi pengurang uang pesangon.
Jika tidak lagi membayar cicilan KPR atau atau kredit pembelian mobil saat program pensiun dini ditawarkan, Anda bisa lebih leluasa mempersiapkan dana darurat saat belum memperoleh pekerjaan baru atau usaha yang Anda rintis belum memberikan hasil.
Besaran dana darurat bagi Anda yang masih lajang adalah 6 kali pengeluaran bulanan. Adapun bagi Anda yang sudah berkeluarga adalah 12 kali pengeluaran bulanan.
Coba, cek apakah dana darurat yang Anda siapkan sudah mencapai angka tersebut? Jika belum, berarti Anda harus menyisihkan dari uang pesangon.
Mengapa dana darurat menjadi perhatian penting?
Rentang waktu penawaran program pensiun dini terkadang relatif singkat, sehingga Anda belum tentu sudah mendapatkan pekerjaan baru saat memutuskan mengikuti program pensiun dini. Nah, pada masa ini dana darurat bisa dipakai untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari.
Jangan sampai salah alokasi uang pesangon
Baiklah, taruh kata perhitungan sudah mantap untuk menerima program pensiun dini. Anda tetap harus cerdas mengatur skala prioritas untuk kebutuhan jangka pendek hingga panjang.
Ada empat skala prioritas yang disarankan Prita. Pertama, pelunasan utang konsumtif, upayakan 100% Anda melunasi seluruh utang konsumtif, seperti kartu kredit atau kredit tanpa agunan.
Kedua, pemenuhan dana darurat minimal 12 kali pengeluaran rutin bulanan. Ketiga, dana pendidikan anak hingga lulus kuliah.
Keempat, dana untuk masa pensiun bisa diinvestasikan pada instrumen jangka menengah hingga panjang.
“Uang pesangon harus dibagi sebagian ke tabungan dan deposito untuk jangka pendek dan produk investasi untuk jangka menengah dan panjang,” jelas Eko.
Pertimbangan yang sering mendasari orang memilih pensiun dini adalah lebih ingin menikmati hidup dengan mengerjakan sesuatu yang disukai, tetapi tetap menghasilkan uang.
Jika Anda memiliki hobi yang potensial Anda kembangkan menjadi sebuah bisnis, patut dicoba dalam situasi seperti ini.
Berbekal relasi yang telah Anda jalin selama puluhan tahun berkarir tentu juga bisa menjadi potensial pasar bagi usaha Anda. Namun ketika berpindah kuadran dari pegawai menjadi pengusaha, tentu Anda juga perlu mengubah pola pikir bahwa Anda menjadi bos bagi diri sendiri. Perlu disiplin dan komitmen.
Satu hal penting lain yang harus Anda perhatikan benar saat menerima uang pesangon adalah tepat mengalokasikan dana baik dari sisi jumlah, kegunaan, dan waktunya.
Jika Anda ceroboh, beberapa risiko yang mengintai Anda. Ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, uang pesangon habis dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun.
Kedua, uang pesangon dipakai untuk bisnis yang bersifat spekulatif sehingga uang tidak kembali lagi. Ketiga, uang pesangon salah Anda tanamkan pada penipuan berkedok investasi.
Nah, bijaklah mengalokasikan dan menggunakan uang pesangon. Anda sudah siap dan berani pensiun dini?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News