Berhemat bahan bakar agar kocek tidak terbakar (1)

Jumat, 25 Maret 2011 | 18:16 WIB   Reporter: Dikky Setiawan
Berhemat bahan bakar agar kocek tidak terbakar (1)

CEO Mayapada Group, Dato Sri Tahir memberikan keterangan pers di kawasan Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (15/10/2018).


JAKARTA. Kenaikan harga BBM kerap menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Maklum, kenaikan harga BBM acap memantik lonjakan harga-harga kebutuhan pokok, juga harga di sektor pelayanan dan jasa. Kalau sudah begitu, daya beli (purchasing power) masyarakat pun melemah. Walhasil, kualitas hidup masyarakat semakin terpuruk.

Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan, menilai kenaikan harga BBM lazim berdampak pada semua sektor. Tak hanya transportasi tapi juga sandang, pangan, dan papan. Nah, kalau inflasi ini terus terjadi, ekonomi rumah tangga yang tak mendapatkan kenaikan penghasilan (sesuai dengan inflasi) akan terancam.

Apalagi jika rumah tangga mempunyai utang dengan bunga mengambang. Soalnya, kenaikan inflasi bisa memicu kenaikan suku bunga yang berarti memicu kenaikan pada pembayaran cicilan utang tiap bulannya. "Bisa dibayangkan, penghasilan tetap, tapi pengeluaran bertambah tidak hanya di biaya hidup, tapi juga di pos pembayaran utang," kata Rakhmi.

Masa penyesuaian

Lanjut Rakhmi, biasanya rumah tangga membutuhkan waktu minimal tiga bulan hingga empat bulan untuk menyesuaikan diri. Menjadi lebih hemat atau justru mengubah pos-pos pengeluaran, atau menambah penghasilan. Selama satu hingga dua bulan pertama kalangan rumah tangga akan merasakan dampak kenaikan harga BBM tadi. Lalu, satu hingga dua bulan berikutnya mereka mulai menyesuaikan diri.

"Jadi, jika dalam tiga sampai empat bulan pertama dampak kenaikan BBM masih terasa memberatkan, itu sangat wajar," imbuh Rakhmi.

Dia mengingatkan, pada masa-masa penyesuaian ini setiap rumahtangga jangan buru-buru menggunakan dana cadangan. Sebab, kemungkinan defisit di awal pemberlakuan kebijakan kenaikan BBM sangat besar. Jangan sampai hanya karena belum terbiasa, kemudian dana cadangan terpakai. Padahal, sebenarnya masih bisa berhemat.

Tapi, lanjut Rakhmi, bila sudah lewat masa 3-4 bulan, penyesuaian tetap tak bisa dilakukan (memang tak ada lagi pos-pos yang bisa dikurangi), solusinya adalah menambah penghasilan yang signifikan untuk menutupi defisit tadi.

Nah, bagaimana seharusnya masyarakat mengatur ekonomi rumahtangga di saat harga BBM naik? Berikut ini beberapa tip sederhana yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan:

1. Evaluasi anggaran rumahtangga

Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengevaluasi anggaran rumah tangga. Menurut Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory, evaluasi tersebut terdiri dari dua komponen: pengeluaran dan pemasukan.

Ingat, pertama-tama Anda harus mengevaluasi aspek pengeluaran rumahtangga. Aspek ini terbagi dalam dua kategori, yakni pengeluaran bersifat harian (daily) dan masa mendatang (future). Item pengeluaran harian biasanya terdiri dari biaya makanan, pakaian, transportasi, komunikasi, iuran listrik, dan gas. "Nah, mampukah penghasilan Anda memenuhi biaya kegiatan sehari-hari rumahtangga," kata Mike.

Sementara itu, tambah Mike, pengeluaran yang bersifat future terbagi dalam dua macam: terduga (predicted ) dan tidak terduga (unpredicted). Contoh dari pengeluaran terduga antara lain biaya memperpanjang surat tanda nomor kendaraan (STNK) mobil atau sepeda motor, biaya membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) rumah, dan biaya yang bersifat saving, seperti dana pendidikan serta dana pensiun.

Adapun pengeluaran yang tidak terduga biasanya menyangkut dana kesehatan atau kecelakaan. Semua komponen pengeluaran itu harus bisa Anda deteksi. Setelah itu, lakukan alokasi anggaran dengan cermat agar tidak menambah beban hidup Anda.

Mike mengakui, ketika biaya hidup naik, penghasilan seseorang biasanya juga akan naik. Masalahnya, penghasilan tersebut kerap tidak sesuai dengan biaya hidupnya. Oleh sebab itu, ketika harga kebutuhan pokok naik akibat lonjakan harga BBM, Anda dituntut meningkatkan penghasilan.

Ini bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas kemampuan di tempat bekerja, mendiversifikasi penghasilan, dan meningkatkan pendapatan bisnis bagi wiraswasta. "Jadi, situasi kegiatan yang menghasilkan pendapatan harus dievaluasi. Semua itu bertujuan mengimbangi anggaran pengeluaran," imbuh Mike. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini
Terbaru