JAKARTA. Setiap keluarga pasti menginginkan buah hatinya hidup bahagia. Tak ada satupun orangtua yang ingin sang anak kelak hidup telantar dan merana. Maka itu, banyak orangtua telah menyiapkan bekal untuk anak sejak dini. Bukan hanya pendidikan dan pengetahuan agama saja, melainkan juga bekal harta benda.
Freddy Pieloor, perencana keuangan dari Money & Love Financial Planning and Consulting, mengingatkan, setelah anak lahir, tanggungjawab orangtua memang kian besar. Tanggungjawab yang utama adalah membesarkan dan mendidik si anak. Jadi, menyiapkan bekal bagi anak sampai mereka mandiri memang sudah menjadi kewajiban orangtua. “Anak jangan dipandang sebagai investasi orangtua,” kata Freddy.
Bekal untuk anak ini bisa bermacam-macam. Yang paling utama, adalah bekal pendidikan. Anak harus dibekali pendidikan agar bisa menjadi manusia mandiri. Selain bekal pendidikan, tak ada salahnya, orangtua juga memberikan bekal lebih berupa aset atau harta. Sebab, semua orangtua pasti tak ingin anak mereka hidup terlunta-lunta. Dengan bekal harta benda ini, orangtua menjamin anak mereka bakal hidup tercukupi.
Namun, sebelum menyiapkan bekal harta-benda, menurut Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Bussines Advisory, orangtua harus memperhatikan kebutuhan pokok si anak terlebih dahulu. Kebutuhan pokok tersebut berupa kecukupan sandang, pangan, dan papan.
Kalau anak masih tinggal bersama orangtua, kebutuhan pokok itu mudah dipenuhi. Karena, pengeluaran untuk kebutuhan pokok anak ini bisa Anda masukkan dalam pos pengeluaran rutin bulanan. Yang perlu diperhatikan adalah bila anak Anda hidup terpisah. Misalnya, ia menempuh pendidikan di luar kota atau bahkan di luar negeri. Nah, kalau anak hidup terpisah, Anda harus menyiapkan pos pendanaan tersendiri. Mike menjelaskan, biaya kebutuhan pokok ini bisa digabungkan dengan biaya pendidikan anak.
Jadi, saat Anda merencanakan biaya pendidikan untuk anak, pos kebutuhan pokok si buah hati selama di rantau bisa Anda masukkan ke dalamnya. Berapa besarnya? Tergantung di mana sang anak berdomisili.
Jika kebutuhan pokok sudah aman, baru kemudian Anda bisa menyiapkan bekal harta benda untuk anak. Salah satu jenis harta yang biasa disiapkan adalah kendaraan. Harta ini memang bisa menunjang mobilitas anak dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Tapi, menurut Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting, pemberian kendaraan ini tidak wajib. Artinya, fasilitas itu baru perlu Anda berikan jika memang si anak membutuhkan. Misalnya, lokasi sekolah atau kuliah anak jauh dari tempat tinggal.
Anda juga bisa menyiapkan harta warisan sebagai bekal untuk putra-putri Anda kelak. Warisan ini umumnya diberikan pada anak setelah orangtua meninggal dunia. Namun, ada pula orangtua yang membagi harta warisan ketika mereka masih hidup. Warisan yang dapat Anda berikan bisa beragam. Bisa berupa dana tunai dalam bentuk tabungan atau dari uang pertanggungan asuransi. Warisan juga bisa berupa tanah, rumah, atau barang investasi seperti lukisan.
Harta lain yang kerap orangtua siapkan untuk anak mereka adalah biaya pernikahan. Eko menyarankan, kalau ingin membiayai pernikahan anak, sebaiknya Anda sebatas menyiapkan biaya resepsi pernikahan saja, bukan biaya hidup setelah mereka menikah. “Jadi, misalnya biaya sewa gedung, katering, dan suvenir,” katanya.
Anda juga bisa menyiapkan harta yang dibutuhkan anak saat dewasa nanti. Salah satunya berupa rumah. Agar tidak terlalu memanjakan anak, Anda bisa membagi tanggungjawab dengan si anak. Misalnya, Anda hanya memberikan uang muka untuk pembelian rumah saja. Sedangkan pelunasan bisa Anda bebankan ke anak. Namun, cara ini hanya bisa Anda terapkan apabila anak sudah memiliki pendapatan tetap.
Selain kendaraan dan rumah, bekal harta lain yang bisa Anda siapkan adalah modal usaha. Modal usaha akan memudahkan anak untuk memulai usahanya sendiri. Jadi, mereka nanti tinggal bertanggungjawab merintis dan mengembangkan bisnis saja.
Cara menyiapkan harta untuk anak Anda
Nah, setelah mengetahui harta apa saja yang bisa Anda siapkan untuk anak Anda, langkah selanjutnya adalah menyiapkan harta tersebut. Para perencana keuangan sepakat bahwa harta itu harus disiapkan sejak jauh-jauh hari.
Pertama kali yang harus Anda lakukan adalah menyediakan proteksi diri dengan program asuransi. Misalnya, asuransi jiwa. Dengan asuransi ini, jika terjadi risiko terburuk menimpa Anda, seperti meninggal dunia, uang pertanggungan akan menjamin kelangsungan hidup anak. “Jika Anda bisa memiliki lebih dari satu polis, maka itu lebih baik,” kata Eko.
Selain memproteksi diri, Anda juga harus menyisihkan sebagian pendapatan untuk pos harta anak ini. Anda harus membuka sebuah rekening yang terpisah dan rekening itu tidak boleh diganggu gugat.
Bentuk instrumen untuk membiakkan dana harta anak ini bisa disesuaikan dengan jangka waktu dana tersebut akan mulai dibutuhkan. Untuk kebutuhan jangka pendek antara satu hingga tiga tahun, Freddy menyarankan Anda menyimpan dana itu di tabungan atau deposito. Sebab, kedua produk simpanan bank tersebut gampang dicairkan alias likuid.
Kalau ternyata kebutuhan itu tidak jadi dicairkan dan nilainya sudah cukup besar, Anda bisa memindahkannya ke instrumen investasi lain seperti logam mulia seperti emas.
Selanjutnya, untuk kebutuhan antara tiga tahun hingga enam tahun ke depan, Anda sebaiknya menempatkan dana pada instrumen reksadana tetap atau reksadana campuran. Instrumen jenis ini memberikan keuntungan lebih tinggi ketimbang tabungan atau deposito. Selain itu, risiko investasi tersebut juga tidak terlalu besar.
Sementara, untuk mencukupi kebutuhan dana jangka panjang di atas tujuh tahun, Anda bisa menempatkan dana pada reksadana saham atau langsung investasi ke bursa saham. Tapi, ingat, kalau memasukkan dana ke saham, motif Anda adalah investasi, bukan mencari untung. Jadi, alangkah lebih baik bila Anda memilih saham-saham yang berpotensi memberikan keuntungan besar dalam jangka panjang.
Untuk keperluan jangka panjang lainnya, Anda bisa juga memilih bentuk investasi properti yang nilainya akan terus meningkat. Tapi, yang perlu diingat, Eko memaparkan, Anda harus menentukan dulu harta apa yang akan Anda siapkan bagi si buah hati dan kapan waktu mewujudkan. Nah, nilai dana rutin yang Anda investasikan secara rutin tinggal menyesuaikan saja.
Eko juga mengingatkan, sebaiknya, Anda tak terlampau berlebihan menyiapkan harta buat si anak. Sebab, bisa-bisa malah berdampak negatif bagi mereka. “Ingat, tujuannya menciptakan pribadi tangguh. Jadi, jangan jadikan anak manja karena fasilitas sudah dipenuhi orangtua semua,” imbuhnya.
Utamakan biaya pendidikan
Sebelum menyiapkan harta untuk anak-anak, Anda harus menyiapkan biaya pendidikan buat mereka terlebih dahulu. Biaya pendidikan ini sangat penting masuk dalam perhitungan Anda, karena semakin lama pasti akan semakin mahal. Jadi, jika tak direncanakan dengan matang, Anda bakal kerepotan sendiri.
Mike bilang, selama ini, banyak orang salah menyiapkan biaya pendidikan. Mereka hanya menyiapkan uang pangkal saja. Padahal, ada biaya lain, seperti pembelian buku, uang kegiatan, dan kebutuhan lain. “Hitung juga biaya pendidikan di luar sekolah seperti untuk kursus,“ katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengikuti program asuransi pendidikan. Fungsi asuransi pendidikan adalah agar Anda dapat memastikan biaya tersedia pada saat dibutuhkan. Anda juga lebih tenang, karena asuransi pendidikan umumnya sudah dilengkapi proteksi asuransi jiwa. Jadi, jika Anda meninggal, anak tetap akan mendapatkan dana pendidikan sesuai rencana awal.
Selain asuransi pendidikan, Anda juga bisa memilih tabungan pendidikan. Dengan produk ini, Anda bisa mengumpulkan dana rutin tanpa bisa diutak-atik. Jika dirasa perlu Anda juga bisa melakukan investasi dalam bentuk lain. Misalnya dengan membeli reksadana, unitlink, atau saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News