Agar bisa menggelar pesta pernikahan nan cetar

Senin, 09 Januari 2017 | 15:33 WIB   Reporter: Francisca Bertha Vistika
Agar bisa menggelar pesta pernikahan nan cetar


Tanggal 7 Januari 2017 jadi salah satu hari yang paling membahagiakan buat Yuda Wibawa. Hari Sabtu pertama di tahun 2017 itu, pria 55 tahun ini menggelar pesta pernikahan putrinya di Great Western Resort Hotel, Tangerang.

Biayanya? Jelas enggak sedikit, meski Yuda tak mau mengungkap angka persisnya. Itu sebabnya, "Jauh-jauh hari istri saya sudah nyelengin untuk pernikahan anak saya," ungkap karyawan swasta ini.

Yuda dan sang istri sadar betul, memiliki anak perempuan berarti kelak mereka bakal punya gawe besar: resepsi pernikahan buah hatinya. Tapi, ia tak mematok berapa besar dana yang harus disisihkan saban bulan.

Pesta pernikahan sederhana pun, anggarannya tidak kecil. Apalagi, bagi mereka yang punya posisi penting di kantornya atau relasi penting, biasanya resepsinya disesuaikan juga dengan itu, ujar Yuda.

Namun, Yuda memastikan, dirinya tak sampai meminjam uang ke sanak saudara terlebih bank untuk membiayai pernikahan putrinya. Menurutnya, jika anggarannya terbatas, lebih baik menyelenggarakan pesta sesuai kemampuan saja.

Meski begitu, Yuda tidak menutup pintu bantuan dari calon menantu maupun besan untuk tambahan biaya pernikahan. Kalau mereka memberi bantuan yang lumayan besar, ya, mana mungkin saya membuat pernikahannya terlalu sederhana.

"Tapi, berapa besar bantuan itu, saya tak ambil pusing karena biaya pernikahan tanggungjawab saya," tegasnya.

Ya, walaupun biaya pesta pernikahan kebanyakan menjadi tanggungjawab keluarga mempelai wanita, keluarga pengantin pria seringkali ikut urunan, sekalipun tidak ada kewajiban bagi keluarga mempelai pria untuk membantu biaya pernikahan tersebut.

Makanya, Leli Nilam Sari dan sang suami tetap menyiapkan dana untuk biaya pernikahan putranya. Jaksa yang bertugas di Bandung ini memiliki tabungan dalam bentuk tanah.

Ketika anak sulungnya menyampaikan keinginan untuk menikahi wanita pujaannya, ia pun langsung menjual tanah tersebut. 

Lantas Leli memberi dana sekitar Rp 150 juta ke calon besan untuk membantu biaya pernikahan anaknya yang digelar November 2016 lalu di Bale Pare, Kota Baru Parahyangan, dengan konsep pesta kebun. "Besan tidak minta, tetapi kami tetap bantu sebisa kami," ujar perempuan 54 tahun ini.

Lantaran juga punya anak perempuan, Leli juga telah menyiapkan biaya pernikahan untuk putri bungsunya jauh-jauh hari. Sebagian berasal dari hasil menjual tanah yang kini dia taruh di deposito bank.

Secara serius

Bagi sebagian orang, menggelar pesta pernikahan adalah sebuah keharusan. Jangan heran, tidak sedikit orang yang bela-belain ngutang sana-sini demi bisa mengadakan resepsi pernikahan besar-besaran.

Maklum, menikahkan anak dengan menyelenggarakan pesta apalagi di gedung atau hotel juga merupakan suatu kebanggaan tersendiri, sekaligus menunjukkan simbol status sosial. Budaya pesta pernikahan pun sudah jadi simbol kehidupan di negeri ini.

Jelas, biaya mengadakan pesta pernikahan di gedung atau hotel tidak murah. Terlebih, tamu yang diundang lebih dari 500 orang. Uang Rp 150 juta enggak bakal cukup.

Contoh, weddingku.com, vendor pernikahan, membuka harga untuk Chifon Wedding Package di Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk, Jakarta, sebesar Rp 158,75 juta. Dan, harga ini hanya untuk 400 undangan.

Ingat, itu juga belum termasuk suvenir, undangan, pakaian pengantin, dokumentasi, serta tetek bengek pernikahan lainnya.

Alhasil, bukan cuma dana pendidikan anak yang mesti orangtua siapkan sejak dini, juga biaya pernikahan buah hati. Apalagi, Budi Raharjo, Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning, bilang, jika pernikahan menggunakan acara adat.

"Tentu, biayanya semakin membesar. Memang sebaiknya dipersiapkan jauh-jauh hari dan secara serius," imbuhnya.

Dalam menikahkan anak, menurut Budi, pengumpulan dana untuk menutup biaya membutuhkan waktu setidaknya lima tahun hingga delapan tahun. Ini berarti, persiapan biaya pernikahan anak menjadi tujuan keuangan jangka menengah panjang.

Soal berapa persen dana yang harus disisihkan dari penghasilan bulanan, Budi bilang, semua tergantung jangka waktu persiapan biaya pernikahan dan penempatan atau pilihan investasinya. Jika temponya 5 tahun-8 tahun, maka dana yang mesti disisihkan per bulan sekitar 5% dari pendapatan.

Untuk pilihan instrumen investasinya, Budi menyarankan, tabungan berjangka, deposito, obligasi, reksadana pasar uang atau pendapatan tetap. Soalnya, biaya pernikahan menuntut kepastian dana.

Tapi, sebagian kecil bisa ditempatkan di reksadana saham selama waktu pelaksanaan pernikahan masih lama. "Cuma, jika tinggal tiga tahun lagi, sebaiknya penempatan pada reksadana saham dihindari untuk menghindari risiko volatilitas," pesannya.

Jangan ngutang

Hanya, menurut Freddy Pieloor, Perencana Keuangan MoneynLove Planning and Consulting, dana pernikahan sebaiknya juga menjadi tanggungjawab anak yang akan menikah. Ini terutama berlaku bagi anak yang orangtuanya yang tidak sepenuhnya mampu membiayai pernikahan si buah hati.

"Konsep pernikahannya dikomunikasikan anak dan orangtua, lalu orangtua membantu sesuai kemampuan," kata dia.

Ada baiknya anak sudah mempersiapkan dana pernikahannya jauh-jauh hari. Misalnya, punya target menikah umur 30 tahun dan sekarang usianya 23 tahun.

Meski belum ada calon pendamping, si anak sudah mulai menabung dari sekarang. "Reksadana saham cocok untuk waktu tujuh tahun. Kalau masih bujangan, bisa menyisihkan 50% gaji mereka untuk biaya pernikahan," ucap Freddy.

Cuma memang, tidak menutup kemungkinan hasil tabungan dan investasi masih belum menutup semua biaya pernikahan. Namun, baik Budi dan Freddy mewanti-wanti, jika tidak memaksa sekali sebaiknya jangan berutang ke bank.

Sebagian orang kadang nekad meminjam uang ke bank atau sanak saudara untuk menutup kekurangan biaya pernikahan. Kemudian, mereka mengharapkan amplop atau angpao dari tamu undangan yang datang untuk membayar utang.

Budi mengingatkan, untuk tidak bergantung dengan pendapatan dari pemberian tamu. Belum tentu pendapatan dari amplop atau angpao sesuai perkiraan dan jumlah tamu yang hadir sesuai harapan kehadiran.

Jadi sebaiknya, pendapatan dari amplop atau angpao juga dihindari. "Jadikan amplop atau angpao pernikahan sebagai bonus yang tidak bisa diperkirakan jumlahnya," ujarnya.

Jadi, persiapkan betul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru