Menikmati pensiun masih jadi sekadar mimpi

Senin, 01 Februari 2016 | 19:00 WIB   Reporter: Herry Prasetyo
Menikmati pensiun masih jadi sekadar mimpi


Pensiun tetap menjadi mimpi yang tidak terjangkau bagi kebanyakan orang. Meski banyak orang ingin segera pensiun, tidak sedikit orang yang tidak mampu mewujudkan mimpi tersebut lantaran berbagai persoalan seperti kurangnya tabungan maupun beban utang dan tanggungan keuangan yang besar.

Pertengahan pekan lalu, HSBC merilis laporan bertajuk Future of Retirement Healthy new beginnings. Laporan ini merupakan hasil survei terhadap lebih dari 18.000 orang di 17 negara di seluruh dunia ini, termasuk Indonesia. Penelitian ini digelar secara online oleh Ipsos MORI pada September dan Oktober 2015 lalu. HSBC telah menggelar penilitian mengenai masa depan pensiun sejak 2005 silam dengan melibatkan lebih dari 159.000 responden di seluruh dunia.

Hasil survei terbaru mengungkapkan, sebanyak 65% dari orang berusia 45 tahun atau lebih memimpikan bisa menikmati pensiun dalam lima tahun mendatang. Namun, sebanyak 37% dari kelompok tersebut mengaku tidak bisa mewujudkan mimpi mereka, terutama karena mereka masih harus berjuang secara finansial.

Lantaran tekanan keuangan yang sangat besar, sebanyak 18% dari mereka yang tergolong kelompok pra-pensiunan di seluruh dunia memperkirakan tidak akan pernah bisa pensiun sepenuhnya. Ini hampir dua kali lipat dari hasil survei tahun lalu sebesar 10%.

Keinginan terbesar untuk pensiun terjadi di Argentina. Di negara tersebut, sebanyak 78% pekerja berusia 45 tahun ke atas menginginkan pensiun. Sedangkan di China sebanyak 75%, Prancis sebanyak 77%, dan Inggris sebanyak 75%. Di Indonesia, hanya 58% responden yang bermimpi ingin pensiun.

Hasil survei HSBC juga mengungkapkan, sebanyak 55% dari pekerja berusia 45 tahun ke atas ingin pensiun dalam lima tahun ke depan agar memiliki kebebasan untuk bepergian atau mengejar kepentingan lain. Sebanyak 44% responden ingin segera pensiun agar bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga. Sedangkan sebanyak 29% responden ingin pensiun lantaran bosan dengan rutinitas kerja sehar-hari. Sisanya, sebanyak 23% mengaku ingin pensiun lantaran pekerjaan telah berdampak negatif terhadap kesehatan mental maupun fisik mereka.

Sebanyak 81% pekerja di atas usia 45 tahun yang memiliki pasangan yang telah pensiun ingin segera pensiun dalam lima tahun ke depan. Sebanyak 39% di antara mereka ingin pensiun agar bisa bergabung dengan pasangannya di masa pensiun.

Ada berbagai hambatan untuk mewujudkan mimpi pension. Sebanyak 64% pekerja berusia 45 tahun ke atas yang ingin pensiun namun tidak mampu mengatakan beralasan tidak memiliki cukup tabungan. Sebanyak 32% mengatakan masih memiliki tanggungan yang mengandalkan penghasilan mereka. Sedangkan sebanyak 24% mengatakan tidak bisa pensiun karena memiliki banyak utang.

Charlie Nunn, Group Head of Wealth Management HSBC, mengatakan, orang di seluruh dunia menganggap masa pensiun bisa menjadi peluang untuk menciptakan babak baru. Namun, hambatan keuangan mencegah banyak orang untuk bisa pensiun sesuai yang mereka inginkan. "Hampir satu dari lima orang khawatir tidak akan pernah bisa pensiun sepenuhnya sehingga kebutuhan akan perencanaan keuangan lebih kuat dari sebelumnya," ujar Nunn.

Menurut Nunn, orang harus mempertimbangkan aspirasi ini ketika merencankan pensiun dan memastikan mereka membikik ketentuan keuangan yang cukup untuk menghidupi babak baru dalam hidup mereka. Bahkan, jumlah uang yang kecil dalam tabungan mereka saat ini bisa menjadi dasar untuk masa pensiun yang nyaman esok hari dan menempatkan mimpi pensiun dalam jangkauan.

Laporan HSBC mengidentifikasi empat langkah praktis untuk membantu orang mempersiapkan pensiun.

1. Mulai menabung sebelumnya. Anda bisa meningkatkan kesempatan untuk pensiun ketika Anda ingin memulai menabung sedini mungkin.

2. Rencanakan pensiun dalam jangka panjang. Pastikan Anda memiliki rencana keuangan di tempat yang Anda inginkan untuk membuat babak baru dalam hidup Anda.

3. Buat tujuan untuk pensiun dalam keadaan sehat. Jangan menunggu sampai berhenti bekerja untuk memulai meningkatkan kesehatan Anda.

4. Pertimbangkan bagaimana kebutuhan kesehatan Anda bisa jadi berubah saat Anda pensiun. Pastikan kebutuhan kesehatan potensial termasuk dalam perencanaan keuangan Anda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: A.Herry Prasetyo

Berita Terkait


Terbaru