KONTAN.CO.ID - Dalam dunia investasi, banyak orang beranggapan bahwa saham murah adalah peluang emas. Namun, Warren Buffett, investor legendaris sekaligus CEO Berkshire Hathaway, justru melihatnya secara berbeda.
Mengutip dari Investopedia, Buffett menegaskan bahwa harga saham yang rendah bukan jaminan keuntungan. Sebaliknya, saham berharga murah sering kali menjadi sinyal bahwa ada masalah mendasar dalam bisnis perusahaan tersebut.
Baca Juga: BI Bakal Luncurkan Program Inovasi Industri Anak Muda, Dorong Kewirausahaan Syariah
Menurutnya, kesalahan terbesar investor adalah menganggap saham yang turun harga otomatis menjadi lebih “aman” atau “menarik.” Padahal, dalam banyak kasus, penurunan harga justru mencerminkan meningkatnya risiko kerugian permanen.
Risiko Bukan Sekadar Fluktuasi Harga
Buffett menolak pandangan umum di dunia keuangan yang mengukur risiko hanya dari volatilitas harga. Dalam teori akademik, volatilitas sering digunakan untuk menilai seberapa berisiko sebuah saham, namun menurut Buffett, ukuran tersebut menyesatkan.
Ia menegaskan bahwa risiko sejati adalah kemungkinan kehilangan nilai secara permanen, bukan sekadar naik turunnya harga di pasar.
“Risk is not the possibility of price fluctuations — it’s the possibility of permanent loss.”
Artinya, fluktuasi jangka pendek tidak masalah selama bisnis perusahaan tetap sehat. Namun, jika penurunan harga terjadi karena melemahnya kinerja perusahaan, di situlah risiko sebenarnya muncul.
Harga Murah Belum Tentu Bernilai
Buffett dikenal dengan prinsip terkenalnya: “Price is what you pay; value is what you get.”
Harga saham hanyalah angka yang dibayar investor, sementara nilai sejati terletak pada fundamental perusahaan, mulai dari arus kas, kekuatan kompetitif, hingga kualitas manajemen.
Saham bisa saja murah dari sisi harga, tetapi bila bisnisnya tidak memiliki prospek jangka panjang, maka harga rendah itu tidak berarti apa-apa. Buffett mengingatkan, harga diskon hanya menguntungkan bila nilai bisnis tetap kuat. Jika tidak, saham murah justru bisa berubah menjadi perangkap berisiko tinggi.
Tiga Alasan Saham Murah Bisa Berbahaya
Buffett menyoroti tiga kondisi utama yang membuat saham berharga rendah berpotensi sangat berisiko:
- Masalah keuangan serius
Penurunan harga sering kali menjadi tanda bahwa perusahaan sedang berjuang menghadapi utang tinggi atau penurunan pendapatan. Ketika fundamental melemah, peluang pemulihan menjadi kecil.
- Likuiditas rendah
Saham murah umumnya kurang diminati investor, sehingga sulit dijual kembali. Spread harga beli dan jual bisa melebar, membuat investor kehilangan nilai lebih banyak saat menjual.
- Spiral kepercayaan negatif
Ketika harga terus menurun, kepercayaan pasar juga ikut hilang. Kondisi ini memicu lebih banyak penjualan dan memperparah kejatuhan harga. Saham “murah” bisa terjebak dalam spiral menurun tanpa akhir.
Buffett bahkan menyebut bahwa penny stock, saham dengan harga sangat rendah, sering kali menjadi contoh ekstrem dari fenomena ini. Saham seperti itu rentan terhadap spekulasi, manipulasi, dan umumnya tidak memiliki bisnis yang sehat di baliknya.
Saat Harga Turun Justru Jadi Peluang
Meski begitu, Buffett tidak menolak sepenuhnya saham yang harganya turun. Ia menegaskan, penurunan harga bisa menjadi peluang, asalkan bisnis perusahaan tetap kuat dan fundamentalnya solid.
Jika penurunan hanya disebabkan oleh kondisi pasar sementara, bukan masalah keuangan perusahaan, maka harga yang jatuh bisa menjadi momen emas untuk membeli saham berkualitas dengan harga diskon.
Tonton: Tembus Rp 9.138 Triliun, Purbaya Bakal Kurangi Penambahan Utang RI
Namun, jika penurunan harga disebabkan oleh utang besar, manajemen buruk, atau bisnis yang tidak efisien, maka harga rendah bukanlah kesempatan, melainkan peringatan keras bagi investor.
Pelajaran Penting dari Buffett
Dari pandangan Buffett, investor dapat mengambil beberapa prinsip penting dalam menghadapi saham berharga rendah:
- Fokus pada nilai intrinsik, bukan harga pasar.
Pelajari laporan keuangan, prospek bisnis, dan keunggulan kompetitif perusahaan sebelum membeli.
- Jangan takut volatilitas.
Pergerakan harga jangka pendek bukan ancaman bagi investor jangka panjang yang berinvestasi di bisnis berkualitas.
- Hindari utang berlebihan dan saham spekulatif.
Risiko terbesar muncul ketika investor membeli saham murah dengan harapan cepat untung, tanpa memahami kondisi bisnisnya.
- Gunakan volatilitas sebagai peluang.
Jika perusahaan tetap sehat, penurunan harga bisa menjadi kesempatan untuk membeli lebih banyak dengan harga lebih baik.
Selanjutnya: Pemerintah akan Hentikan Ekspor Kelapa Utuh, Perlu Pembenahan Tata Niaga Hulu
Menarik Dibaca: Simak yuk 7 Strategi Kelola Keuangan Cerdas Saat Dana Anda Terbatas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News