2. Bukit Asam (PTBA)
PTBA dinilai prospektif seiring dengan membaranya harga batubara. PTBA juga masih menyimpan senjata pamungkas, yakni sejumlah proyek hilirisasi, salah satunya adalah proyek gasifikasi yang mengubah batubara menjadi DME.
Maryoki menilai, gasifikasi ini akan menjadi katalis yang positif bagi PTBA secara jangka panjang jika terlaksana sesuai dengan jadwal. Selain itu, selama harga batubara tetap stabil dan pemerintah tidak banyak melakukan intervensi dalam hal penjualan gas hasil gasifikasi, maka hal ini akan berdampak bagus bagi PTBA. Proyek ini juga akan meningkatkan permintaan batubara dari PTBA sendiri .
Harga batubara ICE Newcastle tahun ini diproyeksi akan berada pada kisaran US$ 60 - US$ 75 per ton. China dan India sebagai produsen dan konsumen batubara terbesar di dunia, tidak berencana untuk menghentikan produksi batubara mereka. Sebaliknya, mereka justru berencana meningkatkan produksi batubara.
Di sisi lain, China juga telah meningkatkan impor batubaranya dari Rusia dan Mongolia. Selain itu, pemulihan ekonomi China akan menjadi katalis positif bagi harga batubara. Maryoki menyematkan rekomendasi overweight saham PTBA dengan target harga Rp3.030.
Baca Juga: Kurs rupiah terangkat pelemahan nilai tukar dolar AS
PT Timah (TINS)
Timah yang menjadi komoditas andalan emiten pelat merah ini bakal dihujani sejumlah katalis positif di tahun ini. Maryoki menyebut, salah satunya adalah pulihnya ekonomi China dan beberapa negara di dunia.
Ekonomi China yang mulai pulih ditunjukkan dengan Purchasing manager’s index (PMI) nya yang kembali di level ekspansif. Di sisi lain, aktivitas manufaktur elektronik juga perlahan pulih, mengingat timah banyak digunakan di alat-alat elektronik.
Tren pengembangan kendaraan listrik juga menjadi katalis positif dikarenakan penggunaan timah pada kendaraan listrik akan tiga kali lebih besar daripada kendaraan biasa. NH Korindo Sekuritas Indonesia menilai harga timah akan normal dan stabil di kisaran US$ 18.000-US$ 20.000 per ton.
Prospek TINS juga didorong oleh rencana emiten pelat merah ini yang akan melanjutkan strateginya untuk melakukan efesiensi biaya.