Pentingnya persiapan untuk studi di luar negeri

Senin, 19 Oktober 2015 | 13:48 WIB   Reporter: Sri Sayekti
Pentingnya persiapan untuk studi di luar negeri


Anda bermaksud melanjutkan studi di luar negeri? Atau, Anda justru hendak menyiapkan si buyung menimba ilmu di negeri orang? Jika iya, surat pernyataan diterima dari perguruan tinggi idaman jelas momen yang paling dinantikan. Setelah kesibukan memenuhi berbagai persyaratan pendaftaran, tahap berikut yang Anda harus jalani adalah  mengidentifikasi segala keperluan untuk mempermudah saat hari H keberangkatan.

Jika Anda belum berpengalaman mengurus berbagai kebutuhan yang diperlukan, menggunakan jasa konsultan pendidikan bisa menjadi solusi. Jangan khawatir Anda harus membayar jasa mereka. Layanan semacam ini gratis karena  pihak perguruan tinggi di luar negeri sudah menjalin kerjasama bisnis dengan berbagai konsultan pendidikan di Indonesia.

Menurut Ayu Dhiarini Hapsari, Business Development Manager Edlink+conneX, konsultan pendidikan menawarkan delapan layanan. Pertama, konsultasi profesional tanpa biaya. Kedua, membantu memilih dan mendaftar dengan mengirim formulir pendaftaran dan persyaratan penerimaan lainnya ke perguruan tinggi pilihan. Ketiga, jika diterima, perguruan tinggi akan mengeluarkan surat penerimaan atau letter of offer. Tetapi jika si calon siswa tidak diterima, konsultan akan merekomendasikan perguruan tinggi lain yang sesuai.

Keempat, pembayaran. Biasanya pembayaran di awal mencakup biaya sekolah atau kuliah, asuransi kesehatan, tempat tinggal dan penjemputan di bandara. “Uang sekolah biasanya untuk satu semester, sedang asuransi kesehatan harus dibayar di muka sesuai masa studi,” tutur Ayu.

Kelima, pengurusan visa pelajar. Keenam, memberi pengarahan sebelum keberangkatan,   seperti memberitahu tentang apa saja dokumen yang harus dibawa hingga masa orientasi kampus. “Sebaiknya berangkat tiga hari sebelum masa orientasi dimulai,” saran Ayu.

Ketujuh, pengurusan tiket, tempat tinggal dan penjemputan di bandara. Sesampai di sana, pihak perguruan tinggi yang akan menjemput siswa ke bandara dan mengurus tempat tinggal. Kedelapan, layanan lanjutan setelah berangkat. Layanan ini hanya diberikan jika diminta oleh siswa.


Visa pelajar
Mereka yang ingin bersekolah di luar negeri bukan hanya wajib memiliki paspor, melainkan juga wajib memiliki visa pelajar. Patut diingat, masing-masing negara punya kebiasaan berbeda dalam pengurusan visa.

Ambil contoh Australia yang sudah memberlakukan visa elektronik dan memberikan kuasa kepada konsultan pendidikan untuk mengurus visa pelajar elektronik. “Kami termasuk yang ditunjuk Pemerintah Australia,” ujar Ayu.

Sedang banyak negara persemakmuran yang lain, seperti Kanada atau  New Zealand,  membiarkan calon siswa mengurus sendiri  visanya. Memang, pengurusan bisa juga dilakukan konsultan pendidikan melalui VFS Global yang berlokasi di Mal Kuningan City, Jakarta. “Khusus visa Inggris, pemohon harus datang sendiri ke VFS Global karena ada
tes biometrik dan wawancara,” jelas Ayu.


Tempat tinggal
Mencari tempat mukim di negara tempat studi termasuk dalam daftar yang harus segera diurus. Jika hendak mencari tempat tinggal yang berdekatan dengan kampus, ada baiknya ikut program kampus yang melayani kebutuhan tempat tinggal bagi para mahasiswa.

Tessa Ayuningtyas yang pernah studi S1 di Haagse Hugeschool, Den Haag, Belanda, menuturkan pengalamannya saat studi di Belanda. Karena tidak memiliki kerabat di Negeri Tulip itu, ia mendaftar untuk tinggal di apartemen yang lokasinya hanya berjarak 100 m dari kampus. “Harus membayar sewa setahun di muka. Tahun 2007 biayanya € 3.200,” ujar dia.

Fasilitas ini hanya diberikan kampus selama tahun pertama. Enam bulan sebelum masa sewa habis Tessa pun sibuk mencari apartemen melalui aplikasi berbayar internet. “Melalui situs www.duwo.nl, saya dapat apartemen murah hanya € 250 per bulan. Itu milik orang Indonesia yang sudah lama menetap di Den Haag,” tutur dia.

Saat melanjutkan studi lanjutan di University of Helsinki, Finlandia, Tessa mendapati biaya tempat tinggal justru lebih murah. Meski sekolah tingkat master di gratis, Helsinki menawarkan diskon sebesar 50% untuk biaya tempat tinggal dan transportasi bagi mahasiswa. “Tahun 2010, biaya sewa
apartemen € 219 per bulan,” ujar Tessa.

Lain lagi pengalaman Antonius Bambang saat menjalani studi sarjana di University of Tazmania, Hobart, Australia. Ia malah datang terlambat tiga pekan setelah masa kuliah dimulai. Akibatnya, ia kesulitan mencari tempat tinggal yang dekat dengan kampus. “Sebulan saya tinggal di hotel murah di kota yang jaraknya 10 km dari kampus yang berlokasi di pinggir kota,” ujar Bambang yang kini menjadi Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika, Badan Informasi Geospasial. Sebab, rumah-rumah yang dekat area kampus sudah disewa kampus untuk mahasiswanya. Bambang mengaku, hampir separuh uang beasiswa terkuras untuk biaya tempat tinggal.


Buka rekening bank
Penerima beasiswa di Australia seperti Bambang wajib membuka rekening di Commonwealth Bank. Namun karena saat berangkat dari Indonesia diberikan uang dalam bentuk travel cek, Bambang bingung bagaimana mencairkan travel cek itu. “Saya tanya ke petugas hotel saja,” ujar dia.

Pengalaman unik dialami Tessa dalam mengurus pengiriman uang dari orang tua. Meski Tessa sudah memiliki rekening bank di Den Haag, sang bunda kerap menitipkan bank notes melalui orangtua temannya yang berkunjung ke Belanda. “Ya karena ada yang baik hati mau dititipkan. Karena biaya transfer uang memang mahal,” jelas Tessa. Jika berbelanja, Tessa selalu menggunakan kartu kredit yang diterbitkan oleh sebuah bank di Indonesia. Tagihan kartu itu dibayar oleh orang tuanya di Jakarta.

Layaknya pelajar, belanja buku tentu harus dianggarkan pula. Nah, untuk menghemat belanja buku, Tessa dan Bambang menyarankan agar mahasiswa kita di luar negeri membeli buku bekas di kampus. Tips berhemat lain adalah mencatat dari referensi yang dibutuhkan di perpustakaan kampus.

Agar urusan studi di luar negeri mudah, Bambang menyarankan calon siswa mencari kontak terlebih dahulu di Perhimpunan Pelajar Indonesia di negara setempat. “Saya dulu lupa karena waktu yang mepet, hanya ada 5 hari ,”ujar dia.

Banyak persiapan yang harus dilakukan dengan gembira!     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi

Terbaru