Membaca arah bursa bersenjata grafik harga (1)

Jumat, 02 Desember 2011 | 11:00 WIB   Reporter: Dessy Rosalina, Anastasia Lilin Y
Membaca arah bursa bersenjata grafik harga (1)

ILUSTRASI. Pekerja menyiram tanaman di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (7/11/2020). Cuaca hari ini di Jawa dan Bali cerah hingga hujan petir, menurut prakiraan BMKG.


JAKARTA. Berlaga di medan perang tanpa membawa senjata apa pun, sama seperti menyerahkan diri untuk mati konyol. Itu perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan seorang investor yang belanja saham di pasar modal tanpa bekal pengetahuan yang cukup.

Selain dituntut memahami aturan main, investor juga harus memiliki senjata yang ampuh agar dana investasi tidak amblas. Hanya mereka yang benar-benar mujur yang bisa menanggung untung di bursa saham tanpa bekal pengetahuan dan pemahaman investasi saham yang cukup.

Salah satu senjata ketika terjun di bursa saham adalah analisis untuk menakar nilai suatu saham, atau membaca tren pergerakan harganya. Lazimnya ada dua analisis yang biasa dipakai untuk tujuan tersebut, yakni analisis fundamental dan analisis teknikal.

Berbeda dengan analisis fundamental yang lebih dalam menelisik isi perut emiten, analisis teknikal hanya mencermati pergerakan harga berdasarkan data-data perdagangan saham, terutama berkaitan dengan harga dan volume. "Kegunaannya untuk mengetahui kapan dan pada harga berapa keputusan beli-jual bisa dilakukan," kata analis Bumiputera Capital , L. Chrisbiantoro.

Pelaku pasar yang mengandalkan analisis teknikal dalam menentukan arah investasinya biasa disebut teknisian. Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menambahkan, para teknisian mempercayai bahwa harga saham mencerminkan perilaku investor baik yang rasional maupun irasional. Nah, perilaku ini mencerminkan pola yang memiliki kecenderungan untuk berulang. Pola inilah yang coba diidentifikasi untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa depan.

Dalam memantau grafik pergerakan harga suatu saham, para analis teknikal mengenal prediksi harga terendah (support) dan prediksi harga tertinggi (resistence) yang mungkin bisa dicapai saham itu pada periode waktu tertentu. "Support dan resistance merupakan level tertentu dimana pergerakan harga dapat berhenti dan mungkin berbalik arah," ujar Zulfirman.

Dulu para teknisian harus menghitung sendiri secara matematis maupun statistik data-data itu. Namun, kini, banyak software komputer yang bisa dipakai untuk melakukan analisis teknikal semacam itu. Ada yang gratis, ada pula yang berbayar. Salah satu piranti analisis teknikal gratisan yang disarankan para analis teknikal adalah fitur pada situs Yahoo Finance dan program Chart Nexus yang bisa diunduh secara gratis.

Memilih indikator

Melalui aneka software tersebut, ada banyak indikator yang dapat dipilih untuk melakukan analisis teknikal. Anda tak harus mempelajari semua indikator yang jumlahnya mencapai 250 lebih itu. Chrisbiantoro menyarankan, setidaknya teknisian mengetahui tiga indikator teknikal. Apalagi buat teknisian pemula yang masih memiliki banyak keterbatasan.

Bertoni Rio, analis Anugerah Securindo Indah, berpesan bagi teknisian pemula agar percaya diri dalam memilih indikator teknikal yang sesuai dengan kebutuhan dan mudah dimengerti. Tujuannya agar dapat cepat mengambil keputusan.

Yang jelas, setiap indikator memiliki fungsi dan tingkat akurasi yang berbeda-beda. Namun tak ada satu indikator pun yang memiliki tingkat akurasi hingga 100%.

Atas dasar itulah, Zulfirman tidak menyarankan investor hanya mengandalkan satu indikator dalam menganalisis. "Setiap indikator memiliki kelebihan sendiri yang jika digabungkan maka akan lebih banyak peluang investasi dan tentunya meningkatkan akurasi prediksi," kata dia.

Head of Technical Analyst Batavia Prosperindo Billy Budiman menimpali, teknisian bahkan bisa menggunakan indikator sesuai dengan karakternya masing-masing. Misalnya, indikator stochastic dapat dipakai teknisian yang biasa membeli saham saat harganya turun (bottom fishing). Sedangkan bollinger band cocok untuk teknisian yang gemar menunggu saham breakout, alias harga saham melewati batas tertentu. "Mereka yang bertipe santai bisa memakai MA atau MACD," imbuhnya.

Meski tak ada keharusan memakai indikator tertentu, Zulfirman menyatakan indikator yang digunakan harus dapat menjawab beberapa pertanyaan, antara lain: tren apa yang sedang berlangsung, dimana harga terbaik untuk beli atau jual, ambil untung (profit taking) dan menghentikan kerugian (stop loss).

Nah, jika indikator yang digunakan mampu menjawab semua pertanyaan tersebut, bisa dikatakan teknisian telah memakai indikator secara efektif. Tapi jika seiring perjalanan waktu teknisian itu lebih sering mengalami kerugian, perlu dilakukan peninjauan kembali atas indikator yang dipakai. Caranya dengan mengganti atau menambah indikator lain.

Namun ada pengecualian jika Anda mengalami kerugian beberapa kali tapi secara umum investasi Anda terus tumbuh dalam satu hingga tiga bulan terakhir. "Itu berarti metode yang digunakan justru telah sesuai," kata Zulfirman. Jadi, menderita kerugian bukanlah hal tabu. Dalam berinvestasi memang dibutuhkan kebijakan dan kesabaran sang teknisian.

Sejumlah analis menilai menggunakan analisis teknikal tak cukup hanya dengan membaca literaturnya. Praktik secara langsung justru dapat mengasah kemampuan para teknisian. Tak sedikit teknisian yang kejeblos meski sudah bermodalkan sejumlah indikator. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini

Terbaru