Ketika harga emas kian jatuh, ini yang dilakukan

Rabu, 08 Oktober 2014 | 12:53 WIB   Reporter: Ruisa Khoiriyah
Ketika harga emas kian jatuh, ini yang dilakukan

ILUSTRASI. Foto udara menunjukkan suasana perkantoran di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (10/1/2023). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Kebangkitan ekonomi Amerika Serikat (AS) setelah sekian tahun terpukul krisis bisa dibilang menjadi mimpi buruk bagi para investor emas. Betapa tidak? Seiring pemulihan ekonomi negeri Paman Sam yang semakin meyakinkan, penurunan harga emas juga kian pasti saat ini.
Pekan lalu, harga emas di pasar spot nyaris menembus level psikologis di posisi US$ 1.200 per troy ounce. Keperkasaan dollar Amerika Serikat (AS) melantakkan pesona emas.

Di pasar domestik, harga emas batangan di Divisi Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk meluncur turun hingga ke posisi Rp 524.000 per gram untuk ukuran terkecil 1 gram, Rabu (24/9). Beruntung, penurunan harga emas di pasar domestik tertahan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar AS.

Kabar harga emas yang makin loyo bisa terdengar beragam di telinga orang. Mungkin Anda salah satu dari banyak orang yang galau bertanya-tanya: Apakah ini saatnya berbelanja emas? Atau, saat yang tepat untuk menjual emas alias cutloss agar terhindar penurunan harga lebih dalam?

Harga wajar

Harga emas Antam saat ini sudah turun Rp 49.000 per gram atau 8,5% dari level tertingginya di posisi Rp 573.000 per gram, Agustus 2013 silam. Suluh A. Wicaksono, analis senior Millennium Penata Futures, menilai, harga emas fisik saat ini boleh dibilang merupakan harga wajar emas. “Harga sebelumnya yang sampai menembus Rp 573.000 per gram justru harga spekulasi atau harga ekspektasi,” kata dia.

Jika Anda ingat, harga emas melambung tinggi saat kondisi  perekonomian dunia abnormal. Nah, kini, saat perekonomian global memulih, ditandai dengan kondisi Amerika Serikat yang membaik, harga emas pun berangsur ke level normal.

Suluh memprediksi, hingga akhir 2014, harga emas berpeluang naik tapi tidak akan terlalu jauh dari posisi Rp 530.000 per gram. Pasalnya, harga emas di pasar domestik lebih banyak tersetir oleh pergerakan kurs dollar AS. Ketika emas di pasar spot yang menjadi acuan harga emas fisik menurun, harga dollar AS dalam rupiah biasanya tengah mahal. Akibatnya, penurunan harga jual emas tertahan, tidak sebesar penurunan harga emas di pasar berjangka.

Lantas, apa rekomendasi para analis dan perencana keuangan ketika harga emas fisik loyo seperti saat ini? Mari kita simak bersama-sama:

Membeli emas

Salah satu prinsip investasi adalah, belilah aset bernilai bagus ketika harga tengah terdiskon alias turun. Anda bisa memanfaatkan penurunan harga emas saat ini untuk menambah porsi emas dalam portofolio. “Sifat emas sebagai alat hedging bisa mengoptimalkan portofolio investasi kita,” ujar Mike Rini dari MRE Financial and Business Advisory.

Mendiversifikasi keranjang investasi penting Anda lakukan untuk menyebar risiko. Sebagai contoh, Anda mematok porsi emas dalam portofolio Anda sebesar 20%. Porsi sisanya diisi oleh saham, obligasi, reksadana, juga deposito.

Total portofolio Anda bulan lalu Rp 300 juta. Artinya, porsi nilai emas Anda setara Rp 60 juta. Ketika kini nilainya turun, manfaatkan momentum tersebut untuk mengejar agar porsi emas tetap sebesar 20% dalam portofolio.

Berbelanja emas saat ini juga bisa menjadi pilihan tepat ketika sekarang Anda memiliki rezeki berlebih. Misal, mendapat bonus atau dividen. Ketimbang mewujudkannya dalam bentuk benda konsumtif, lebih baik menubruk emas lantakan yang tengah obral. Dengan catatan, tetap perhatikan keseimbangan portofolio. “Ketika suatu saat Anda butuh likuiditas cepat, emasnya bisa digadaikan,” imbuh Mike.

Menjual emas

Tidak semua orang tahan melihat penurunan harga emas yang seolah tanpa jeda. Namun, sebelum memutuskan menjual emas, lebih baik Anda menimbang beberapa  hal berikut.

Pertama, harga beli emas. Jika harga beli emas Anda dahulu masih jauh di bawah harga jual di pasar sekarang, melepas emas sebelum harganya semakin jatuh, bisa dibenarkan. Artinya, Anda tidak menempuh aksi jual rugi. “Tapi, kalau tidak butuh-butuh amat dananya, lebih baik jangan dijual,” saran Freddy Pieloor dari MoneynLove Financial Planning.

Kedua, batas untung dan rugi. Dalam berinvestasi, Anda harus selalu memiliki batas untung dan rugi. Sebagai contoh, Anda mungkin masih bisa toleransi kerugian hingga 10%. Sedang batas untung Anda adalah 40%. Nah, selama harga emas masih berada di rentang antara batas rugi dan untung tersebut, tak perlu tergoda untuk menjualnya.

Dalam investasi emas, cut loss yang direkomendasikan adalah memotong potensi keuntungan (potential gain). Bukan memotong kerugian yang sudah ada atau jual rugi. Hal itu tidak terlepas dari sifat emas yang berbeda dengan aset pasar modal atau paper investment. Sebagai contoh, harga saham perusahaan ABCD  hari ini seharga Rp 3.000 rupiah, 30 tahun lagi bisa saja harganya menjadi Rp 0 rupiah. Terutama saat perekonomian mendadak kolaps.

Hal sebaliknya terjadi pada emas. Jika kini emas Anda berbobot 30 gram, sampai kapanpun, bobotnya akan tetap 30 gram. Nilai intrinsik emas relatif tetap. Sedangkan, nilai nominalnya berpotensi naik kendati risiko penurunan harga tetap ada. “Tapi, mustahil emas bernilai 0 atau tidak bernilai sama sekali,” tandas Mike.

Maklum, emas termasuk sumber daya alam yang berjumlah terbatas. Sedang permintaannya berpotensi terus meningkat. Alhasil, harganya cenderung naik.  Selamat menimbang!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can

Terbaru