Alih-alih menjadi lebih hemat, biasanya orang justru menjadi semakin konsumtif di bulan Ramadhan. Pengeluaran pun malah jadi membengkak. Tapi, ada trik untuk menyiasati membengkaknya pengeluaran di bulan puasa, lo!
Sinta terbilang orang yang ketat dalam urusan pengelolaan keuangan. Ibu dua orang anak ini selalu memastikan pengeluaran belanja bulanannya terkontrol. Dia juga selalu memastikan sebagian pendapatan rutin dialokasikan sebagai tabungan.
Tapi, setiap tahun, ada satu saat di mana kantong keluarga Sinta bocor juga, yakni saat bulan puasa dan lebaran. Sinta selalu gagal menabung setiap bulan puasa tiba lantaran pengeluaran makan keluarga membengkak. “Padahal, kan, kalau puasa kita enggak makan siang, logikanya kita mestinya bisa hemat,” keluh dia.
Sinta bukannya tidak menyadari apa yang menjadi penyebab pengeluaran keluarganya bertambah setiap puasa. Karyawati sebuah bank di Jakarta ini kerap memilih berbuka puasa bersama suami atau teman-temannya di mal, dengan alasan menghindari berbuka di jalan gara-gara terjebak macet.
Selain itu, keluarga Sinta juga mewajibkan ada takjil untuk berbuka. Dus, meski berbuka di rumah, Sinta tetap harus keluar duit untuk membeli takjil.
Bukan cuma keluarga Sinta yang mengalami hal tersebut. Mungkin hampir semua keluarga di Indonesia pengeluarannya meningkat di masa puasa. “Karena siangnya enggak makan, orang lalu balas dendam dengan makan banyak saat berbuka,” kata Freddy Pieloor, perencana keuangan dari MoneynLove.
Selain itu, banyak orang yang kerap mengadakan buka puasa bersama dengan keluarga atau kolega. Yang membuat pengeluaran jadi lebih banyak, buka puasa bersama tersebut dilaksanakan di mal dan restoran.
Tambah lagi, harga-harga barang konsumsi, termasuk makanan, biasanya memang mengalami kenaikan di bulan puasa. Tahun ini, kenaikan harga bisa lebih tinggi lantaran sebelumnya harga sudah naik sebagai efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Godaan untuk menjadi konsumtif di bulan puasa pun kian banyak lantaran banyak pebisnis menggelar berbagai promo atau diskon bertema puasa. Kalau tidak kuat iman, pengeluaran pun bisa besar lantaran terpikat membeli barang dengan harga promo. Padahal, belum tentu barang tersebut dibutuhkan.
Alhasil, bisa jadi pengeluaran keluarga di bulan puasa jadi semakin besar. “Sampai-sampai, uang THR yang seharusnya untuk lebaran malah sudah terpakai untuk kebutuhan di bulan puasa,” cetus Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory.
Ujung-ujungnya, gara-gara uang THR sudah terpakai, bisa jadi orang tersebut malah berutang untuk memenuhi kebutuhan saat lebaran. “Ini langkah yang tidak bijak,” cetus Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting.
Tidak perlu beda
Lantas, bagaimana cara mengelola keuangan keluarga di bulan puasa agar kantong tidak sampai jebol? Para perencana keuangan menuturkan pada dasarnya tidak perlu membuat perencanaan keuangan khusus di bulan puasa. “Seharusnya perencanaan keuangan di bulan puasa tidak perlu berbeda dengan bulan lainnya,” tegas Eko.
Hanya saja, setiap keluarga tetap perlu melakukan sedikit penyesuaian terhadap perencanaan keuangannya di bulan puasa dan lebaran. Langkah ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga barang-barang konsumer, terutama bahan makanan yang jadi kebutuhan pokok.
Nah, agar keluarga Anda tidak terkena kanker alias kantong kering setelah melewati bulan puasa, Anda mungkin bisa mengikuti tip dari perencana keuangan berikut ini.
1) Mengatur anggaran lebih ketat
Dari sisi pengelolaan keuangan, sebenarnya tidak ada perbedaan yang besar antara pengeluaran di bulan puasa dan pengeluaran di bulan lainnya. Yang membedakan hanyalah pola konsumsi. “Di bulan puasa sarapan menjadi sahur dan tidak ada makan siang,” sebut Freddy. Logikanya, pengeluaran di bulan puasa idealnya juga tidak berbeda dengan pengeluaran di bulan lainnya.
Berdasarkan pola pikir tersebut, Freddy memberi saran, setiap keluarga bisa melakukan pembatasan pada pengeluarannya di bulan puasa agar kantong tidak sampai bolong. “Kalau di bulan-bulan biasa pengeluaran untuk konsumsi sebesar Rp 3 juta, di bulan puasa juga dia harus atur supaya pengeluarannya tidak lebih dari Rp 3 juta,” papar Freddy.
Meski memperketat anggaran, bukan berarti Anda tidak bisa memanjakan diri sama sekali di bulan puasa. Anda tetap bisa menghadiri undangan buka puasa bersama dari keluarga atau kolega di restoran.
Anda dan keluarga juga tetap bisa menyambangi bazar Ramadan atau pasar kue Ramadan. Dengan catatan, pengeluaran untuk buka bersama dan belanja di pasar kue tersebut jangan sampai mengganggu kebutuhan konsumsi sehari-hari dan pengeluaran rutin lainnya. “Beli secukupnya sesuai kebutuhan,” tandas Eko.
2)Rela menurunkan standar
Masalah lain yang bisa mengganggu keuangan di bulan puasa adalah kenaikan harga bahan makanan pokok. Maklum, permintaan bahan makanan pokok biasanya memang melesat di bulan puasa hingga lebaran. Padahal di saat yang sama pendapatan tidak berubah.
Para perencana keuangan menyebut kenaikan harga bahan makanan pokok ini bisa disiasati dengan menurunkan standar bahan makanan yang dibeli. Ambil contoh, kalau biasanya di keluarga Anda seminggu sekali masakan daging sapi masuk dalam menu, untuk menyiasati kenaikan harga konsumsi daging sapi bisa dikurangi jadi hanya seminggu sekali.
3) Menyiasati pengeluaran
Para perencana keuangan menyebutkan ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menekan pengeluaran di bulan puasa. Pertama, mengatur menu makanan.
Kebanyakan orang kerap menjadi lapar mata saat puasa. Akibatnya, orang terbujuk membeli banyak penganan untuk berbuka, yang belum tentu semuanya bisa disantap. Ibu-ibu di rumah juga seringkali tergoda menyiapkan tiga sampai empat macam menu untuk berbuka. Inilah yang kerap membuat anggaran melesat.
Mike punya tip unik untuk mengatur menu saat berbuka. “Caranya dengan menu 3 in 1,” sebut dia. Jadi, Anda cukup menyiapkan tiga menu untuk makan besar, yakni dua macam lauk dan satu sayur. Selain itu, Anda cukup menyiapkan satu jenis menu untuk takjil, baik itu makanan manis seperti kolak dan sebagainya, atau makanan ringan seperti gorengan.
Kedua, mengatur cara dan waktu masak. Banyak ibu rumah tangga yang sudah menyiapkan makan untuk sahur pada malam hari sebelum tidur, kemudian menghangatkan lagi makanan tersebut sebelum makan sahur.
Cara ini sebenarnya justru bisa membuat pengeluaran membengkak. “Dia sudah masak malam, terus menghangatkan makanan lagi subuhnya, pemakaian gas jadi lebih banyak,” sebut Mike. Selain itu, pemakaian listrik juga jadi lebih besar. Karena itu, untuk menghemat, Mike menyarankan ibu rumah tangga sebaiknya memasak sesaat sebelum sahur.
Ketiga, usahakan berbuka puasa di rumah. “Jangan ngabuburit dan buka puasa di mal,” cetus Mike. Maklumlah, harga makanan di mal tentu lebih mahal ketimbang buka di rumah.
Keempat, untuk jaga-jaga kalau Anda terpaksa harus berbuka puasa di jalan, perencana keuangan menyarankan Anda sudah mempersiapkan bekal dari rumah. Ini tentu lebih hemat ketimbang belanja di luar. “Atau bisa juga berbuka puasa di masjid, gratis!” imbuh Mike.
Terakhir, yang paling penting, setiap orang harus bisa mengendalikan diri agar jangan sampai terjebak perilaku konsumtif. “Jangan lupa, saat berpuasa kita harus mampu mengendalikan hawa nafsu, termasuk nafsu konsumtif, dong,” ujar Mike mengingatkan.
Nah, selamat menunaikan ibadah puasa! Semoga puasa Anda tahun ini berkah!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News