Pamor investasi emas tengah suram seiring dengan kelesuan pergerakan harganya. Setelah harganya ambles hampir 30% sepanjang tahun 2013, era brilian investasi emas memang telah berlalu.
Harga emas terus melandai. Jika pun melenting naik, kenaikannya tidak signifikan. Di bursa berjangka Amerika Serikat (AS), Commodity Exchange New York, harga emas mencetak rekor buruk lagi mengawali September ini.
Pada penutupan perdagangan Selasa (2/9), harga emas longsor ke US$ 1.262 per ons troi. Itu merupakan posisi harga yang terendah sejak 17 Juni lalu. Kondisi industri manufaktur AS yang semakin membaik melambungkan harga dollar AS. Keperkasaan the green back langsung menjatuhkan emas.
Di pasar domestik, harga emas ikut-ikutan lesu. Rabu (3/9) lalu, harga beli emas batangan ukuran terkecil 1 gram di Divisi Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk hanya bertengger di posisi Rp 529.000 per gram. Artinya, harga emas fisik telah turun 8% dari posisi tertinggi yang tercipta Agustus 2013, yaitu di harga Rp 573.000. Tahun ini, harga emas tertinggi terjadi pada 17 Maret lalu, Rp 556.000 per gram. Khusus di pasar domestik, harga emas di pasar domestik juga lebih dominan dipengaruhi oleh pergerakan kurs dollar AS terhadap rupiah.
Pelemahan harga emas ini sudah banyak diprediksi oleh para analis. “Level harganya masih rendah, masih cukup lama untuk kembali naik,” kata Ariston Tjendra, Head of Research and Analyst Division Monex Investindo Futures.
Emas menjadi perburuan para pemodal sebagai alat lindung nilai ketika situasi ekonomi global memburuk di kisaran tahun 2008. Kini, ketika kondisi telah berbalik, duit para pemodal di emas berpindah ke aset-aset yang lebih berisiko seperti saham, properti, atau obligasi.
Bulan belanja
Para analis emas di pasar global menggarisbawahi, bulan September sejatinya merupakan bulan favorit emas. Permintaan emas biasa meningkat seiring dengan kedatangan musim perayaan. Dus, masih ada peluang kenaikan harga emas.
Sebagai contoh, di India, negeri dengan tingkat pembelian emas tertinggi di dunia setelah China, pembelian emas mulai gencar sejak perayaan Dewa Ganesha akhir bulan lalu.
Disambung nanti akhir Oktober ketika tiba waktunya perayaan Diwali dan kedatangan musim pernikahan di sana. “Perajin dan pedagang emas di India mulai memburu emas, semestinya berefek pada harga,” ujar Mark O’Byrne, broker GoldCore, seperti dikutip Bloomberg (27/8).
Bank investasi kakap Goldman Sachs, dalam surat termutakhir kepada para klien mereka pada 18 Juli lalu, bahkan merevisi lagi prediksi harga emas global tahun 2014. Hedge fund ini memprediksi harga emas global akhir tahun ini akan bertahan pada US$ 1.200 per ons troi. Semula, mereka meramal harga emas akan makin tumbang hingga ke
US$ 1.050 per ons troi.
Prediksi harga itu masih jauh di bawah harga saat ini yang masih bertahan di atas kisaran US$ 1.250 per ons troi. Dengan kata lain, meskipun ada peluang kenaikan harga yang terdorong festive seasons, harga emas tetap berisiko makin terpuruk di akhir tahun nanti.
Nah, jika merujuk pada prinsip investasi, yaitu “beli saat harga turun dan jual ketika harga naik”, wajar jika kini muncul pertanyaan: apakah ini waktu yang tepat membeli emas?
Ariston menilai, harga emas masih berisiko turun lebih jauh. Bila Anda mau bersabar, saran Ariston, lebih baik menunggu hingga harga emas menyentuh kisaran Rp 490.000–Rp 500.000 per gram, baru berbelanja.
Pesimisme atas prospek kenaikan harga emas dalam waktu dekat tidak terlepas dari ketiadaan faktor pengungkit harga yang cukup kuat. Ekonomi AS dan Eropa yang semakin beranjak pulih akan menggiring dana para pemodal global ke investasi portofolio, seperti saham dan obligasi.
Permintaan emas fisik juga tak memiliki peluang melonjak terlalu besar. Perekonomian India dan China, sebagai salah satu negara konsumen emas terbesar di dunia, masih belum pulih. Sedikit banyak hal itu akan memengaruhi tingkat permintaan emas global.
Freddy Pieloor, perencana keuangan MoneynLove Financial Planning and Consulting, menilai, ketika harga tengah landai seperti sekarang, sah saja jika Anda ingin berbelanja emas. “Kalau ada dana lebih, boleh saja kita memanfaatkan momentum harga yang tengah turun saat ini untuk membeli emas,” kata dia.
Lantas, bagaimana dengan Anda yang kini telah menggenggam emas fisik? Sebelum Anda terburu menjual emas akibat galau melihat tren penurunan harga, lebih baik menyimak dulu saran-saran dari para perencana keuangan berikut:
Tengok fungsi
Dalam perencanaan keuangan, di manakah posisi emas sebenarnya? Menurut Freddy, emas pada dasarnya adalah alat lindung nilai (hedging).
Ketika investasi Anda di produk berisiko relatif tinggi seperti saham tengah anjlok, emas bisa menjadi pengamannya. “Pasalnya, pergerakan emas dan saham biasanya berkebalikan arah,” imbuh Tejasari, perencana keuangan dan Direktur Tatadana Consulting
Ketika harga saham naik, banderol emas biasanya melemah. Begitu juga sebaliknya, ketika paper investment tengah memburuk, Anda bisa memarkir dana sementara di emas. Dengan begitu, portofolio atau nilai aset yang kita miliki bisa tetap seimbang.
Freddy menilai, kepemilikan emas tidak perlu terlalu banyak. Cukup 20% dari total portofolio investasi kita. Sedang Tejasari berpendapat, kepemilikan emas dalam portofolio bisa sebesar 30%–40% dari nilai saham yang kita miliki.
Selain sebagai alat hedging, emas juga bisa menjadi bagian dari dana darurat. Tingkat likuiditas emas termasuk cukup tinggi. Ketika mendadak Anda membutuhkan dana tunai segera, emas milik Anda bisa digadaikan atau dijual. “Dana darurat berupa emas cukup bagus karena bisa sekaligus menangkal inflasi,” kata Freddy.
Namun, porsinya tidak perlu terlalu banyak. Cukup 30%–40% dari dana darurat Anda saja. Jika terlalu besar, Anda harus menanggung risiko keamanan dalam penyimpanan.
Cermat transaksi
Harga emas memang lesu belakangan ini. Anda yang berbelanja emas sekitar tahun 2010–2012 mungkin saat ini tengah sangat kesal menanggung rugi. Maklum, harga emas sekarang jauh lebih rendah daripada saat membeli dulu.
Meski begitu, tidak perlu tergoda menjual untuk cutloss. “Selama belum ada keperluan mendesak, emas tidak perlu dijual karena nilainya masih bisa naik lagi nanti,” papar Freddy
Ketika hendak menjual atau membeli emas, Anda perlu perhatikan buyback price emas Antam. Harga beli kembali emas Antam saat ini di posisi Rp 471.000 per gram. Ada selisih sekitar Rp 58.000 dengan harga emas satuan terkecil.
Selisih itu terbilang lebar dan bisa menjadi indikasi bahwa sang produsen, yakni Antam, melihat masa bearish emas akan berlangsung lama.
Anda bisa memilih untuk membeli emas sekarang atau nanti ketika harga emas Antam jauh lebih rendah. “Rugi jika membeli di harga di atas buyback price, kecuali membeli ukuran 100 gram yang sudah di bawah Rp 500.000 per gram,” saran Ariston.
Khusus untuk harga emas domestik, faktor kurs dollar AS jauh lebih berpengaruh ketimbang faktor pasar yang lain. Ketika harga emas di pasar global turun, rupiah tertekan penguatan dollar AS. Akibatnya, ketika harga emas di pasar internasional turun, tingkat penurunan emas domestik lebih kecil akibat tertahan penguatan dollar AS. Maklum, satuan harga emas domestik adalah dalam rupiah per gram. Adapun, setiap 31,1 gram setara dengan 1 ons troi, yang menjadi satuan transaksi emas di pasar global.
Instrumen jangka menengah
Emas bisa menjadi salah satu instrumen investasi mencapai tujuan keuangan tertentu. Terutama tujuan keuangan jangka menengah. Tejasari menilai, tujuan keuangan dengan target penggunaan dana sekitar tiga tahun sampai lima tahun mendatang bisa memanfaatkan emas sebagai alat. “Imbal hasil bisa 5%–10%,” kata dia. Misalnya, untuk sekolah anak atau untuk biaya berangkat umroh maupun haji. Namun, lagi-lagi Anda harus cermat memperhatikan gerak kurs dollar AS.
Pastikan Anda membeli emas ketika kurs dollar AS terhadap rupiah tengah landai. Dengan begitu, saat harga emas global turun, nilai emas fisik yang Anda miliki tak jatuh karena tertahan penguatan kurs dollar AS terhadap rupiah. Jadi, tetaplah cermat dan pandai berhitung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News